Surat Pembaca Indonesia

Selektif Memilih Sosial Media Influencer Kekinian

Pendidikan & Pelayanan Kesehatan

Mempunyai akun media sosial sudah menjadi hal wajib bagi setiap orang, apalagi mengingat sekarang ini sudah memasuki era yang didominasi oleh generasi milenial atau generasi yang selalu berkaitan dengan teknologi. Di dalam media sosial itu sendiri kita semua pasti familiar dengan beberapa tokoh media sosial atau biasa kita sebut dengan influencer. Influencer adalah orang-orang yang mempunyai followers atau audience yang cukup banyak di media sosial dan mereka punya pengaruh yang kuat terhadap followers mereka, seperti artis, selebgram, blogger, youtuber, dan lain sebagainya. Social Media Influencer yang tersebar saat ini di setiap platform media sosial bahkan sudah tidak terhitung. Bahkan kebanyakan dari mereka bukan berasal dari kalangan artis senior di televisi, melainkan orang-orang biasa yang hanya mengunggah kegiatan sehari-hari mereka melalui video atau foto yang dapat menarik perhatian warganet. Para influencer-influencer ini pun mempunyai beragam cara untuk menaikan eksistensi mereka sehingga dapat dikenal dan mempengaruhi berbagai lapisan masyarakat bahkan menjadi sumber penghasilan mereka.   Paul Lazarfield (1940) ketika melakukan penelitian pengaruh media massa (radio) terhadap keputusan memilih presiden. Lazarfield menemukan bahwa seseorang tidak langsung menerima dan percaya apa yang disampaikan media massa tetapi mereka menerima percaya informasi tersebut ketika disampaikan oleh orang yang mereka percaya, orang-orang inilah yang kemudian dikenal sebagai opinion leaderSejak media sosial menjadi hal penting bagi kita, dunia digital atau new media membuat berbagai tantangan baru, para influencers ini lebih banyak digunakan di era digital melalui media sosial. Media sosial dipercaya bikin semua orang terhubung dengan lebih personal  dengan orang lain dengan menjangkau seluruh penjuru dunia tanpa batas. Semua orang terhubbung satu dengan yang lainnya secara nyata tanpa adanya jarak dan membuat para influencers langsung terkoneksi dengan followersnya. Menurut survei mandiri yang dilakukan melalui Google Form menghasilkan bahwa 85,2% responden mengikuti (follow) social media influencer di media sosial. Dari skala 1 sampai 5 responden memilih angka 3 sebanyak 48,3% atau berarti cukup terpengaruh dengan para influencer tersebut, dan 84,5% responden berumur 15-20 tahun atau tergolong masa remaja. Hal ini membuktikan bahwa  para Influencers mempunyai peran penting dan cukup mempengaruhi terutama bagi para remaja yang setiap hari selalu mengakses media sosial. Namun, sayangnya masih banyak Influencer yang secara tidak sadar menyebarkan pengaruh westernisasi atau kebarat-baratan berkat gaya hidup mereka yang kebanyakan merupakan tergolong kelas atas   Samuel.P.Huntington dalam bukunya yang berjudul The Clash Of Civilization menyebutkan Westernisasi adalah Proses yang mengikuti segala bentuk gaya hidup bangsa barat. Adapun pengertian lain, Westernisasi adalah suatu perbuatan seseorang yang mulai kehilangan jiwa nasionalisme yang meniru atau melakukan aktivitas bersifat kebarat-baratan. Westernisasi sekarang ini sangat terlihat dan mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa kita sadari,dilihat dari gaya hidup yang bermewah-mewahan, gaya rambut kepirang-pirangan dan sifat konsumerisme dan glamorisme yang mulai timbul pada tiap diri masyarakat. Salah satu pengaruh westernisasi adalah adanya masyarakat yang memiliki paham hedonisme, dan ini banyak terjadi pada influencer-influencer kebanyakan zaman ini.   Mari kita ambil contoh Karin Novilda atau pemilik akun @Awkarin di Instagram,  ia merupakan gadis berumur 19 tahun yang memiliki 2,6 juta followers dengan akun verified. Ia pun menjadi fenomenal semenjak gaya berpacarannya yang terang-terangan, bahkan tidak malu meunggah foto berciuman dan lain sebagainya, selain itu ia juga terkenal dengan gaya berpakaiannya yang cenderung terbuka juga cara dia berbicara di media sosial dengan sering berkata kasar. Anya Geraldine yang merupakan teman dari awkarinpun kerap mengunggah hal yang serupa,  sehingga membuat dirinya fenomenal dan menjadi perbincangan di berbagai kalangan dan mendapat perhatian dari KPAI bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) memutuskan untuk memanggil Awkarin dan Anya Geraldine. Dalam pertemuan tersebut mendiskusikan beberapa hal terkait konten-konten media sosial yang dianggap meresahkan. Namun hal ini kurang dijadikan momok bagi pengguna media sosial terutama generasi muda untuk tidak melakukan hal yang serupa. Justru banyak sekali ditemukan pengguna media sosial yang semakin mengunggah konten foto atau video dengan gaya hidup kebarat-baratan. Hal ini terjadi karena media sosial merupakan makanan sehari-hari bagi generasi milenial, sehingga influencer ini pun menjadi tontonan mereka setiap hari. Bayangkan, pada tempo waktu lalu ada perbincangan bahwa  anak dapat mudah terpengaruh perilakunya menjadi kasar dengan teman karena acara smack down di TV, bedanya saat ini bukan lagi  media televisi yang mempengaruhi, melainkan smartphone dengan media sosialnya yang setiap hari digunakan generasi muda.  Generasi muda menjadi korban akan hal ini, apalagi masa remaja yang cenderung labil dan masa menemukan jati diri. Generasi mudapun mempunyai hubungan yang dekat dengan influencer pada media sosial yang setiap hari mereka buka sehingga sangar mudah terpengaruh. Banyak sekali remaja yang berani mengunggah foto vulgar, berpakaian terbuka, bersenang-senang di tempat hiburan malam dan lain sebagainya. Perilaku konsumtifpun mendominasi dalam kehidupan generasi muda kebanyakan, dengan mengikuti trend terkini yang disebarkan influencer seperti contohnya berpergian ke berbagai restaurant atau cafe yang mahal hanya demi foto untuk di unggah ke media sosial walaupun hanya memesan es teh manis, memakai busana yang bermerek nan mahal, dan masih banyak lagi. Fenomena ini terjadi karena menurut mereka hal-hal itu lah yang dapat membuat mereka meraih eksistensi, sama seperti apa yang dilakukan awkarin dan Anya Geraldine. Jika apa yang ada di stasiun TV bisa di hapus, tidak pada media sosial. Jika iya sebuah akun bisa di hapus oleh pihak berwajib, itu bukan berarti tidak ada lagi akun serupa. Pengguna media sosial yang berbagai macam akan selalu terus bertambah setiap harinya, dan tidak bisa dibatasi.  Jika kita mengingat UU yang tertulis bahwa jelas mengatur dalam UU ITE pasal 27 ayat 1 larangan yang dimaksud di dalam UU ITE untuk mentransmitkan data elektronik salah satunya adalah berisi konten bermuatan melanggar kesusilaan. Seharusnya ini menjadi patokan bagi semua pengguna media sosial untuk tidak seenaknya mengunggah materi ke media sosial karena bisa berimplikasi menjadi sanksi sosial, sanksi moral, dan menjadi sanksi hukum. Pengguna media sosial harus bisa mempertimbangkan efek apa yang dihasilkan dari unggahan tersebut apalagi bila yang mengunggah adalah tokoh yang dapat menarik perhatian publik. Hal ini membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak, karena tidak ada habisnya jika hanya fokus terhadap dunia luar. Pemerintah dan institusi pendidikan harus turun tangan untuk membantu dan memastikan para generasi penerus bangsa ini mendapatkan ilmu yang matang ditengah pesatnya perkembangan zaman. Selain itu pendekatan psikologis oleh orang tua juga menjadi hal yang penting demi perkembangan moralitas anak. Tidak sedikit media social influencer yang patut dicontoh dan ambil nilai positif nya, seperti @RachelVennya adalah seorang entrepreneur muda yang sukses, dia juga merupakan istri dari pemilik Sate Taichan Goreng, Niko Alhakim yang familiar dipanggil Okin, semakin melebarkan sayapnya di dunia bisnis dalam berbagai bidang. Selain itu pemilik akun @AriefMuhammad yang menjadi favorite diantara semua kalangan juga patut dicontoh, ia sering berbagi pengalaman di dunia traveling, bisnis. Youtuber Fathia Izzati menjadi langganan anak muda karena kerap mengunggah video yang bernuansa mendidik, ia terkenal berkat bakat gaya bicaranya yang dapat mengikuti aksen khas berbagai negara, ia juga pernah dipanggil ke Istana Negara oleh Bapak Presiden Jokowidodo dalam acara makan siang bersama dengan influencer youtube lainnya. Beberapa influencer asal Indonesia seperti Keenan Pearce, Dian Pelangi, Anjasmara muncul sebagai sosok paling berpengaruh versi Influence Asia 2017. Mereka dipandang sebagai pemimpin opini (opinion leader) yang akan membawa dunia menjadi lebih baik.  Sebagai generasi muda harus bisa merubah paradigma bahwa untuk menjadi terkenal tidaklah hanya melakukan sesuatu yang viral dengan hal-hal kebarat-baratan, tidak perlu untuk memaksa mengikuti trend terkini secara mentah-mentah. Sebagai generasi muda harus bisa mengemas trend yang ada dengan baik dengan tidak melupakan identitas anak negri dan mulailah menjadi anak muda Indonesia yang bermakna.  


1138 dilihat