Biaya 'Alat' Operasi RSUD Tarakan Tanpa Kwitansi

Jakarta - Kejadian berawal saat rekan kerja saya yang bernama Deden Deni Rama Wawan akan operasi hernia pada Rabu, 19 Jan 2011 di RSUD Tarakan dengan biaya ditanggung oleh Perusahaan. Pasien masuk sebagai pasien umum. Saya ditunjuk oleh perusahaan sebagai penanggungjawab pasien dalam hal biaya dan lain-lain.

Pagi harinya, suster yang berada di ruang operasi meminta biaya untuk alat (yang berupa jaring yang ditanam ditubuh pasien) Rp 1.000.000,- namun dengan tanpa kwitansi. Dia mengatakan kalau kwitansi bisa diberikan oleh salah seorang dokter di Klinik Bedah.

Saya pun bergegas ke klinik bedah di lantai 1 untuk menemui dokter tersebut untuk meminta kwitansi. Saat sampai di klinik pkl. 10.00 WIB, saya disuruh menunggu oleh asisten dokter. Selang 1 jam berlalu saya masih tetap menunggu, kemudian saya tanyakan kepada asisten dokter kenapa lama sekali, dia menjawab masih banyak pasien.

Kemudian saya disuruh datang kembali sekitar pukul 14.00 WIB. Ketika saya datang kembali saya masih harus menunggu 1 jam lamanya sampai semua pasien selesai konsultasi. Kemudian giliran saya menghadap ke dokter tersebut. Yang membuat saya terkejut adalah dokter tersebut mengatakan bahwa pembelian alat tersebut tidak ada kwitansi.

Katanya lagi Kalau saya mau kwitansi, saya sendiri yang membuat lalu beliau yang menandatangani. Saya heran, kenapa saya begitu dipersulit hanya untuk mendapatkan kwitansi. Yang saya heran pula kenapa pembayaran tidak melalui kasir.

Kamis, 20 Jan 2011 saya mengajukan komplain mengenai tidak diberikannya kwitansi oleh dokter tersrebut ke bagian manajemen Rumah Sakit. Saya diterima oleh Kabag Keuangan. Oleh beliau saya disuruh membuat surat pernyataan mengenai permintaan kwitansi seraya dia menjelaskan bahwa komplain seperti ini sering terjadi. Kata beliau kembali, pihak Rumah Sakit tidak melegalkan cara demikian namun hal itu terjadi.

Jumat, 21 Jan 2011 saya mendatangi manajemen Rumah Sakit, menanyakan kembali permintaan kwitansi. Namun saya ditangani oleh Kepala Pelayanan. Setelah mendengarkan cerita saya, dia menyarankan saya untuk mendatangi suster di bagian operasi. Seraya beliau mengatakan untuk permintaan kwitansi tidak dapat diberikan karena pembayaran tidak melalui kasir.

Saya kemudian mendatangi Suster tersebut dan beliau menjelaskan bahwa alat tersebut didatangkan dari distributor khusus untuk Rumah Sakit Tarakan dengan diskon khusus diberikan untuk Pasien Gaskin. Namun saya menjelaskan Pasien Deden masuk rumah Sakit masuk kategori Umum.

Setelah sedikit berdebat akhirnya oleh Suster bagian Operasi tersebut saya disuruh mendatangi dokter di Klinik Bedah tesebut. Alasan dokter di Klinik pun sama dengan Suster. Setelah berdebat dengan dokter di Klinik Bedah tesebu, saya pun sampai detik ini belum mendapatkan kwitansi yang menjadi hak pasien dan perusahaan (karena membiayai pasien).

Sehingga muncullah pertanyaan besar saya, yaitu:
1.Kenapa pembelian alat tersebut tidak melalui kasir?
2.Walaupun alat tersebut untuk Pasien Gaskin, apakah pasien tidak berhak mendapatkan kwitansi?
3.Manajemen Rumah Sakit Tarakan menyatakan bahwa tindakan tersebut tidak dilegalkan namun terjadi. Kalau memang mengetahui kenapa pihak Rumah Sakit tidak mengambil tindakan?
4.Kenapa dokter di Klinik Bedah tesebut tidak memberikan saya kwitansi?
5.Ada apa dibalik ini semua?

Untuk itu, mohon perhatian dari semua pihak yang berwenang untuk menindak lanjuti permasalahan ini agar tidak berlarut-larut dan semakin banyak masyarakat yang dirugikan mengenai hal ini.

Untuk itu, mohon perhatian dari semua pihak yang berwenang untuk menindak lanjuti permasalahan ini agar tidak berlarut-larut dan semakin banyak masyarakat yang dirugikan mengenai hal ini.


Abdul Gophar
PT. Jaring Synergi Mandiri
Jl. Tanah Abang 4 No.32 Jakarta Pusat
*****@****.***
081932183338

(wwn/wwn)