Surat Pembaca Indonesia

Pelayanan Terminal 2 Bandara Juanda Mengecewakan

Transportasi & Fasilitas Umum

Pada tanggal 24 Mei 2014 Malam, saya berangkat ke Denpasar dengan Air Asia lewat terminal II (internasional) Juanda. Dalam dompet saya hanya ada uang Rp.170an ribu yang akan saya gunakan untuk bayar taxi dr Hotel Garden Palace Surabaya ke Juanda. Saya yakin sisanya tidak cukup untuk bayar airport tax, dll. Oleh sebab itu saya harus ambil uang di ATM. Alam kemajuan Indonesia saat ini dimana-mana di kota besar maupun kecil dan di bandara-bandara, bahkan beberapa bandara Perintis sekalipun ada ATM, jadi dalam benak saya sudah pasti di sebuah Bandara Internasional sekelas Juanda pasti ada anjungan tunai mandiri. Ternyata saya salah, di Terminal II Juanda tidak sama sekali ATM bank manapun, meskipun ada beberapa lapak ATM. Dengan sangat kesal, saya tanya petugas bandara, katanya memang belum ada ATM. Setahu saya Terminal 2 dibuka sejak Feb.2014. Mana mungkin tidak ada Bank yang tertarik berinvestasi di sana? Saya curhat kepada petugas C/I Air Asia, mengapa belum ada ATM satupun? Katanya pihak AP I patok harga perlapak Rp.400jt/tahun, jadi tidak ada Bank yang berani tanam ATMnya di Terminal 2. Menurut informasi dari petugas bandara, ada Mobile ATM dari Bank Mandiri namun hanya beroperasi siang hari. Karena tidak ada jalan keluar dibarengi takut terlambat C/I, saya terpaksa sewa taxi (Taxi Prima) keluar dr bandara buat cari ATM, ongkosnya Rp.70rb PP hanya untuk jarak 1,5km PP. Sebenarnya, dengan jarak seperti saya bisa jalan kaki, namun saya tidak bisa titip barang-barang saya karena tidak yg saya kenal, terpaksa pakai taxi. Setelah itu saya masuk dan menuju C/I counter Air Asia (terminal Domestik).Ssaya heran ketika hendak menuju C/I counter saya tidak temukan/melewati Screening Check Point sebagaimana biasanya di bandara yang saya pernah singgah dalam negeri maupun LN. Bahkan saya mencari-cari dimana Screening Saya langsung C/I bertanya kepada petugas C/I Air Asia. “ Saya katakan kepadanya, Mbak “ Kok tidak Screening Check Point buat screening barang2 bawaan penumpang??” Katanya akan discreening pada setelah C/I. Saya heran sekali. Saya katakan pada dia, saya rasa tidak Aman dengan system ini, hampir-hampir saya batalkan penerbangan saya. Siapapun bisa bawa apa saja ke dalam pesawat tanpa terdekteksi. Setelah C/I saya langsung menuju ruang tunggu domestic terminal 2, juga tidak ada Screening Check Point di pintu masuknya. Suasana di ruang tunggu sangat ramai, tempat duduk penumpang tidak memadai, ruang tunggu spacenya kebanyakan dipakai untuk jualan/tokoh. Jadi Rp. Airport tax Rp.75.000 hanya buat duduk di lantai doang. Terpaksa saya dan banyak penumpang lagi duduk di lantai saja, kayak terminal Bus. Disamping kursinya sedikit, para penumpang juga pakai buat taruh barangnya doang. Padahal ada banyak penumpang Ibu-Ibu/Lansia banyak tidak dapat tempat duduk. Kepedulian terhadap sesama penumpang untuk sharing tempat duduk sangat rendah. Padahal kita semua bayar Airport untuk pelayanan ini. Dari pengalaman ini, saya ingin himbau siapapun: 1. Bawahlah cash dlm jumlah cukup, bila terbang lewat terminal 2 Bandara Internasional Juanda setidak-tidaknya dalam situasi saat ini. 2. Dengan tidak adanya Screening Checkpoint, keamanan Bandara dan Penerbangan Harus Dipertanyakan. Apakah Sistemnya memang demikian? 3. Pemerintah perlu mengontrol kinerja pelayanan AP I di Bandara ini (khususnya Terminal 2). Terutama demi pelayanan transaksi keuangan di bandara, AP tidak melakukan praktek jualan fasilitas public secara terlalu komersil dan mencekik industry pheripheral lain yg turut mendukung pelayanan Bandara, termasuk perbankan, dll. 4. Tulisan merupakan kritikan demi perbaikan pelayanan Bandara Juanda tercinta, sebagai salah pintu masuk wisman dan wisdom (wisatawan domestik) ke jawa timur sekitarnya. Salam,


1027 dilihat