indonesia cintaIndonesia
Home > Finansial > Real estat > Selangkah Lebih Maju

Selangkah Lebih Maju


1004 dilihat

Selangkah Lebih Maju

Selangkah lebih baik

Drr! Drr!

Orang akan mengira itu suara peluru untuk melukai orang lain, kamu juga akan berpikir begitu bukan? Anda sudah salah pada soal pertama. Peluru itu bukan hanya melukai fisik, tetapi juga telah membunuh jiwa dan batin ini. Luka peluru menembus badan seseorang yang sedang makan diatas kardus bekas. Toples bekas. Botol bekas. Kardus bekas. Plastik bekas, semuanya yang bekas tertumpuk disegala sudut diruang itu. Ruang makan yang berantakan membuat suasana hati ini menjadi berantakan tak karuan. Aku hanya diam ditempat ku dan menangis, hm tidak, itu terlalu dramatis. Hidupku tidak penuh dengan ke-dramatisan yang ada di novel-novel bestseller maupun novel yang tidak pernah dibeli orang. Menurutku teka-teki tersulit untuk ditebak adalah diri kita sendiri, karena kita tidak pernah tahu kemana arus akan membawa kita dan itu yang kupercayai. Percaya terhadap arus yang akan membawa ku pergi.

Bapak. Ayahanda. Daddy. Otosan. Apalah artinya itu semua jika ia sudah tiada.

Ayahku lah yang telah dibunuh olehnya. Aku tidak tahu namanya, dan aku tak pernah melihat mukanya.  Ia memakai baju pembela negara. Yang aku lihat hanya logo bendera merah putih yang menandakan nasionalitasnya dan aku yakin itu adalah orang Indonesia. Aku tak tahu apa yang ayahku lakukan sehingga membuat dia membunuh ayahku. Mereka menyeret ayahku seperti layaknya binatang, diikat dan dimasukkan kedalam karung. Seperti pemburu yang sudah mendapatkan makan malamnya.

Luka ini akan mengurung selamanya disini. Aku rasa tidak akan ada dokter yang mampu menyembuhkan luka dan penyakit ini. Penyakit, ya aku memiliki penyakit yang menular dan tidak pernah ada obatnya.

1998

Sudah 2 bulan berlalu, dan kedukaan ku pun sirnah. Penyakit? Tetap saja menetap didalam mahkluk ini. Di bulan Juli ini aku akan menjadi anak SMA, aku tidak merasakan kesenangan yang dirasakan anak-anak seumuranku. Pertama, ibuku lah yang harus membiayai sekolah dan kehidupan kita. Kedua, disekolah ini harus ada upacara bendera setiap senin. Ini adalah masalah utamaku, aku tak akan pernah ikut upacara bendera dan tak akan pernah memuja bendera merah putih.

25 Juli

Hari pertama MOS di sekolah, aku tersenyum senang. Aku senang hanya karena teman-teman disini bukan anak yang ingusan. SMA 17 adalah sekolah favorite se-Jawa Barat dan juga aku memilih sekolah ini karena biayanya sangat murah. Hanya 20.000 saja, seharga semangkuk mie ayam di depan toko. Aku selalu berpindah-pindah sekolah, selain karena tidak mampu aku sering membuat masalah di sekolah.

Kring! Kring!

Bel berbunyi sama seperti di sekolah-sekolah lain yang sudah pernah kucobai dan tiba-tiba semua siswa berlari-larian ke arah ku, aku gemetaran ketakutan. Aku anak baru dan aku tak pernah kenal satu siswapun disini, tapi aku.. aku cukup ganteng sih untuk bisa direbutin cewek-cewek.

Aku menepi agar dapat mengetahui apa yang terjadi. Dan, ini dia upacara bendera. Acara yang paling aku benci seumur-umur. Tapi aku harus ikut acara ini, ini adalah hari pertama ku sekolah.

Deng, deng, deng~ #IndonesiaRaya

Ini saatnya, saatnya semua orang memberi hormat kepada bendera. Dan inilah waktu yang tepat untukku membuktikkan bahwa negara Indonesia adalah negara yang tidak pantas untuk dipuja.

Dengan lagakku, aku memberanikan diri maju ke tengah-tengah lapangan yang luasnya seluas landasan pesawat. Aku memegang tangan orang yang sedang bertugas untuk menaikkan bendera dan ternyata ternyata ternyata dia seorang wanita. Aku akhirnya melepaskan tangannya sebelum tanganku cengkram tangannya demi menurunkan benderanya. Gagal. Aku gagal hari itu, maaf papa aku harus menundanya 1 hari sajas. Sekarang apa? Lari, lari sejauh mungkin dan mengumpat di mana orang tidak akan menemukanku. Sapu. Pel. Ember. Merekalah yang menemaniku selama upacara berlangsung.

 

Aku berkali-kali mendengar nama Azary Benectdita di panggil ke ruang kepsek di speaker, untung saja belum ada yang tahu namaku. Saat aku berjalan di lorong dan semua orang menatapku. Tatapan mereka sangat tajam, setajam katana yang baru saja diasah. Aku hanya bisa menatap kakiku dengan rasa malu dan bodoh. Bodoh karena aku tidak mampu menurunkan bendera Indonesia. Saat kakiku mendarat tepat di depan pintu kelasku, aku menarik nafasku tanda sudah terepas dari tatapan-tatapan tajam itu. Dan kursi yang tersisa hanya di bagian paling belakang. Aku menundukan kepalaku hingga jidatku menempel di meja. Pertama aku hanya melihat satu pasang kaki, tak lama aku melihat banyak sepasang kaki yang melingkari mejaku. Dan banyak sekali pertanyaan dari mereka yang sederhana, namun aku tidak bisa menjawabnya. Salah satunya adalah siapa namaku.

Aku langsung mengangkat kepalaku saat aku mendengar suara sepatu berhak tinggi memasuki kelasku. Wali kelasku mulai menanyakan nama kita masing-masing. Dan sekarang guruku sudah berada di depan mejaku.

     Siapa namamu?

     Aaron.

Orang-orang berlarian ke kantin seperti penggemar mengejar idolanya. Aku tidak makan, bukan karena aku sedang diet ataupun makanan itu tidak enak. Tapi karena makanan di kantin ini jauh lebih mahal daripada makanan yang biasanya ku beli. Satu mangkok bakso saja bisa kubelikan tiga singkong. Saat semua murid makan, aku selalu berada di lapangan dan latihan bola. Bola adalah sahabatku dari dulu, karena bola akan selalu mengikuti arus, arus atas musim diriku.

 

        Ibuku tidak pernah menikah lagi semenjak ayahku meninggal. Ibuku adalah seorang penjual barang bekas, penghasilan paling hanya Rp.500.000 per bulan. Cukup untuk membayar sekolah dan membeli makanan. Sedangkan dulu pekerjaan ayahku adalah sebagai perantara perdagangan antara Indonesia dan Jepang. Dan aku tak tahu apa yang menjadi penyebab orang-orang ini menembak ayahku. Dikeluargaku yang tersisa hanya ibuku dan pamanku. Aku tidak ingin mengingat-ingat hal ini lagi, tetapi aku penasaran apakah penyebab dari semua ini. Paman adalah orang terdekat ayah bagai lem besi yang sangat lekat. Paman ku datang mengunjungi kami setiap 3 bulan sekali. Ia datang bukan karena ingin bramah tamah dengan kami, melainkan karena merasa kasihan keoada aku dan ibu. Tanpa kusadari sekarang sudah jam makan malam, dan semua pikiranku terpecah saat paman mengetuk pintu kami. Setiap kali paman berkunjung ia selalu mentraktir kami makanan yang mewah, yaitu bakso. Mungkin ini saat yang tepat untuk menanyakan apa yang terjadi pada ayahku.

            paman, bolehkah aku bertanya?

            tentu, aku adalah pamanmu

            apakah yang sebenarnya yang terjadi pada ayahku?

            Ibu pun langsung menendang tulang keringku dan melotot seperti di drama-drama Korea.

            Jangan bahas masalah ini lagi ya sayang. Sembari tangan ibu yang kasar mengelus tanganku. Dengan terpaksa aku tidak menanyakannya sekarang.

Makan malam ditutup dengan teh tawar hangat, saat itu hanya tinggal aku berdua dengan pamanku. Langsung saja kutanyakan lagi.

            jadi paman, apa yang terjadi?

            jangan beritahu ibumu ya kalau aku menceritakan ini. Ayahmu adalah perantara perdagangan antar Jepang dengan Indonesia. Ia menjual semuanya. Ia menjual apa yang Indonesia butuhkan, yaitu gadget. Dulu Indonesia cepat sekali menerima budaya luar tanpa harus menyaringnya terlebih dahulu. Paman berhenti sejenak untuk membetulkan posisi duduknya. Dan ia mulai memasang muka serius.

            ayahmu, maaf, alm.ayahmu itu dulu adalah orang pertama yang menjual elektronik di Indonesia. Handphone. Handphone membabi buta Indonesia, masyarakat ingin memiliki handphone dengan teknologi touchscreen. Ayahmu lah yang menjualnya, tetapi harganya tidak terlalu mahal dan sesuai dengan kualitasnya. Kemudian pemerintah Indonesia menawarkan ayahmu untuk menjadi pejabat asalkan harga handphone itu menjadi sangat murah. Ia menolaknya. Ia hanya ingin menjalani hidupnya yang normal dan berjualan. Indonesia sudah melakukan segala cara agar ayahmu mamberikan harga yang rendah. Hingga akhirnya ayahmu di tembak oleh pembela negara Indonesia. Paman kecewa sekali saat mendengar bahwa negara Indonesia membunuh orang yang tak bersalah. Maaf aku baru menceritakan kebenarannya sekarang, karena aku takut kamu akan memiliki dendam.

Akhirnya aku menemukan jawabannya sekarang, aku terdiam dan merenung. Dendam atau memaafkan. Indonesia perlu ku beri pelajaran, aku pilih dendam hari itu.

 

Sekolahku berjalan lancar bagiku, tapi bagi guru-guruku tidak. Aku suka sekali memprovokasi anak-anak di sekolah untuk tidak mengikuti upacara bendera. Mengumpat saat upacara adalah jurus jitu dariku. Hasilnya, banyak anak yang mengikuti saran baikku ini. Hingga pada suatu saat hanya ada 10 orang yang mengikuti upacara bendera. Guru-guru memanggilku dengan nama Aaron tetapi aku tidak pernah menyahut, bukan karena aku pura-pura tuli ataupun menghindar dari omelan. Tapi karena itu memang bukan namaku, namaku harus samarkan. Bukan karena aku adalah penjahat yang sedang dicari oleh polisi. Tapi karena namaku ini sedang dicari oleh pejabat Indonesia yang menginginkan bisnis ayahku. Tak ada yang mengetahui namaku, bahkan kamu. Hanya ibu dan pamanku yang mengetahui nama asliku.

6 bulan berlalu, sukses bagiku karena belum ada yang mengetahui katar belakangku dan nama asliku. Aku tidak pulang ke rumah setelah sekolah, anak sepertiku biasanya hangout bersama teman-teman gaul. Saat aku pulang kerumah, ibu tidak ada di tempat biasanya. Tidak ada di kamar, di dapur pun tidak terlihat tubuh mungilnya itu. Tiba-tiba saat kubuka pintu gudang, ibu sudah berlutut dan tangannnya sudah diikat. Tapi orang disebelah ibu mengalihkan perhatianku, si dia. Si dia yang sudah mempersulit hidup. Kakiku langsung lemas saat ia membawa pistol, aku tidak memiliki apa-apa sebagai pembelaan. Mereka membawaku ke suatu tempat. Tempat dimana kumpulan orang bergumul berkumpul. Palu. Kacang. Pengadilan. Aku diadili tanpa ada salah, dan aku dituduh sudah merugikan negara Indonesia. Aku hanya terdiam, bukan karena aku tidak memiliki pengacara. Ketawa kecil. Kecil sekali hingga tak ada yang sadar. Tak ada yang sadar seberapa konyolnya orang-orang ini. Saat aku diberi kesempatan berbicara aku hanya melontarkan beberapa kata saja:

Indonesia itu lucu, sudah diberi hati malah meminta jantung.

Marilah kita sebagai pemuda Indonesia, bersikaplah layaknya manusia yang terhormat dan tahu berterimakasih. Jagalah sikap kita kepada siapapun itu karena kita membawa nama Negara Indonesia. Lets make a better Indonesia for us and for our next generation.

https://www.google.co.id/search?q=selangkah+lebih+maju&espv=2&biw=1093&bih=514&tbm=isch&imgil=LQUg_fMX94MIbM%253A%253BFHze0e9XgommcM%253Bhttp%25253A%25252F%25252Fsatumenit.blogspot.com%25252F2012%25252F08%25252F10-kutipan-kesuksesan-yang-akan.html&source=iu&pf=m&fir=LQUg_fMX94MIbM%253A%252CFHze0e9XgommcM%252C_&usg=__25ZbJ8sEJWZJ4N58RBMdyNsNTRk%3D&ved=0ahUKEwjH7pfcxevOAhXGrI8KHWU6B08QyjcILg&ei=tr7GV8e7BcbZvgTl9Jz4BA#imgrc=LQUg_fMX94MIbM%3A




Source : okezone


Baca Juga





SuratPembaca

Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.

Hubungi Kami

Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia

Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.

Kirimkan Masukan

[email protected]
Senin - Jumat
09:00 - 17:00

Sosial

suratpembaca apps