Masih Ada Budaya Wajib Bayar di SD Negeri

Anak saya saat ini kelas 6 SD sekolah di sebuah SD Negeri di daerah Cawang - Jakarta Timur, bertepatan dengan selesainya Ujian Akhir Semester setiap orang tua siswa diserahkan surat edaran dari panitia perpisahan sekolah, yang intinya adalah kewajiban membayar biaya perpisahan (terlepas dari sang anak ikut menghadiri acara atau tidak) sebesar Rp. 820,000,- (delapan ratus ribu rupiah), sedikit tidak percaya istri saya menghubungi salah seorang panitia menanyakan kepastian hal ini, ternyata benar begitu adanya, yang lebih membuat saya tidak percaya adalah ternyata tempat diadakannya acara perpisahan adalah di sebuah villa di Puncak - Bogor, WOW 820000 x 44 siswa = Rp. 36.080.000,- sebuah angka fenomenal untuk sebuah acara yg diadakan di Puncak, sebenarnya dengan tidak bermaksud sombong bahkan 2x lipat dari biaya diatas pun saya sanggup untuk membayar, tapi nurani saya langsung berontak, tidak sedikit teman2 anak saya orang yang tidak mampu, bahkan saya membayangkan ada orang tua dari salah seorang teman anak saya yang sangat jarang memegang uang sebesar itu. Seorang panitia berkilah bahwa pembayaran acara ini sebagian diambil dari tabungan siswa yang sudah dicicil sejak kelas 1 (siswa sejak kelas 1 diwajibkan untuk menabung).

Ketika di sekolah lain di keluarahan yang sama keluar surat edaran dari Dinas Pendidikan bahwa tidak boleh mengadakan acara perpisahan yang diadakan diluar sekolah tapi sungguh sayang surat ini tidak sampai ke sekolah anak saya.

Apakah tidak ada lagi hal2 yang lebih penting dari sekedar mengadakan acara ini? Apakah menginap di Puncak saat ini lebih mahal dari pada menginap di hotel berbintang di Jakarta? Apakah tidak sebaiknya uang sebesar itu dihemat untuk persiapan siswa masuk ke SMP?

Besar harapan saya untuk pihak terkait untuk bertindak setidaknya memberi perintah untuk menyesuaikan biaya yg harus dikeluarkan orang tua siswa.

Dari: Orang tua seorang siswa yg sedang galau.