Jakarta - Sudah 1 bulan ini saya menempati rumah baru di Cluster Nirwana, Depok Maharaja. Sejak serah terima, saya melihat banyak sekali keretakan di dinding rumah saya. Karena masih dalam masa garansi, saya minta developer untuk memperbaikinya. Oleh bagian marketing saya diminta menghubungi kontraktor. Kemudian pihak kontraktor datang, waktu itu Pak Yarno yang mengecek, dan saya tunjukkan dinding saya yang retak-retak. Pak Yarno menyanggupi untuk memperbaikinya, dan kunci rumah pun saya kembalikan kepada developer. Hingga saya pindah, rumah saya sudah kembali bagus. Keretakan di dinding sudah ditambal. Masalah muncul kembali saat saya dan istri sudah menempati rumah itu sekitar 2 minggu. Retak-retak di dinding muncul lagi. Termasuk di tembok yang menjadi satu dengan tetangga (rumah saya dari batako press, sehingga dindingnya menjadi satu dengan dinding tetangga sebelah). Saya minta Pak Yarno lagi untuk mengutus tukangnya untuk memperbaiki dinding yang retak itu. Sampai di sini saya kira selesai. Ternyata masalah muncul lagi. Saat tukang akan tetangga sebelah saya ingin memperbaiki dinding tetangga yang jadi satu dengan dinding saya, dinding rumah saya jadi retak lagi. Akhirnya saya minta tukang tersebut bilang ke Pak Yarno. Tiga hari kemudian, kebetulan saya cuti, tukang tersebut datang ke saya dan bilang akan memperbaiki dinding saya yang retak sebagai akibat perbaikan dinding yang jadi satu dengan tetangga. Saat libur 17 Agustus 2007 lalu saya melihat lagi ada retak-retak di dinding kamar depan. Saya kontak Pak Yarno lagi, dan siangnya ada tukang datang ke rumah saya untuk memperbaiki retak-retak itu. Sampai di sini sebenarnya saya sudah capek dengan komplain-komplain yang saya tujukan ke kontraktor atas ketidakberesan rumah saya. Saat hujan beberapa hari lalu rumah saya bocor di bagian kamar belakang yang bersebelahan dengan rumah tetangga yang hingga saat ini juga belum dilanjutkan lagi pembangunannya. Saya kontak Pak Yarno lagi dan bagian yang bocor itu diperbaiki. Sampai saat ini hujan belum turun lagi, sehingga saya belum bisa mengetes hasil perbaikan itu. Tapi Pak Yarno sudah menegaskan kepada saya, jika masih bocor, saya diminta kontak dia lagi. Tadi pagi saya menemukan keretakan lagi di dinding yang menjadi satu dengan tetangga saya yang dulu pernah diperbaiki juga oleh tukang dari kontraktor. Sekarang saya bingung, bagaimana harus memperbaikinya, sebab rumah sebelah sudah ada penghuninya. Serba salah jadinya. Jika saya minta tukang memperbaiki, tentunya dinding tetangga juga akan retak terkena getaran pahat, karena bagian yang retak di rumah saya sama persis dengan bagian yang retak di dinding tetangga. Di sini saya melihat banyak sekali pekerjaan kontraktor yang terkesan asal-asalan, yaitu: 1. Sering sekali ada keretakan di dinding. Rumah memang berbahan baku batako press, namun seharusnya developer dan kontraktor lebih memahami bagaimana agar batako press itu bisa bertahan sekuat batu bata merah. Terbukti saat saya memaku tembok dengan paku beton, mudah sekali paku itu menembus tembok. Ini bukti bahwa proses pengecoran tembok saya lebih banyak pasirnya daripada semen. 2. Dinding yang retak menjadi satu dengan dinding tetangga, sehingga jika ada keretakan di satu sisi dan diperbaiki, sisi yang satu pasti ikut retak juga. Seharusnya developer dan kontraktor juga mempertimbangkan, bagaimana membuat dinding itu kuat, walaupun digunakan oleh dua rumah. 3. Saat tukang memperbaiki bagian rumah saya dan tetangga yang bocor, tukang itu menemukan karpusan di bagian atap rumah tetangga yang lepas. Karpusan kok sampai lepas... Ini membuktikan terlalu banyak pasir daripada semen untuk membuat karpusan itu. 4. Saya membeli rumah untuk mendapatkan dinding sendiri, dan tidak menjadi satu dengan tetangga. Saya pernah menanyakan ke merketing, mengapa dindingnya cuma satu dan digunakan berdua. Kata marketing, \"Yaa namanya juga batako Pak. Kalau bata merah itu pasti dua. Kalau Bapak mau dinding sendiri, ya harus nambah biaya lagi.\" Lho, saya pikir, apa hubungannya antara batako dengan satu tembok untuk berdua? Harusnya saya mendapat diskon karena tembok saya jadi satu dengan tetangga... 5. Uneg-uneg saya ini juga mewakili uneg-uneg tetangga yang sempat berbagi cerita dengan saya seputar rumahnya di Cluster Nirwana Depok Maharaja. Ada teman di perumahan lain yang bilang, \"semakin kecil penggunaan bahan baku untuk membangun di perumahan oleh kontraktor, maka semakin baguslah predikat kontraktor itu di mata developernya\". Sepertinya benar juga kata-kata teman saya itu, melihat kondisi rumah saya saat ini yang retak di mana-mana. Sudah ditambal, retak lagi. Ditambal lagi, retak lagi. Ini pasti ada yang tidak beres di konstruksinya. Bisa saja pondasinya kurang kokoh, semennya kurang banyak, dsb. 6. Semalam ada satpam mengantarkan surat pemberitahuan dan peringatan kepada saya dan penghuni blok yang lain, yang isinya memperingatkan agar pemiliki rumah memasukkan segala alat kerja ke dalam kavling masing-masing agar tidak mengganggu keindahan jalan di kompleks. Jika dalam waktu 2x24 jam tidak dipindahkan ke dalam kavling, developer akan membuangnya. Surat itu ditandatangani oleh pimpro Depok Maharaja. Timpang sekali. Kalau urusan seperti ini saja developer berani menyuruh-nyuruh warga. Tapi giliran soal rumah, pengerjaannya asal-asalan. Bagaimana tanggapan pihak Depok Maharaja sendiri? Dan untuk warga lain yang berniat menghuni rumah barunya setelah lebaran ini, saya sarankan untuk mengecek rumahnya dulu sekarang, siapa tahu bernasib sama seperti saya dan tetangga-tetangga lain yang sudah lebih dulu menempati rumah baru. Juli Prasetio Utomo Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ______________________________________(bdi/bdi)