Surat Pembaca Indonesia

Etika Wartawan

Profesional & Layanan Bisnis

Pada hari Kamis 23 April 2009, sejumlah wartawan mengikuti sidak Departemen Perdagangan dan Kesehatan Kabupaten Tuban ke beberapa toko. Kebetulan toko orang tua saya menjadi salah satu yang disidak. Pada saat kejadian, ayah saya mendampingi ibu yang sehari-hari mengelola toko tersebut. Pada saat itu pula, seorang staff departemen yang kebetulan kenal dengan ayah saya berbincang-bincang untuk urusan yang berbeda.Ditengah perbincangan tersebut, wartawan SCTV (Rudono) menyorot ayah. Merasa bahwa apa yang sedang diperbincangkan tidak ada kaitannya dengan urusan sidak, ayah saya berkeberatan dengan tidakan tersebut, dan menutupi kameranya. Kericuhan terjadi dan diikuti aksi saling dorong. Keesokan harinya, beberapa tv (diantaranya GlobalTV dan Anteve) menayangkan berita tersebut dengan pemotongan gambar dan berita yang seolah-olah memberitakan bahwa pemilik toko keberatan diliput. Demikian juga dengan wartawan SCTV Rudono yang diwawancara rekannya, membela diri dengan mengatakan pemilik toko keberatan diliput.Pertanyaan saya, mengapa redaktur/editor berita tidak meneliti kebenaran berita tersebut ? Dimana etika wartawan dalam mencari berita ? Apakah semua warga negara ini harus menurut dijadikan sumber berita oleh wartawan walaupun berita tersebut tidak berimbang atau tidak benar, hanya karena wartawan berada dibawah bendera jurnalisme ? Apakah media sudah cukup menyortir kualifikasi wartawan sebelum merekrutnya ? Atau asal comot sehingga punya berita ? Mohon perhatian aparat terkait. Imelda Andiani Jl. Safir VIII blok C7 no 3, Permata Puri Media Kembangan Jakarta Barat


841 dilihat