Sebagai pasangan muda, terlebih sudah dikaruniai seorang anak usia 2 tahun, memiliki rumah sendiri adalah merupakan impian besar dan sangat mulia. Lahir dari keluarga sederhana, membuat saya dan suami harus extra banting tulang demi mencapai tujuan tersebut. Sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan ke Perumahan Grand Depok City, kami sudah beberapa kali hunting ke daerah lain, seperti BSD maupun Bintaro. Kami memang berupaya mencari perumahan yang letaknya strategis, antara lain dari segi sarana pendidikan, sarana pusat perbelanjaan, dan sarana transportasi, mengingat kemacetan Jakarta, dekatnya perumahan dengan stasiun kereta menjadi point plus buat kami.
Singkat cerita pada awal tahun 2011, saya membeli rumah di Perumahan Grand Depok City (GDC), Depok, lokasi Cluster yang berseberangan dengan Waterpark dan Pasar Modern, serta jarak ke stasiun kereta hanya 5 menit dan harga yang masih bisa kami jangkau, membuat kami memutuskan untuk membeli rumah tersebut. Rumah yang kami beli ini adalah rumah yang sudah selesai dibangun, alias rumah siap huni tapi perlu saya garis bawahi bahwa rumah tersebut adalah benar-benar rumah baru, bukan rumah second, kami membelinya langsung dengan pihak developer. Sebelum kami akad kredit, pihak GDC, yang dalam hal ini diwakili oleh Saudara Ipung (Marketing) memastikan kepada kami, bahwa kami mendapat garansi perbaikan rumah dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah kami serah terima rumah. Mendengar garansi tersebut, sebelum akad, kami mencatat setiap detail yang akan kami ajukan kepihak pengembang untuk dilakukan renovasi, dan pada saat itu Saudara Ipung memastikan, pasti akan dikerjakan, karena ada masa garansi 3 bulan. Tanggal 24 Mei 2011, akad kredit kami cair dan kami menandatangani Akta Perjanjian Jual Beli, antara saya dan Pihak GDC.
Selesai akad, saya dan suami menemui pihak developer. Ketika kami datang, pihak Developer yang diwakili oleh Bapak Suji (Marketing) memberikan sebuat Formulir Complain kepada kami untuk kami isi. Beberapa hal yang kami mintakan untuk diperbaiki adalah sebagai berikut : 1. Dak teras miring (miring dalam arti yang sesungguhnya, benar-benar secara nyata terlihat kemiringannya) ayah saya yang kebetulan cukup ahli dalam bidang tekhnik sipil sangat mewanti-wanti bagian ini, Beliau menyatakan sangat kuatir dengan keselamatan anak saya, mengingat bagian tsb sangat rentan rubuh 2. Tembok di dalam rumah miring, mudahnya begini, disudut kiri tembok tersebut ukuran keramik lantainya 1 penuh, semakin kekanan ukuran keramiknya menjadi 1/4 bagian, jelas sekali kan kemiringannya. 3. lantai keramik rumah dibangun miring, artian miring disini mencakup 2 hal ; miring apabila diletakan bola bekel, bola tsb otomatis menggelinding saking miringnya, dan juga arti miring yang sama dengan kemiringan tembok, apabila ujung kiri keramiknya bisa ukuran 1 penuh, makin kesini tinggal 1/4 keramik. 4. Atap rumah beberapa sudah terlihat lepas-lepas kemudian saya menanyakan kepada Bapak Suji, kapan rumah saya bisa ditindaklanjuti.
Saat itu Bapak Suji memberi jawaban dalam waktu 1 minggu akan segera menghubungi kami sambil memperlihatkan jumlah tumpukan keluhan konsumen ditangannya, bahkan Beliau menunjukan salah satu komplain konsumen yang dibuat dalam rangkap 2, memuat 32 butir keluhan. Sampai mendekati waktu 2 minggu, pihak GDC tidak juga menghubungi kami, akhirnya kami datang menemui pihak GDC lagi. Dalam pertemuan tersebut mereka kembali menyodorkan Formulir Complain kepada kami untuk kami isi, tentu saya saya dan suami merasa dipermainkan, setelah berbicara cukup keras, mereka berjanji akan segera mengerjakan komplainan kami pada minggu depannya. Minggu depannya, ayah saya tiba-tiba menghubungi saya dan mengatakan bahwa Beliau baru saja pulang dari rumah saya di GDC, melihat ada tukang yang mengerjakan, namun yang dikerjakan adalah mengecat rumah, tukang yang cuma satu-satunya itupun menyatakan bahwa Ybs diperintah hanya untuk mengecat rumah saja.
Mendengar penjelasan tersebut, tentu saja kami berang, karena mengecat rumah tidak ada dalam komplain kami, tidak sama sekali! hari Sabtunya, kami kembali mendatangi rumah kami dan benar menemukan satu orang tukang sedang mengecat rumah kami, saat itu saya bertanya, mengapa Bapak tersebut mengecat rumah kami, sementara kami tidak ada permintaan untuk dilakukan pengecatan, fokus kami adalah pada perbaikan-perbaikan sebagaimana yang kami sebutkan diatas, tukang tersebut menegaskan bahwa perintahnya memang hanya mengecat. Saya ajak tukang tersebut untuk berkeliling rumah saya, dan tukang tersebut mengatakan parah sekali keadaan rumahnya, tetapi memang begitulah kondisi meyoritas bangunan di GDC menurutnya. Suami saya pada detik itu juga menghubungi Saudara Ipung, Ipung menyatakan memang tidak mungkin untuk memenuhi permintaan kami, jadi yang dikerjakan memang cuma mengecat rumah. Suami saya jelas marah, kami membeli rumah baru, bukan rumah second, dengan harga hampir setengah Milyar tetapi mendapat bangunan yang sangat tidak layak dijual. Karena tidak mendapatkan jawaban memuaskan dari Ipung, kami kemudian bergegas ke kantor Marketing, saat itu saya menegaskan bahwa saya akan memaparkan kekecewaan saya ini ke media, saya foto setiap sudut komplianan kami tersebut untuk kami rekap dan kami masukan ke media.
Mendengar hal tersebut pihak estate kemudian menghubungi kami dan menyatakan akan segera menyelesaikan seluruh komplainan kami. Selama mereka mengerjakan renovasi rumah, pihak Developer terus menerus mendatangani kami dan membujuk kami untuk segera menandatangani berita acara serah terima rumah. Berdasarkan pengalaman terus menerus dikecewakan, kami menyatakan tidak akan menandatangani apapun sebelum rumah kami selesai renovasi dan layak huni menurut kacamata manusiawi.. Setelah selesai, hari pertama kami menempati rumah, kami mengetahui bahwa sepertinya ada kecobocoran pada saluran air kami, karena kran air di dapur kami tidak bisa nyala, dan setelah bertanya pada tukang yang mengerjakan renovasi tersebut (tukangnya dari pihak GDC), menurut pengalaman selama mengerjakan komplainan di GDC, saluran yang bocor selama ini adanya dibawah lantai kamar mandi, selain itu kami juga menemukan bak mandi bocor. Karena masih masa garansi, kami kembali menghubungi pihak GDC, saat itu kami diberikan contact person Rahmat dan Budi.
Ketika kami menghubungi Rahmat, beliau menyarakan urusan itu ditangani Budi, tetapi berkali-kali kami sms dan telpon Budi, telpon kami tidak digubris sekalipun! karena malas berhubungan dengan pihak GDC, akhirnya kami memanggil kembali tukang tersebut (Bapak Ikhsan) untuk menghitung biaya renovasi, akhirnya kami memutuskan untuk merenovasi dengan biaya sendiri, sebagai "hukuman" untuk pihak GDC, kami menggunakan fasilitas bak mandi tidak layak pakai itu sebagai bak sampah di depan rumah kami, harapan kami, mereka akan malu, sadar dan memperbaiki kualitas mereka. Masalah tidak hanya sampai disitu, saya mengetahui bahwa nama pada voucher listrik dan nama di PBB kami bukan mencantumkan nama kami, melainkan nama orang lain.
Kalau masalah voucher listrik, hampir satu cluster ini namanya memang tertukar-tukar, tetangga saya bisa dapat kartu tetangga depan rumahnya dan sebagainya. untuk masalah PBB, kami sangat concern, karena kuatir bermasalah dikemudian hari. Terlebih setelah melakukan research dengan tetangga, PBB mereka sudah mencantumkan nama mereka selaku pembeli, sekalipun mereka membeli dengan cara KPR seperti kami. Pada hari Sabtu, 24 Maret 2012, kami mendatangani pihak GDC, meminta kejelasan soal PBB, dalam pertemuan tersebut, sekali lagi, berbekal pengalaman dipermainkan berkali-kali, saya menuangkan hasil pertemuan tersebut dalam Risalah Pertemuan yang ditandatangani oleh pihak GDC, point pertama menyatakan bahwa mereka akan menghubungi kami pada hari Senin, 26 Maret 2012 untuk memberitahukan progressnya.
Namun, seperti biasa, mereka kembali ingkar janji. sampai hari Rabu, 28 Maret 2012, tidak seorangpun dari pihak GDC menghubungi kami. Karena sangat membutuhkan penjelasan dan progress keluhan kami, akhirnya saya mengalah menghubungi pihak GDC di nomor 021 - 77833.840 / 778 27 400 yang diterima oleh Bapak Dedy, berikut kutipannya : G : halo, maaf saya bicara dengan siapa? GDC : dengan DEDY G : maaf, posisi anda apa ya pak? GDC : saya marketing G : begini pak, saya hari sabtu (saya menjelaskan singkat permasalahan saya). GDC janji akan hubungi saya hari Senin, tetapi ini sudah hari Rabu, saya cuma mau minta konfirmasi atas progress keluhan saya GDC : ohh ibu dulu marketingnya siapa? G : maksudnya? GDC : dulu marketing ibu siapa G : Ipung GDC : kalo gitu nanti saya sampaikan ke Ipung G : Maksud Bapak? Apa saya harus seumur hidup berhubungan dengan Ipung? Kalian kan punya data complain.. apa tidak bisa di follow up yang lain? GDC : Ibu maunya apa sih? mau saya bantu ngga? G : waduh mas, mas marketing kan? Mas sedang bicara dengan saya selaku konsumen loh.. mohon gunakan etika marketingnya. kalo ipung baru bulan depan adanya, saya harus tetap menunggu Ipung gitu? GDC : Ibu denger ya, nanti saya sampaikan ke ipung, Ibu mau saya bantuin nggak sih? (nada bicara naik cenderung membentak, dan dia tidak menawarkan bantuan apapun.. tidak berempati, dan malah mengancam balik.. ternyata inilah hasil didikan Marketing pihak GDC) G : begini ya cara GDC melayani konsumennya.. baik, sampai ketemu di media, cukup sudah saya bersabar menghadapi kalian selama ini GDC : Oh silakan, bu. Laporkan saja. Tulis sesuka hati ibu. Nama saya Dedy, marketing dan telpon pun ditutup olehnya.
Begitu kecewanya saya terhadap perlakuan mereka, terbayang perjuangan kami mengumpulkan uang untuk membeli rumah, biaya DP rumah pun tidak sedikit, kami bayar DP hampir 50% dari harga rumah, dan itu berarti ratusan juta rupiah, tapi perlakuan mereka kepada kami seperti kami membeli barang rongsokan.. Pintu maaf kami tertutup rapat untuk mereka.. dan kini hanya menyisakan penyesalan mendalam seumur hidup kami karena harus berhubungan dengan pihak pengembang seperti mereka.. Mereka sudah merusak mimpi indah kami untuk memiliki sebuah rumah idaman. Terima kasih pihak GDC, semoga Tuhan senantiasa memberkati kalian semua.
Maria Magdalena Dwitha Wedastyasih
Grand Depok City, Cluster Alpinia Blok E No.7
Depok
Baca Juga
SuratPembaca
Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.
Kirimkan Masukan
[email protected]
Senin - Jumat
09:00 - 17:00
Sosial