Juant Setiawan · Published 14 August 2019
Home > Artikel > Dota 2 > The International 2019 Dota 2, Siapa Calon Pemegang Aegis 2x?
Hanya tinggal menghitung hari, Turnamen eSports terbesar dari semua game Esports yang Kamu tahu akhirnya semakin dekat. Tahun ini, The International Dota 2 akan berlangsung di Shanghai, Cina dan dimulai pada tanggal 15 Agustus 2019. Sejauh ini, tidak ada pemain atau team yang mampu mengangkat Aegis (trofi paling bergengsi di dunia Dota 2) sebanyak dua kali.
Siapakah pemain atau team yang bisa pertama kali akan memegang Aegis lagi di TI9 Dota 2? Mari kita lihat lebih dekat profile beberapa pemain dan team yang masih aktif yang akan berusaha menjadi pahlawan dalam turnamen terbesar abad ini di The international 2019 (TI9) Dota 2 yang akan berlangsung kurang dari seminggu lagi.
Memulai karir Dota 2 dengan Natus Vincere, Puppey adalah bagian dari Team legendaris pemenang The International Dota 2 di tahun 2011. Puppey tetap di Na'Vi sebagai kapten sampai dia mendirikan teamnya sendiri setelah TI4 yang bernama Team Secret. Team Secret sendiri dengan cepat menjadi sebuah nama besar di dunia persilatan Dota 2 sebagai Team all-star.
Sejauh ini, semua upaya untuk mengumpulkan piala Aegis sebanyak 2 kali di turnamen The International Dota 2 telah gagal. Tahun ini, Team Secret mendominasi peringkat Dota 2 Pro Circuit sejak awal musim. Setelah menyapu bersih hampir 20% dari semua poin DPC yang tersedia di semua turnamen, Puppey sekarang berada di team favorite The International 2019 dan bisa menjadi orang pertama yang berpotensi mengangkat piala Aegis dua kali di tahun ini.
BACA JUGA :
Terkenal karena permainan Puck-nya di Grand Final melawan Na'Vi di The International 2013, Gustav "s4" Magnusson adalah pemain inti yang terkenal, kebanyakan ia bermain di mid lane. Setelah hasil yang mengecewakan di TI4, ia bergabung dengan Team Secret yang baru didirikan Puppey sebelum kembali ke Alliance sebagai kapten pada tahun 2015. Walaupun telah reuni dengan rekan team lama, tapi tetap tidak tidak bisa mencapai hasil yang diharapkan, dan akhirnya pada tahun 2016, s4 meninggalkan Alliance untuk bergabung dengan Team OG.
Dengan OG, Gustav "S4" Magnusson memenangkan Boston Major, Kiev Major, dan MDL Macau dengan bermain di offlane. Pada Mei 2018, berita tentang dia dan Tal “Fly” Aizik yang bergabung dengan Evil Geniuses tepat sebelum pemilihan roster untuk TI8 mengejutkan para penggemar Dota 2. Sayangnya untuk S4, itu adalah tahun dimana Team OG yang memenangkan Aegis, sedangkan Evil Geniuses berakhir di tempat ketiga.
SumaiL, yang saat itu masih belasan tahun, bergabung dengan Evil Geniuses pada Januari 2015 setelah mengukir nama untuk dirinya sendiri sebagai bakat baru di Liga Elite Amerika Utara. Sebagai mid player, ia memainkan peran besar dalam memenangkan The International 2015 di Seattle pada tahun yang sama.
Drama come back-nya yang luar biasa di seri terakhir meningkatkan kepercayaan diri Evil Geniuses, dimana pada akhirnya mereka dapat memegang Aegis untuk yang pertama kalinya. Sejak itu, SumaiL dikenal karena gaya bermain mid lane yang dominan dan build-nya untuk hero Shadow Fiend dan Storm Spirit.
Tahun ini, SumaiL adalah satu-satunya pemain di dalam daftar pemain yang pernah memenangkan turnamen The International Dota 2 yang tersisa di team Evil Geniuses, ia dikelilingi oleh pro player Dota 2 tingkat atas seperti S4, Artour "Arteezy" Babaev, Andreas "Cr1t" Nielsen and Fly. SumaiL dipastikan ingin menambahkan catatan khusus untuk namanya, tidak hanya sebagai yang termuda, tetapi juga pemenang dua kali The International Dota 2 di tahun 2019 ini.
BACA JUGA :
Ketika Evil Geniuses melakukan come back pada tahun 2014, PPD lah yang berposisi kapten di team EG pada saat itu. Sejak awal, ia dikenal karena kemampuannya merancang dan berpikir strategis. Kekuatan ini dikombinasikan dengan keterampilan rekan satu teamnya yang mampu membuat EG menjadi sebuah team yang harus dikalahkan dari 2014 - 2016.
Pada 2016, PPD mundur dan menjadi CEO EG, tetapi Dota 2 tetap harus berlanjut walaupun tanpa kehadirannya. Dia mulai membangun team yang disebut "WanteD" dan mulai melakukan streaming dan juga muncul di acara offline. Saat ini, ia membangun team baru, yang diakuisisi oleh OpTic Gaming. Untuk musim tahun ini, ia menyusun team yang bernama Ninjas in Pyjamas dan memenuhi syarat dengan poin DPC yang cukup untuk dapat berlaga di turnamen The International 2019 Dota 2.
Meninggalkan Team Liquid tepat sebelum Major terakhir tahun ini, MATUMBAMAN bergabung dengan Chaos Esports Club, sebuah organisasi yang telah bermain di wilayah Amerika Selatan dengan team Brasil tetapi pindah ke Eropa dengan roster baru pada Mei 2019. MATUMBAMAN dikenal karena dua hal di dunia Dota 2 - keahliannya sebagai pemain carry, terutama menggunakan Broodmother, dan pada waktu ia hanya mengenakan celana pendek saat menjadi pemenang di TI7.
Dengan hanya bermodalkan rekan satu team yang di kelas rata - rata, MATUMBAMAN telah melakukan yang terbaik dari yang bisa dilakukannya, dimana ia membawa teamnya menuju kemenangan sampai dengan saat ini. Sebagai salah satu dari hanya dua team yang diundang di European Closed Qualifier, Chaos Esports Club memenangkan spot di turnamen The International 2019 Dota 2 dengan menyapu bersih kemenangan 3-0 melawan The Final Tribe.
Seperti Puppey, Loda adalah salah satu legends di Dota 2. Loda berada di puncak dunia pada saat Alliance melawan Na'Vi di Grand Final The International 2013 Dota 2, serangkaian pertandingan yang dianggap terbaik dari yang terbaik dari semua Final TI sejauh ini.
Alliance bermain dengan baik tetapi tidak pernah dapat mencapai hasil teratas di TI lagi. Loda aktif bermain sebagai kapten team hingga 2017 dan kembali sebagai pelatih di tahun 2018, dan saat ini ia membantu membawa kembali Alliance ke kejayaan sebelumnya.
Dimana pada akhirnya, pertandingan melawan Gambit Esports di Major terakhir tahun ini yang bertempat di Epicenter di Moskow. Di lower bracket Alliance mendapatkan poin DPC yang cukup untuk bisa memiliki undangan langsung ke perhelatan The International 2019 Dota 2. Kemenangan inilah yang akan memberi Loda kesempatan untuk menjadi pemain pertama yang bisa memenangkan trofi Aegis sebanyak dua kali, sebagai pemain dan sebagai pelatih.
Namanya terukir di piala Aegis bersama dengan semua anggota Evil Geniuses lainnya sejak tahun 2015, tetapi Kurtis “Aui_2000” Ling akan dikenang sebagai orang yang ditendang setelah memenangkan turnamen The International Dota 2. Aui_2000 termasuk ke dalam bagian dari beberapa daftar nama besar di Dota 2, tetapi sayangnya ia tidak dapat memenangkan turnamen besar lainnya.
Seperti Loda, setelah sebelumnya sebagai pemain, Aui_2000 kembali lagi ke The International 2019 Dota 2 sebagai pelatih, dimana Ia memenangkan NA Qualifier dengan Forward Gaming, yang pada akhirnya digantikan Newbee, setelah organisasi tersebut harus ditutup karena gangguan keuangan.
Sebagai pemain, BuLba memiliki momen hebat di TI Dota 2 sejauh ini. Permainan Hero Clockwork yang luar biasa pada Team Liquid versus LGD pada 2013 adalah momen ikonik dalam sejarah pertandingan turnamen The International Dota 2. Tetapi keberhasilan terbesarnya di turnamen The International adalah pada waktu melatih EG di tahun kemenangan mereka.
Dia juga melatih Evil Geniuses ke tempat ketiga di tahun 2018, dan sekarang BuLba kembali ke panggung terbesar turnamen Dota 2 sebagai pelatih lagi di 2019. BuLba bisa menjadi pelatih pertama yang memenangkan dua turnamen The International.
Sebagai pemain, Heen hanya loyal kepada organisasi yang berasal dari negaranya sendiri Korea Selatan yaitu MVP, tapi berada di cabang yang seringkali berbeda. Keberhasilannya dimulai dengan perannya sebagai pelatih Team Liquid, ia bergabung dengan team KuroKy pada tahun 2016 dan bekerja untuk Team Liquid selama liburan mereka hingga akhir 2018, termasuk The International yang menang Agustus 2017.
Predator TNC mengumumkan Heen sebagai pelatih mereka untuk team pada bulan April tahun 2019. Bersama-sama mereka berhasil lolos melalui peringkat DPC, dimana hal inilah yang akan memberikan Heen kesempatan untuk bisa mengangkat piala Aegis lagi sebagai pelatih untuk ke dua kalinya.
Memenangkan turnamen The International Dota 2 pertama pada tahun 2011 menjadikan Na'Vi sebagai sebuah team yang legendaris. Terlebih lagi, NaVi mendominasi game-game awal dengan partisipasinya di 3 Grand Final berturut-turut di turnamen TI Dota 2. Sayangnya, mereka tidak pernah berhasil lagi dan dalam beberapa tahun terakhir NaVi seperti mencari ramuan ajaib untuk kembali ke puncak dunia Dota 2.
Skuad yang berasal dari Swedia ini menang pada tahun 2013 di pertandingan legendaris El Classico dengan NaVi dalam pertempuran yang epik. Setelah absen dalam dua tahun terakhir, Alliance mengamankan tempat mereka di Major terakhir musim ini, EPICENTER Major, dalam duel langsung melawan Gambit Esports. Tahun ini, mungkin kita akan melihat adegan El Classico di TI Dota 2 lagi.
Team dari China Newbee gagal di Closed Qualifier tetapi organisasi ini mengambil kesempatan lain untuk menjadi yang pertama bisa memenangkan Aegis 2 kali dalam sejarah The International Dota 2 nanti di tahun 2019 ini. Newbee menggantikan Forward Gaming ketika organisasi Amerika ini collapse karena masalah keuangan. Bisakah team Amerika Utara ini membantu team dari China mengklaim Aegis lagi?
Memenangkan TI Dota 2 di negara sendiri adalah sesuatu yang istimewa, dan sampai saat ini hanya Evil Geniuses yang telah mengalaminya sejauh ini pada tahun 2015. Tahun 2019 ini, Evil Geniuses akan melakukan perjalanan ke China, dengan harapan, akan menjadi immortal dan memenangkan turnamen The International Dota 2 untuk kedua kalinya.
Team Liquid adalah team yang paling stabil dalam sejarah Dota 2 sejauh ini. Hampir 3 tahun mereka saling bersama dan memenangkan Aegis pada 2017. Dengan perubahan carry-player mendekati sebelum kualifikasi, team Liquid telah mencapai tujuan pertamanya, yaitu menjadi lebih tidak terduga oleh team lawan. Tapi apakah hal ini cukup untuk bisa mencapai puncak tertinggi dan menjadi immortal di turnamen The International 2019?
Perjalanan OG di TI8 adalah hal yang akan selalu di kenang sepanjang waktu dalam sejarah Dota 2. Datang dari sudut yang paling dalam di Open Qualifiers, menutup Closed Qualifiers dengan sempurna dan mencapai upper bracket untuk memenangkan Grand Final adalah hal sangat luar biasa bagi para penggemar dan penonton Dota 2 di seluruh dunia.
Dan sekarang kisah perjalanan OG di TI8 menjadi salah satu kisah "Cinderella" terbesar dalam sejarah olahraga Esports. Bisakah OG melakukannya lagi di TI9 ini? Tahun ini adalah tahun yang mengecewakan bagi OG, dan mungkin peran underdog inilah yang membuat team ini akan bersinar kembali. Jika OG mampu memenangkan turnamen The International 2019, maka ini akan menjadikan OG tidak akan tergantikan di dalam sejarah dunia Esports.
Itulah prediksi dari Kabar Games untuk pemain, pelatih dan team yang mungkin akan bisa menjadi yang pertama untuk bisa mengangkat trofi Aegis ke dua kalinya dan menjadi juara di TI9. Kamu dapat menyaksikan jadwal para pemain dan team ini bertarung dalam group stage The International 2019 (TI9) Dota 2 mulai tanggal 15 Agustus nanti. Ikuti terus Kabar Games untuk dapat mengetahui berita terbaru dunia Esports dan game kesayanganmu yah!
Hot News
See All5 Cheat COC No Root Terbaru di 2021, Dijamin Works!
Yoko Widito - 18 January 2022
Kunci Jawaban Brain Test Terbaru dari Level 1 - 270
Juant Setiawan - 14 December 2021
Kunci Jawaban Tebak Tebakan 2020 dari Level 1 - 200
Juant Setiawan - 14 December 2021
Kunci Jawaban Brain Out Terbaru dari Level 1 - 221
Juant Setiawan - 14 December 2021
Oploverz: Cara Download Anime, Fakta & Kelebihan
Reza Pratama - 14 December 2021
30 Karakter Anime Terkuat & Overpower, Siapa No. 1?
Aziza Larasati - 14 December 2021