Kekecewaan terhadap Alfamart
01 February 2019
Perdagangan
Sebenarnya, ini hanya kisah biasa. Lebih kepada ingin berbagi pengalaman. Atau ingin mengeluarkan keluh kesah dan kekesalan yang hinggap dihati. Saya, seorang karyawan yang bekerja di Alfamart. Sebuah minimarket - yang sebenarnya bukan mini lagi, tapi sudah bermetamorfosa menjadi perusahaan besar. Siapa yang tidak tau Alfamart? Tokonya sudah merayap dimana-mana dari sabang sampai merauke. Jika dikatakan sebagai perusahaan besar, seharusnya ia bisa berlaku adil kepada seluruh karyawannya. Termasuk saya yang hanya bekerja sebagai pelayan toko. Saya menulis ini hanya untuk mewakili seluruh karyawan Alfamat atas kekecewaan besar terhadap perusahaan mengenai keadilan BAT (Bonus Akhir Tahun). Saya hanya ingin mengatakan bahwa kami sebagai karyawan yang bekerja ditoko mengaku kecewa karena tidak mendapat sepeserpun mengenai bonus tahunan itu. Padahal karyawan yang bekerja dikantor mendapatkannya. Alfamart merupakan perusahaan besar, itu sudah jelas. Hanya saja, jika ingin bersikap adil maka adil-lah kepada semuanya. Bukan hanya ke sebagian karyawan. Mereka yang mendapatkan uang bonus pasti akan diam saja. Berbeda dengan kita yang hanya bisa menggigit jari telunjuk karena iri. Padahal jika dibandingkan karyawan yang bekerja dikantor, karyawan yang ditoko lah yang dijajah seperti kambing untuk mengejar target sales. Kami buka toko dari jam 6 pagi dan tutup jam 12 malam. Dan hanya terbagi menjadi 2 sif. Kami bisa bekerja lebih dari 8 jam yang ditentukan. Tapi kami tidak mendapatkan uang lembur. Lebih terarah kepada solidaritas. Sedangkan karyawan kantor? Mereka datang jam 8 pagi dan pulang jam 4 sore. Tanpa ada kata solidaritas. Itu yang menjadi kepahitan hati yang kami rasakan. Mereka mendapatkan uang bonus tanpa harus kerja keras. Tanpa harus mengeluarkan keringat seperti yang biasa pelayan toko rasakan. Kita yang dikejar-kejar untuk target sales. Dipekerjakan seperti kambing untuk menerima intruksi ini-itu dari atasan. Bahkan tak jarang menerima caci maki dari para atasan. Kita yang sama-sama bekerja, tapi hanya sebagian yang menuai hasilnya. Dimana keadilan sebuah perusahaan? Saya juga mendengar, jika pelayan toko mudah mendapatkan reward2 lain seperti PDM (promo dwi mingguan) atau IKT (insentif kinerja toko). Itu memang benar, jika target pdm dan ikt mencapai 100% kita bisa mendapatkan uang lebih. Mungkin perlu saya ingatkan, uang lebih itu hanya untuk toko yang sudah bekerja keras mencapai target. Bonus tahunan itu bukanlah perseorangan. Jika dilihat dari sudutnya, seharusnya itu milik keseluruhan. Saya mengaku kecewa terhadap kebijakan jika yang mendapatkan bonus tahunan itu hanyalah karyawan yang bekerja dikantor. Saya mengaku kecewa karena kita - para pelayan toko, yang berada dipondasi paling bawah, tidak mendapatkan sepeser pun dari jerih payah kami. Padahal tanpa kami, tidak akan ada bonus tahunan. Jadi yang harus mendapatkannya bonus tahunan itu sebenarnya siapa??
699 dilihat