Jalan Derita Menjadi Pemimpin
14 January 2018
Transportasi & Fasilitas Umum
Oleh: Fahrizal Lukman Tahun 2018 menjadi tahun politik bagi Indonesia. Karena Memasuki bulan Juni, akan terjadi pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang dilaksanakan secara serentak di 171 daerah, baik tingkat Kota/Kabupaten hingga Provinsi. Tentu para elit politik mempersiapkan segala hal, sebab momentum Pilkada akan berpengaruh terhadap Pemilihan Legislatif (Pileg) serta Pemilihan Presiden (Pilpres) pada April 2019 . Dinamika politik tahun ini akan terus memanas dan bergejolak. Saat ini, jabatan-jabatan politik menjadi idaman. Kekuasaan menjadi tujuan yang amat diperjuangkan, mendudukinya menjadi impian banyak orang. Mulai dari uang hingga kepercayaan dikurbankan untuk menjadi pelumas guna memuluskan siasat pemenangan. Akan banyak orang yang sibuk mengiklankan diri. Mereka kian cerdik berbicara, meskipun kadang omongannya lebih banyak yang melangit tak membumi. Selain televisi dan sosial media, papan reklame, billboard, baliho-baliho kampanye bakal padat menyesaki jalanan. Kiranya benar pernyataan Selama kampanye, angin terisi penuh dengan pidato-pidato dan sebaliknya pidato hanya berisi angin. Anonim. Menjadi wajar, omongan kemarin berbeda dengan hari ini. Seolah-olah politik menempati panggung kehidupan yang istimewa, dimana para politikus bebas berbohong dan boleh memanipulasi diri sesuka hati. Edward Powcock (1604-1691) professor di Universitas Oxford pada tahun 1639 melalui serial kuliahnya Rhetoric menyampaikan hasil terjemahan ia sendiri, yakni sebuah surat yang kemudian menjadi inspirasi serta acuan bagi para pemimpin (Prof. A. Korkut Ozal, Komisaris BMI, AKOZ VAKF Foundation Turki). Adalah surat yang berisi nasihat Khalifah Islam keempat Ali bin Abi Thalib Ra. kepada Gubernur Mesir, Malik bin Harits al-Asytar pada tahun 655 M. Ali bin Abi Thalib memberi nasihat agar gubernur Mesir itu berhati-hati dengan jabatan yang baru ia jalani. Sesungguhnya orang-orang akan melihat segala urusanmu, sebagaimana engkau dahulu melihat urusan para pemimpin sebelum-mu. Rakyat akan mengawasimu dengan matanya yang tajam, sebagaimana kamu menyoroti pemerintahan sebelumnya juga dengan pandangan yang tajam. Ali melanjutkan, Mereka akan bicara tentangmu, sebagaimana kau bicara tentang mereka. Sesungguhnya rakyat akan berkata yang baik-baik tentang mereka yang berbuat baik pada mereka. Karenanya, harta karun terbesar akan kau peroleh jika kau dapat menghimpun harta karun dari perbuatan-perbuatan baikmu jagalah keinginan-keinginanmu agar selalu dibawah kendali dan jauhkan dirimu dari hal-hal yang terlarang. Dengan sikap yang waspada itu, kau akan mampu membuat keputusan di antara sesuatu yang baik atau yang tidak baik untuk rakyatmu. Jangan bersikap kasar dan jangan memiliki sesuatu yang menjadi milik dan hak mereka. Jangan katakan, Aku ini telah diangkat menjadi pemimpin maka aku bisa memerintah dan harus ditaati karena hal ini akan merusak hatimu sendiri, melemahkan keyakinanmu dan menciptakan kekacauan dalam negerimu. Bilakau merasa bahagia dengan kekuasaan atau malah merasakan semacam gejala rasa bangga dan ketakaburan, maka pandanglah kekuasaan dan keagungan pemerintahan Allah atas semesta, yang kamu sama sekali takkan mampu kuasai. Hal itu akan meredakan ambisimu, mengekang kesewenang-wenangan, dan mengembalikan pemikiranmu yang terlalu jauh. Oleh karena itu, jika kita dapati ibrah dari surat di atas, maka jabatan atau kekuasaan sebenarnya merupakan sumber segala tanggung jawab, perjuangan serta pengorbanan. Jabatan yang dijalani bukan hanya dipertanggungjawabkan pada rakyat semata, lebih dari itu dan terutama kelak kan dipertanggungjawabkan pada hari pembalasan nanti selepas mati. Masih banyak kiranya berbagai suri teladan yang bisa kita dapati dan pelajari dari berbagai tokoh yang melegenda. Agar kedepan, lahir para pemimpin yang lurus dan benar-benar tulus dalam memimpin suatu kekuasaan. Sebuah kejadian yang patut direnungkan bersama. Suatu hari tahun 1925, Mohammad Roem diajak mengaji oleh Kasman Singodimejo dan Soeparno ke rumah Haji Agus Salim. Jalan ke rumah Agus Salim itu becek sesudah dijatuhi hujan. Dan, saat Kasman datang, Agus Salim berkomentar, Hari ini Anda dating secara biasa. Kemarin peranan manusia dan sepeda terbalik. Kasman menjelaskan kepada Roem bahwa kemarin ia ditunggangi sepeda bukan ia menunggangi sepeda. Maka Kasman menjawab ke Agus Salim Een leidersweg is eenlijdensweg, leiden is lijden! (jalan pemimpin bukan jalan yang mudah, memimpin adalah menderita!).
1001 dilihat