Pramugari Garuda Mengabaikan Prosedur Safety, Keselamatan Penumpang Taruhannya
27 April 2017
Transportasi & Fasilitas Umum
Saya Ivan, karyawan swasta di bidang HSE, frequent flyer GA GFF 100232145. Pada tanggal 13 April 2017, saya naik Garuda dari Semarang menuju Jakarta dengan menggunakan GA231 seat 30H di emergency exit (kode reservasi - 1262488778771). Setelah naik pesawat, saya sempat tertidur dan terbangun ketika pramugari Afina hampir selesai melakukan briefing emergency exit. Setahu saya briefing ini penting untuk penumpang yang duduk di emergency exit, sesuai dengan standar SOP penerbangan. Jadi seharusnya saya dibangunkan sebelum dia memulai brief tsb. Saya pun dengan sopan meminta agar briefing diulang namun, atau setidaknya bisa dilanjutkan dalam Bahasa Inggris sesuai standar yang saya pahami (briefing hanya dilakukan dalam Bahasa Indonesia). Tak disangka ybs malah berjalan pergi kebelakang. Selanjutnya penumpang disebelah saya (yang memperhatikan kekhawatiran saya) memberitahu kalau dia pun tidak paham apa yang dijelaskan oleh pramugari terkait briefing pintu darurat barusan karena suaranya sangat pelan dan terlalu cepat. Padahal kami duduk di kursi deretan 30, jadi kalau kami saja tidak merasa jelas apalagi penumpang di kursi deretan 31. Ketika pramugari selesai membagikan makanan, saya ke toilet dan melihat pramugari tsb sedang sendiri beres2 di belakang. Karena penasaran, saya pun tanya kenapa dia tadi menolak untuk mengulang briefing atau setidaknya meneruskan dalam Bahasa Inggris sesuai yang biasa dilakukan setiap kali saya terbang dengan Garuda. Intinya mba Afina menjawab kalau buru-buru karena pesawat hendak takeoff. Saya klarifikasi kalau saat itu pesawat bahkan belum mulai mundur dan masih banyak waktu hingga menuju runway. Dia berkilah kalau penerbangan hanya sekitar satu jam jadi tidak terlalu penting briefing tsb, hanya formalitas saja. Dia juga complaint kalau mereka kekurangan satu crew karena Garuda terus melakukan efisiensi sehingga harus buru-buru serving. Lalu meminta saya untuk tenang dan segera kembali ke kursi dengan nada sedikit mengusir sebelum rekannya kembali ke pantry. Saya tersinggung bukan hanya karena perkataannya yang tidak sopan, namun melalaikan SOP safety penerbangan yang bisa membahayakan keselamatan penumpang. Sebagai professional dibidang HSE, saya sangat menyesalkan kejadian ini. Sebagai catatan, salah satu faktor keberhasilan tragedy US Airways Flight 1549 di Hudson River adalah ketika penumpang berhasil membuka pintu emergency tepat waktu setelah landing. Saya minta penjelasan dari Garuda atas kelalaian safety yang saya alami, baik itu safety briefing yang tidak sesuai SOP maupun kekurangan jumlah cabin crew seperti yang dikeluhkan pramugari tsb. Apakah pesawat masih laik terbang apabila kurang crew dilihat dari sisi keselamatan penumpang? Saya tunggu respon dan komitmen Garuda untuk kembali meningkatkan standar safety di setiap penerbangannya. Efisiensi perusahaan bukan berarti mengesampingkan safety.
1086 dilihat