Kami yang menuliskan surat ini adalah para peserta, dan orang tua dari peserta SuperTwin, reality show yang diselenggarakan oleh Indosiar.
Dalam sebuah media Humas Indosiar mengungkap asal mula 'Banyak orang kembar yang piawai bernyanyi dan cukup terkenal, seperti Kembar Group yang merupakan penyanyi kembar di masa 80-an. Hal itulah yang mendasari pemikiran kami untuk membuat acara SuperTwin' (sumber: www.republika.co.id, diakses pada tanggal 25 Juli 2008 pkl. 12.00).
Kemudian untuk mewujudkan hal tersebut pihak Indosiar pun menayangkan iklan SuperTwin audisi yang memuat informasi: “Mencari anak-anak kembar yang bisa menyanyi untuk mengikuti audisi”.
Audisi ini juga terbuka untuk semua kalangan umur. “Pasangan kembar yang tampil tidak dibatasi usia. Semua umur boleh mengikuti SuperTwin selama mereka adalah kembar. Selanjutnya, Indosiar yang akan mengklasifikasi usianya, apakah anak-anak, remaja, atau dewasa.” (sumber http://www.suarapembaruan.com/News/2008/04/24/index.html, diakses pada tanggal 25 juli 2008 pkl. 11.30).
Kegiatan ini menarik perhatian, terbukti dengan terjaringnya 350 pasang kembar yang mengikuti audisi. “Dalam seminggu sudah ada 350 pasangan kembar yang mendaftar. Ini baru di Jakarta saja. Apalagi jika dibuka audisi di daerah. Sejauh ini ada beberapa pasangan yang sengaja datang dari daerah untuk audisi di sini. Ada yang dari Medan, Palembang, dan Surabaya," jelas Gufroni.
"Menurutnya, untuk audisi kali ini memang hanya dilakukan di Jakarta saja. Rencananya audisi dilakukan setiap Senin-Kamis hingga akhir April ini. Setiap hari tim juri verifikasi dari stasiun televisi itu meloloskan 10-15 pasangan yang dianggap memiliki potensi. Mereka yang lolos berhak mengikuti babak selanjutnya.” (sumber http://www.suarapembaruan.com/News/2008/04/24/index.html, diakses pada tanggal 25 juli 2008 pkl. 11.30).
Kami adalah sebagian peserta yang lolos dari penjurian di tahap audisi. Kamipun tidak hanya berasal dari Jakarta, dan kami telah melakukan pengorbanan materil maupun imateril untuk mengikuti kegiatan ini dengan harapan dapat mengembangkan diri sebagaimana disebutkan oleh penyelenggara dalam iklan maupun publikasinya melalui media lain.
Pada tanggal 25 Juni 2008, kami yang lolos dikumpulkan di kantin Indosiar. Dalam pertemuan itu kami diberikan briefing dari Jody selaku Team Kreatif dan Anto salah seorang produser SuperTwin. Kemudian kami dikelompokkan menjadi 12 grup, dimana dalam 1 grup terdiri dari 8 pasang kembar, yang akan tampil bergilir setiap minggunya 4 kelompok (Merah-Kuning-Biru-Hijau) mulai hari Senin-Rabu.
Dalam briefing ini juga dijelaskan kompetisi akan dilakukan secara grup atau kelompok, yang akan dinilai oleh 100 Twin Voter yang berlaku sebagai juri, dan penilaian ini akan diakumulasikan dari hari Senin sampai hari Rabu, untuk menentukan siapa yang tereliminasi. Tidak dijelaskan tentang bentuk penjurian lain, jadi penjurian semata-mata hanya berdasarkan pilihan Twin Voter.
Kemenangan pada babak ini dijelaskan bukan kemenangan secara individual melainkan kemenangan kelompok. Kelompok pemenang akan melaju ke babak selanjutnya.
Hal ini sangat mengejutkan kami, karena semula kami mengira ini adalah kompetisi pencarian bakat pasangan kembar dengan asumsi mencari kemenangan pasangan bukan kelompok pasangan kembar.
Setelah kami dikelompokkan, kami diminta untuk melakukan persiapan penampilan yang akan ditayangkan dan disajikan dalam tayangan langsung SuperTwin pada setiap hari senin, selasa, dan Rabu, yang mulai tayang pada tanggal 7 - 23 Juli 2008 yang lalu.
Untuk penampilan tayangan tersebut kami diminta untuk menyiapkan konsep dalam 3 bentuk penampilan, yaitu Menyanyi, Unjuk Gigi (aksi kelompok), dan Click or No Click.
Dalam rangka mempersiapkan tayangan tersebut para peserta diminta untuk melakukan brain storming dan mengeluarkan ide-ide acara bersama dengan para Mentor dari Indosiar. Masing-masing kelompok memiliki mentor yang berbeda. Setelah dirasa mendapat bentuk performance yang cocok kami diminta berlatih dengan sungguh-sungguh agar hasilnya layak siar.
Demi meraih cita-cita kemenangan kelompok tadi, kami didukung oleh keluarga untuk menyiapkannya dengan sungguh-sungguh. Persiapan tentunya berarti ada pengorbanan baik materil maupun imateril. Bahkan ada orang tua peserta yang rela menjual motor untuk biaya bolak-balik Jakarta-Bandung, juga ada yang sampai menutup Butiknya (Boutique Ona-Oni) di Bengkulu selama sebulan, demi mengikuti jadwal latihan grup yang sudah ditentukan.
Semua pengorbanan ini semata-mata ditujukan untuk memperoleh kemenangan secara kelompok/ grup, bukan individual. Kami sendiri mendapatkan kesempatan tampil pada tanggal Senin 21 Juli – 23 Juli 2008.
Di tengah menunggu waktu tampil, pada tanggal 15 Juli 2008 (2 hari menjelang saat giliran gladi kotor kelompok kami), Putri, dari pihak Indosiar menginformasikan melalui SMS bahwa acara Unjuk Gigi diganti menjadi Tugas Dadakan. Artinya bahwa latihan kami menjadi sia-sia belaka.
Tim Indosiar menerangkan bahwa mereka memutuskan hal tersebut, melihat dari penilaian Twin Voter pada saat penampilan grup minggu sebelumnya, di sesi Unjuk Gigi (aksi kelompok) selalu cenderung menurunkan nilai setiap kelompok. Hal ini sungguh menunjukan bahwa terjadi ketimpangan, karena adanya perbedaan konsep kompetisi antara 4 (empat) Group di minggu pertama dengan Group lain yang akan tampil di minggu berikutnya. Sungguh aneh, tapi nyata.
Tetapi meskipun begitu kami tetap berlatih untuk sesi menyanyi yang dapat kami persiapkan lebih matang lagi daripada 2 sesi lainnya (Tugas Dadakan & Click or No Click) yang sifatnya sangat spontan. Keputusan tersebut kami terima walaupun cukup menyesakkan hati. Hal ini berarti kami tidak mendapat kesempatan yang sama dengan kelompok yang telah tampil sebelumnya. Demikian pengorbanan baik waktu, biaya yang telah keluar untuk persiapan menjadi percuma, tetapi tujuan kami tetap satu, agar kelompok kami menang dalam kompetisi ini.
Untuk menunjang performance grup, setiap grup diberi uang kelompok dari team Indosiar untuk membeli properti sebesar Rp1,000,000 dikali 3 (tiga) hari, dan uang untuk mengganti biaya transportasi sebesar Rp400,000 dikali 3 hari untuk setiap pasangan yang diserahkan pada tanggal 17 Juli 2008 oleh pihak Indosiar kepada masing-masing pasangan Selama tiga hari penampilan berlangsung.
Eko Patrio host acara tersebut selalu menyerukan “Berjuang dengan sekuat tenaga agar tidak tereliminasi atau tidak tercerai-berai”, maka kami pun terpicu untuk berjuang lebih baik lagi untuk kelompok.
Pada hari Rabu tanggal 23 Juli 2008, hari terakhir kami tampil di minggu itu, terjadi perubahan bentuk SuperTwin Show. Pada pukul kurang lebih 23.00 WIB, saat jeda iklan sebelum segmen terakhir dari acara, Bapak Doddy (Produser acara SuperTwin Show) mengatakan bahwa mereka akan mengubah konsep acara SuperTwin yang tadinya Game Show untuk grup berubah menjadi talent searching, dengan cara mengambil 2 pasang yang dinilai terbaik dari setiap grup (dari 9 grup yang tidak tereliminasi), yang totalnya ada 18 pasang. Hal tersebut sangat mengagetkan hampir semua grup sehingga terjadi kebingungan dengan konsep awal yang tadinya kompetisi per kelompok tiba-tiba menjadi kompetisi pasangan. Bahkan yang tadinya dalam satu kelompok berubah menjadi saingan. Sedangkan yang tidak terpilih, artinya pulang tanpa punya kesempatan untuk masuk ke babak berikutnya sesuai dengan konsep awal yang diinformasikan sebelumnya.
Kemudian diumumkan, bahwa kelompok terbaik adalah Grup Biru yang tampil pada Minggu kedua, yang dasar penilaiannya sendiri tidak kami ketahui, apakah berdasarkan perolehan nilai, siapa yang menilai, apakah dari Team Indosiar sendiri atau Twin Voter. Hal itu benar-benar tidak kami ketahui, karena tidak diumumkan secara jelas dan transparan.
Dalam sebuah kompetisi menang dan kalah adalah hal yang wajar. Akan tetapi proses menentukan kemenangan dan kekalahan haruslah melalui proses yang benar. Dalam setiap kompetisi penyelenggara harus menginformasikan aturan main yang jelas pada setiap peserta kompetisi.
Jika peserta menyepakatinya maka peserta akan mewujudkan kesepakatannya dengan mendaftarkan keikutsertaannya dalam kompetisi. Tetapi tidak demikian halnya yang dilakukan Indosiar selaku penyelenggara SuperTwin. Indosiar memberikan ketentuan dan aturan main secara abstrak, inkonsisten, dan tidak transparan.
Ketentuan acara yang telah disepakati diawal, secara tiba-tiba bisa berubah tanpa memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau kompromi, karena semua keputusannya sudah diberikan oleh pihak manajemen, begitu kira-kira yang disampaikan oleh Mentor ketika perubahan terjadi. Sehingga hal ini dirasakan memperlakukan peserta secara timpang, sebagai objek bukan subjek yang ikut serta, tetapi semata mata sebagai objek atau produk yang diolah hanya untuk kepentingan salah satu pihak, tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan kepada pihak lainnya.
Tidak dapat dibayangkan betapa kecewanya kami baik secara personal maupun kelompok. Bagi yang tidak terpilih merasa sia-sia, bagi yang terpilih merasa tidak enak kepada anggota kelompoknya sendiri.
Ironis sekali, saat kami berjuang dengan sekuat tenaga untuk dapat menang sebagai kelompok, saat itu juga kami dicerai-beraikan oleh pihak Indosiar sendiri selaku konseptor acara, tanpa diinformasikan sebelumnya. Padahal kami telah berkorban waktu, biaya, dan moril untuk mempersembahkan yang terbaik dalam kegiatan ini demi mengembangkan diri melalui Indosiar yang menjadi salah satu stasiun televisi nasional yang memproduksi acara pencarian bakat.
Kekecewaan dan perasaan dipermainkan ini tidak hanya dialami oleh kami yang sudah dewasa tetapi juga harus dialami oleh mereka yang masih di bawah umur, karena beberapa orangtua dan anak-anaknya mengalami shock dan kekecewaan yang mungkin dapat berakibat traumatis, dan bisa berdampak sampai dewasa.
Acara show ini melibatkan masyarakat luas. Keniscayaan bagi para penyelenggara untuk bertanggung jawab pada masyarakat. Demikian juga lembaga-lembaga yang terkait dengan media masa, (misalnya komisi penyiaran) kiranya dapat melakukan upaya-upaya pengawasan, dan penanggulangan terhadap penyiaran-penyiaran yang dirasa dapat membodohi masyarakat.
Demikian surat ini kami sampaikan bukan untuk meminta penggantirugian dalam bentuk apapun. Tetapi semata hanya mengetuk nurani para pengambil keputusan, pemegang kewenangan pengawasan penyiaran, untuk melakukan tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk kepentingan ini. Namun memang Kemiskinan bisa membuat orang melakukan hal apa saja, termasuk kemiskinan etika dan moral.
Salam kami Peserta SuperTwin: Anna Christiana & Lea Nathalia
Kami Yang Kecewa :
Ini adalah beberapa pasangan yang menyatakan kekecewaannya, untuk konfirmasi lebih lanjut harap hubungi pasangan yang bersangkutan Untuk informasi bisa menghubungi kami (nomor ada pada Redaksi)
Anna Christiana & Lea Nathalia
Jl. KPAD Sriwijaya VIII No. 15 Kota Cimahi
Jawa Barat
Baca Juga
SuratPembaca
Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.
Kirimkan Masukan
[email protected]
Senin - Jumat
09:00 - 17:00
Sosial