Surat Pembaca Indonesia

Pengalaman Mengecewakan Sekaligus Menyebalkan dari McDonalds

Perhotelan & Kenyamanan

Sebagai karyawan industri media, bekerja di luar kantor dan waktu kerja standard sudah menjadi hal lumrah. Dan terkadang, saya membutuhkan tempat khusus yang menjadi alternatif di luar ruang kerja saya sehari-hari. Maklum saja, kadang rasa lapar kadang bisa sangat menganggu, selain itu suntuk juga jika harus berada di ruangan kerja yang hanya menyediakan pemandangan tembok dan cubicle terlalu lama. Nah, bekerja sambil makan dalam satu tempat jadi solusi terbaik. Dan salah satu tempat favorit saya adalah waralaba makanan cepat saji kondang asal negeri Paman Sam, atau Amerika, McDonalds.Dengan banyak pilihan menu dengan harga cukup terjangkau, plus pelayanan cepat nan ramah, fasilitas tempat makan yang cukup luas, buka 24 jam, serta wi-fi untuk koneksi internet, pas untuk tipe pekerja seperti saya. Dengan tagline I’m lovin’ it, saya yakin mereka bersungguh-sungguh untuk menjangkau semua lapisan masyarakat, dari keluarga, profesional, anak muda, hingga segmen pekerja. Jadi, dengan fasilitas dan pelayanan yang sudah saya sebut sebelumnya, membuat gera-gerai mereka ramai dikunjungi konsumen. Hingga saya bisa berkesimpulan, mereka termasuk saya datang dan makan atau sekedar jajan ke McDonalds karena me,amg mencintai McDonalds, dibanding dengan waralaba makanan cepat saji lainnya. Namun, kejadian pada tanggal 27 dini hari, atau sekitar 24.30 WIB, entah pada kunjungan ke berapa kalinya, saya mendapatkan sesuatu yang mengganggu.Ya apalagi, kalau bukan dari segi pelayanan. Tepatnya di gerai McDonalds di Pasar Festifal. Waktu itu, seperti biasa, saya dan teman saya menghabiskan waktu untuk meneruskan pekerjaan kantor, sambil makan dan jajan di salah satu sudut di tempat tersebut sekitar pukul 20.00 WIB. Dan seperti biasa juga, saya cukup senang dengan fasilitas wi-fi gratis, untuk kiri-kiriman email dengan boss, dan rekan kerja saya yang lain. Dan ketika waktu menunjukan pukul 23.00 dan makanan dan jajanan pun sudah habis disantap, salah satu karyawan McDonalds berpakaian hitam mulai membersihkan lantai dan ruangan yang saya dan teman saya tempati, lalu menempatakan kursi-kursi di atas meja. Sehingga saya merasa berada di tengah-tengah “ilalang” baja, karena posisi kaki-kaki kursi tersebut menjulang lumayan lebih tinggi dari kepala saya. Kemudian, yang paling membuat saya tidak nyaman dan heran, adalah ketika si karyawan membuat suara-suara berisik, dengan membanting sapu beserta serokannya. Kemudian, beberapa saat kemudian, ia menyapu bagian kolong meja yang saya tempati tanpa permisi dan sangat tidak sopan, sehingga sempat membuat teman saya agak kesal dan menegur si karyawan tadi.Yang menjadi pertanyaan besar pada waktu itu adalah, apakah si karyawan bermaksud mengusir saya dan teman saya dengan ketidaknyamanan? Lalu apakah upaya itu, memang inisiatif si karyawan tadi, atau memang disuruh sang duty manager, atau yang lebih parahnya memang sudah menjadi standard baku pelayanan McDonalds sendiri? Jika iya, apakah konsumen seperti saya yang kebetulan makan dan jajan sambil menumpang bekerja di McDonalds harus segera angkat kaki, ketika makanan sudah habis disantap? Dan apakah saya layak mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari karyawan McDonalds? Lalu, mengenai beres-beres kursi tadi, apakah perlu, mengingat McDonalds membuka layanan 24 jam, soalnya saya sempat melihat ada beberapa konsumen yang urung makan di are tempt saya makan ketika melihat kursi-kursi ditempatkan di atas meja.Sekedar informasi, aksi beres-beres yang belakangan mengganggu seperti itu, pernah saya lihat di gerai lainnya, walaupun tanpa aksi tidak menyenangkan seperti yang dilakukan oleh karyawan McDonalds di Pasar Festifal. Setelah kejadian itu, lama-lama saya mulai berfikir, tagliner I’m loving it yang tertempel di kepala saya mulai berubah menjadi I’m not loving it. Sigit Prabowo Jl. Batu Merah Dalam Rt. 04/02 No.27 Pejaten Timur, Ps. Minggu 12510 Jakarta selatan


4184 dilihat