Malam tadi (23-OKTOBER-2015) turun hujan deras mulai sekitar jam 23.30 WIB di sertai mati lampu sekitar jam 01.00 WIB (24-Oktober-2015) sehingga membuat ane menjadi tertidur sangat nyenyak, sampai2 alarm yang di atur untuk menjerit membangunkan ane jam 02.00 WIB untuk menampung air dari PDAM TIRTANADI menjadi terlupakan alias tidak terdengar lagi karena kalah dengan suara ngorok ane yg DOLBY STEREO kata istri dan tetangga2 ane yang sudah terbiasa menikmatinya.
Akibatnya ane terbangun jam 04.00 WIB dengan kondisi 1/2 sadar karena masih ngantuk berat di iringi suara pompa air tetangga seberang rumah sedang menampung air, Ane pun buru2 turun ke bawah untuk menghidupkan pompa air. Namun sangatlah di sayangkan tak sampai 5 menit pompa air ane menyala tanpa tersedot air, pompa air tetangga seberang rumah padam (mungkin sudah penuh tampungan airnya). Pompa air ane hidup terus sampai 5 menit lebih tanpa air&ane tetap setia menunggu dan berulang kali menhidup matikan pompa air ane sampai jam 06 karena di saat jam segitu sangat mustahil untuk mendapatkan air lagi.
Sebagai gambaran gubuk derita ane itu terletak dalam kompleks (dari masuk kompleks, jalan terus sampe mentok, belok kanan). Sebelum ane putusin beli gubuk derita di lokasi tersebut, ane memang sudah tahu masalah air yang susah didapatkan dari PDAM TIRTANADI namun keuangan ane sanggupnya beli gubuk derita yang begini. Untuk KPR beli gubuk tempat lain yang layak huni takut tidak sanggup bayar saat sudah pertengahan cicilan.
Peristiwa tidak dapat air tidak terjadi pada tetangga depan kompleks atau warga di pinggir jalan besar kompleks bahkan mereka mendapatkan air sampai jam 06 WIB lewat (Ane jadi merasa tidak membayar tagihan rekening air atau di perlakukan seperti anak tiri oleh PDAM TIRTANADI MEDAN)
Ane tak tau mengadu lewat mana karena alamat email beserta NOMOR TELEPON PENGADUAN di website PDAM TIRTANADI MEDAN cuma PAJANGAN. Ane juga sudah mengadu ke web perlindungan konsumen
LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSEROAN Ane sebagai warga negara Indonesia merasa di zolimi, di paksa bayar pajak namun hasilnya hampir tak kelihatan karena jalan2 di kota Medan banyak rusak, pelayanan2 dari perusahaan2 negara tak profesional (PLN, PDAM khususnya)