Selamat malam agan sista,
Perkenalkan Nama saya Sumanta, Â berdomisili di daerah tangerang. Saya bekerja di PT. Super Teknik, Perusahaan yang bergerak di bidang Pintu Kayu dan Pintu Besi. Saya menjabat sebagai IT Digital Marketing & Branding.
Ijinkan saya berbagi cerita terkait masalah yang sedang saya hadapi saat ini. Semoga semua keluhan saya tersampaikan dalam cerita ini dan mudah-mudahan mendapatkan solusinya.
Â
September 2018
Cerita ini bermula ketika saya akan melangsungkan pernikahan. Saat itu saya hanya mampu memberikan dana pernikahan untuk keluarga istri sebesar 10 Juta Rupiah saat lamaran, tapi alhamdulillah lamaran saya di terima dengan baik oleh keluarga istri saya, yang diwakilkan kepada kakeknya. Namun sangat disayangkan, uang yang saya berikan kepada pihak istri untuk biaya pernikahan, rupanya di pakai sebagian yaitu 3 juta rupiah oleh mertua saya untuk kebutuhan diluar pernikahan. Dan tentu saja mertua saya tidak mengembalikannya, bahkan sampai hari pernikahan. Uang yang cukup pas-pasan untuk pernikahan itu, di tambah sudah di ambil sebagian oleh mertua saya, membuat istri saya terpaksa meminjam ke sana kemari , bahkan sampai harus menggadaikan motor kakaknya tanpa sepengetahuan saya.
Malam hari setelah acara resepsi pernikahan, saya bersama istri menghitung hasil amplop tamu undangan. Namun yang membuat saya kaget, saat pagi harinya uang hasil amplop itu sudah tidak ada. Barulah pagi itu istri saya menjelaskan terkait pinjaman sebelum menikah dan juga menjelaskan soal menggadaikan motor kakaknya. Uang hasil amplop tamu undangan itu, dipakai istri saya untuk melunasi pinjaman, dan tentu saja cicilan motor yang di gadaikan itu, sayalah yang harus membayarkan setiap bulannya.
Saya bekerja di PT. Super Teknik hanya memiliki gaji 3,3 Juta saat itu. Saya juga memiliki angsuran motor yang 8 bulan lagi baru lunas. Dengan adanya tambahan cicilan motor kakak istri saya, tentu saja menambah pengeluaran saya tiap bulan. Apalagi setelah pernikahan, istri saya tidak mau tinggal di rumah ibu saya. Akhirnya saya memutuskan untuk mengontrak bersama istri dengan harga 600 Ribu Rupiah per Bulannya.
Ini sedikit gambaran Pengeluaran Bulanan saya :
Cicilan Motor Saya : Rp. 482.000
Cicilan Motor Kakak Istri Saya : Rp. 620.000
Kontrakkan : Rp. 600.000,-
Hutang Koperasi 6 bulan lagi = Rp. 581.000
BPJS dan Tabungan wajib Koperasi dari perusahaan : Rp. 150.000
Total = 2.433.000,-
Sisa gajinya, saya gunakan untuk keperluan sehari-hari, yang tentu saja tidak cukup untuk membiayai kebutuhan saya dan istri selama 1 bulan. Dari sini lah saya mulai terjebak kedalam lingkaran setan pinjaman online yang berbunga besar.
Februari 2019
Setelah jam istirahat selesai, saya memberanikan diri menghadap General Manager saya yaitu Ibu Nana. Saya langsung mengutarakan terkait masalah yang saya hadapi terkait hutang pinjaman online saya yang membengkak. Tentu saja penuturan saya itu membuat kaget Ibu Nana, dan alhasil saya di ceramahi habis-habisan oleh manager saya. Di akhir percakapan, saya di beri solusi untuk meminjam ke KTA bank permata, yang memang bekerja sama dengan perusahaan kami sebagai rekening Payroll. Karena bunga hutang pinjaman online saya lebih dari 10 juta saat itu, saya pun di perbolehkan meminjam lagi ke Koperasi . Total yang saya dapatkan dari KTA Permata yaitu 10 Juta dengan tenor 24 Bulan, dan 6 Juta dari Koperasi dengan tenor 12 Bulan. Alhamdulillah saya pun berhasil mengalihkan seluruh pinjaman online dan menghapus semua aplikasinya di handphone saya. Jadi Saat itu saya hanya berfokus untuk membayar pinjaman KTA dan Koperasi saja, dan bunganya terjangkau dan dalam jangka waktu yang masuk akal. Ditambah gaji saya sudah naik menjadi 3,8 Juta, membuat saya merasa sisanya masih cukup untuk membiayai kebutuhan saya dan istri selama sebulan.
April, 2019
Masalah keuangan muncul kembali, karena pengeluaran saya tidak terkontrol kembali. Semua itu bermula saat ibu saya mendapat bantuan dari pemerintah sebesar 10 juta untuk program bedah rumah. Ibu saya menerima program itu, dan alhasil rumah kami satu-satunya di bongkar dan renovasi. Bantuan 10 Juta dari pemerintah, tentu saja tidak akan cukup untuk membangun rumah dari nol. Sempat ibu saya mengajukan pendapat kepada kelurahan setempat, agar tidak ada syarat harus membongkar rumahnya, tapi hanya merenovasinya saja. Namun jawaban dari kelurahan, jika ingin mengambil program itu, rumahnya harus di bongkar dan di bangun dari awal. Akibat program bedah rumah itu, ibu saya meminta saya untuk mencari pinjaman untuk menyelesaikan pembangunan rumah yang tak selesai, karena bantuan pemerintah hanya setengah-setengah. Saya pun terpaksa meminjam KTA Kembali ke salah satu Bank. Saya mendapat pinjaman 10 Juta dari Amar Bank, dengan tenor 12 Bulan tapi bunganya sangat besar. Pinjam 10 Juta, tapi total yang harus dibayarkan 15312.000 dalam setahun. Gaji saya saat itu tentu saja tak akan mampu menutupi semua tagihan itu, ditambah istri saya sedang hamil dan semakin menambah pengeluaran bulanan saya. Dari sinilah, saya kembali harus terlilit utang, dan untuk membayar tagihannya saya meminjam kembali kepada pinjaman online.
Saya sudah berusaha mencari pendapatan lain, dengan cara mencoba menawarkan lagu-lagu ciptaan saya kepada artis-artis indonesia via instagram. Namun mereka hanya menanggapi bahwa lagu saya bagus, tapi mereka tak berani membelinya. Saya juga mencoba mencari sampingan dengan menjadi penulis thread di kaskus dengan bayar 1 Rupiah/View, namun tetap saja belum membuahkan hasil karena thread saya saat ini hanya mendapatkan View 20 Ribu-an.
Diperusahaan saya bekerja lebih keras, dan alhamdulillah hasil kerja saya terbayarkan. Saya mendapat kenaikan gaji hingga 4,8 juta. Tapi lagi-lagi karena bunga yang semakin membengkak, gaji itu masih belum bisa mengeluarkan saya dari jeratan pinjaman online
Â
Juli 2019
Bulan ini adalah puncak dari kesulitan keuangan saya. Tanggal 9 Juli saya harus membayar tunggakan BPJS Istri saya sebesar Rp..1350.000 agar BPJS bisa dialihkan ke kantor saya, karena istri saya sudah masuk bulannya untuk melahirkan. Dan di tanggal 18 Juli kemarin, anak saya lahir di Rumah Sakit Adjidarmo Rangkasbitung. Namun lagi-lagi saya harus membayar denda pelayanan sebesar 760.000, karena rupanya BPJS istri saya tidak sepenuhnya beralih ke kantor saya jika belum 100 hari setelah tanggal permintaan peralihan. Saya sudah tidak bisa lagi gali lubang tutup lubang untuk menutupi tagihan pinjaman online. Dan sampai saat ini, yaitu Juli 2019 total pinjaman online saya mencapai 30 Juta Rupiah.Handphone saya kembali dipenuhi dengan aplikasi pinjaman online bahkan lebih dari 10 Aplikasi.
Harapan
Semoga dengan ditulisnya keluhan saya ini, ada yang bisa membantu saya untuk keluar dari Jeratan Pinjaman online ini. Saya berharap ada orang yang bisa meminjamkan uang 30 juta dengan cicilan di bawah dua juta dan tenor 24 bulan. Saya ingin kembali fokus pada satu pinjaman saja, agar saya bisa menyisihkan sisa gaji saya untuk membiayai kebutuhan keluarga. Sebagai seorang ayah, saya ingin kehidupan baru anak saya menjadi lebih baik. Saya sangat berharap uluran tangan dan support dari agan dan sista semua.
Jika ada yang ingin membantu atau menanyakan bukti dari yang saya tuliskan di atas, bisa menghubungi saya via whatsapp : 085921923978
Â
Terima Kasih Agan sista semuanya