Surat Pembaca Indonesia

BSD City Sebuah Impian Murah

Perhotelan & Kenyamanan

Jakarta - Impian kami untuk mendapatkan hunian yang nyaman sesuai janji ketika melakukan transaksi kini menjadi mimpi buruk. Hanya selang 3 bulan setelah rumah serah terima, kayu sudah mulai keropos dengan kecepatan dan dampak kerusakan yang mengkhawatirkan. Hal ini dikarenakan kumbang pemakan kayu sudah ada pada kayu sebelum dipasang. Selain kayu yang termakan kumbang, kami juga merasa bahwa kayu yang terpasang sangat rendah kualitasnya dan sama sekali pihak pengembang tidak memperhitungkan faktor keselamatan maupun aspek kualitas bangunan yang mereka tawarkan. Kami mengambil kesimpulan bahwa kayu yang terpasang tidak sesuai dengan spesifikasi yang dijanjikan sewaktu kami membeli. Kayu yang terpasang adalah kayu yang lunak (soft wood) dan tidak sesuai standar untuk kayu konstruksi. Rumah di cluster kami seharga Rp 600 juta sampai dengan Rp 1 milyar. Dengan luas tanah terkecil 144 m2, terbesar 250 m2. Tetapi kualitas bangunan tidak sesuai dengan harga yang kami bayar. BSD City memberikan kualitas kayu atap yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan kayu yang diberikan jauh di bawah standar. Anehnya hal ini terjadi pada hampir semua rumah di cluster kami. Hampir 90% rumah di cluster kami di Delatinos tepatnya di Cluster Derio mengalami hal yang sama. Kami pun melakukan komplain. Pihak BSD City menawarkan kepada kami dengan metode penggantian kayu dengan sistem tambal sulam dan adanya close monitoring setiap 3 bulan sekali selama 3 tahun. Rumah kami akan disemprot dengan obat anti rayap yang merupakan bahan kimia yang harus kami hirup setiap 3 bulan sekali selama 3 tahun. Dan tentunya ini memberatkan kami. Bagi kami sistem tambal sulam untuk rangka atap masih memberatkan kami. Pertama, struktur atap rumah kami menjadi lemah karena struktur yang ada dibongkar pasang yang tentunya tidak sekuat sebuah struktur yang dibuat utuh. Hal ini berkaitan dengan rasa aman kami sebagai penghuninya yang sudah melakukan hak kami sepenuhnya membayar harga rumah yang tidak murah. Kedua, tidak bisa dipastikan apakah kumbang yang menjadi penyebab akan tuntas/mati, sehingga tidak menjadi bom waktu di kemudian hari. Sebab telah dilakukan penyemprotan yang kedua, tetapi ketika dimonitor seminggu kemudian ditemukan adanya indikasi kerusakan baru di tempat yang lain. Ketiga, daya tahan kayu yang berkualitas buruk yang tidak semestinya dipakai untuk rangka atap rumah, di mana pihak BSD mencoba untuk memberikan kualitas yang tidak sesuai dengan iklan mereka. Kekecewaan kami semakin bertambah dengan banyak ditemukannya kerusakan-kerusakan kecil dan kualitas yang kurang memenuhi harapan kami dari janji dan tawaran BSD City. Salah satunya adalah fasilitas cluster, yaitu pantai buatan, yang semula sangat menarik dan mampu mendongkrak daya tarik tetapi kemudian diganti dengan fasilitas lain yang jauh lebih murah dan tidak sepadan. Saya pribadi sudah tidak ingin tinggal di rumah yang sewaktu-waktu bisa roboh. Ingin dijual pun tidak bisa karena sertifikat yang mereka janjikan akan keluar dalam satu tahun tidak ada kepastiannya hingga kini. Lengkaplah sudah penderitaan kami membeli rumah di BSD City. Uang yang telah kami kumpulkan dengan susah payah untuk mendapatkan impian tinggal nyaman di BSD City ternyata memang benar-benar hanya sebuah impian belaka di mana marketing mereka sangat lihai dan telah mampu menipu saya dan penghuni lainnya. Joseph Widyanta Alamat lengkap ada di redaksi (msh/nrl)


902 dilihat