Pelayanan dan Kurangnya Perhatian Dokter di RS Trimitra Cibinong
18 August 2016
Pendidikan & Pelayanan Kesehatan
Pada tanggal 11/07 anak kami MDJ (2), muntah-muntah dari jam 22:00 (10/07) s.d. 03:00 (11/07) dan lebih dari 6X kami lalu membawa ke RS Trimitra Cibinong, disana kami masuk ke IGD dan melakukan pendaftaran mengunakan asuransi swasta (Equity). Diagnosa awal adalah Vomitus (Muntah), namun paginya setelah hasil darah lengkap keluar didiagnosa DHF/DBD karena trombosit diangka 73 (dalam ribuan). saat itu kami heran sebab tidak ada demam sama sekali selama 7 hari terakhir ini. Sekira jam 9 dr. jaga memeriksa dan meresepkan obat salah satunya vitamin, saat diminumkan beberapa jam berikutnya anak kami mulai diare. sedangkan muntah sudah berhenti sejak di beri anti muntah di IGD. sekira jam 11 dr. Pratikno, Sp.A (dr.tikno) selaku dokter anak dan juga salah satu owner RS datang untuk memeriksa, dr. tikno mendengarkan ulasan dari perawat yang mennyatakan: "Pasien atas nama Anak Muhammad Diaz, diagnosa Vomitus, dengan tromobosit 73.0000. hari ke-1" lalu dokter bilang ini DBD, kami sempat menyanggah karena tidak ada demam sama sekali, namun dokter bersikukuh ini DBD dan bilang bisa saja bapak/ibu tidak tahu demam nya... :( ya sudah anggaplah kami orang tidak berpendidikan tidak tahu menggunakan thermometer, tidak tahu membedakan demam dan tidak. hari ke-2 diare masih berlangsung dalam 1 jam bisa 2-5X diare dalam bentuk cair. saat dokter visit kembali, dokter hanya mendengarkan ulasan perawat yang isinya sama dengan hari pertama hanya berubah di trombositnya yaitu 68.000. dokter kembali bilang ini DBD dan tidak ada tindakan untuk diarenya, saat kami minta pendapat tentang diarenya hanya di jawab itu biasa kalo DBD ada diare dan di beri resep "probiotik". Hari Ke-3, diare belum berhenti dengan frekuensi yang sama, dan saat dokter datang kembali perawat bercerita dengan pernyataan yang sama dengan hari-hari sebelumnya hanya berubah di trombosit yaitu menjadi 65.000, dan tidak ada pengobatan atau tindakan untuk diare nya. hari ini perutnya pun mulai membesar. dilakukan rontgent torax. hari ke-4 diare masih belum berhenti frekuensi masih hampir sama. perut makin membuncit, dan saat dokter datang pernyataan yang sama diungkapkan perawat hanya trombositny yang naik jadi 73.000. anehnya perawat selalu bilang "pasien Vomitus" padahal sudah tidak ada keluhan muntah sejak hari ke-1. dan dokter bilang DBD tetap DBD. meski tanpa demam sama sekali. Hari Ke-5, diare masih berlanjut dengan frekuensi yang hampir sama (cair). dan saat dokter visit, perawat kembali bercerita seperti hari sebelumnya "pasien vomitus..... trombosit 65.000..." hah saya kaget kok trombositnya turun lagi? bukannya kalau sudah naik harusnya terus naik (kalau DBD), namun dokter bilang DBD hari ke 4. perut makin membuncit (lingkar perut di angka 54) Hari ke-6, diare masih tetap dengan frekuensi yang sama tanpa ada perubahan obat. saat dokter visit kembali diceritakn hal yang sama oleh perawat dengan trombosit yang naik kembali 68.000. dokter bilang besok jika trombosit naik boleh pulang. apa? gak aneh trombosit normal-kan di 150.000 ini masih di bawah 100 kok boleh pulang???? lingkar perut bertambah 2cm (56 cm) makin buncit, dan di bilang biasa kalau diare dan DBD. hari ke-7 diare sedikit membaik, namun frekuensi masih sama, saat visit dokter kembali di bacakan cerita oleh perawat, kali ini trombosit turun lagi menjadi 65.000. dokter masih keukeuh dengan DBD. lingkar perut bertambah 1cm (51 cm) makin buncit, dan di bilang biasa kalau diare dan DBD. hari ke-8 diare kembali, saat visit, yang dilakukan dokter dan perawat sama persis seperti 7 hari terakhr hanya berbeda di trombosit, kali ini di angka 67.000 (sedikit naik). lingkar perut bertambah 1cm (58 cm) makin buncit, dan di bilang biasa kalau diare dan DBD. dokter spesialis bedah dilibatkan, dan meminta rontgent abdomen. dilakukan rontgent abdomen 3 posisi (pk. 20:00) hari ke-9 diare mulai membaik, lingkar perut membesar menjadi hampir 60cm atau bahkan lebih saya agak lupa namun tidak ada penanganan apapun terhadap perutnya yang makin membesar. diagnosa tetap DBD, dan trombosit masih 68.000. hasil analisa dr. bedah tidak ada masalah (namun beliau tidak melakukan visit lagi). hari ke-10, diare membaik, lingkar perut bertambah 1 cm, trombosit di 71.000 dan tidak ada penangan lebih lanjut. akhirnya di hari ke-10 ini kami paksa untuk di rujuk. akhirnya dokter cuma bilang "Kalau mau rujuk bilang aja sama dokter jaga" dan anak saya di periksa menggunakan statoscope namun dibalik... akhirnya kita minta rujuk, Dr. Jaga menyarankan cari RS yang ada dr. Spesialis Bedah Anak. perawat merekomendasikan RS. Hermina Depok, (Pk. 11.30), namun Pk. 15:00 diinfokan RS Hermina tidak ada spesialis bedah anak, lalu mereka menyarankan RS Azra Bogor, kami menyanggupi dan diinfokan disana tidak ada kelas III adanya kelas II, kami pun menyanggupi. Pk. 17:00 diinfokan anak kami harus masuk PICU di RS Azra, lalu kami menyanggupi. Pk. 18:00 diinfokan PICU di RS Azra penuh jadi kalo mau cari yang lain. akhirnya Pk. 18:30 kami putuskan Rujuk Lepas (tanpa di dampingi perawat dari RS). urus administrasi baru kelas Pk. 19:30 itupun tidak bisa ada resume medis dan copy lab, harus 3 hari. saat saya tanya ke perawat bagaimana saya minta resume medis perawat hanya mejawab "Resume Medis yang gimana pak? setau saya cukup bawa surat pengantar" wow kalo hanya itu anak saya akan di rawat dari 0 lagi dong.... kami menemui dr. jaga minta bantuan untuk bisa memberikan copy lab dan resume medis. akhirnya dibantu di copy semua hasil lab dan dibuatkan resume medis. dan harus bayar 10% dari tagihan cash.... karena 80% dicover asuransi (8 jt) jadi saya hanya bayar 2jt, dan di tambah copy lab dan resume medis 200rb. kami bawa ke RS Azra, dan di rawat dengan sangat baik dengan pelayanan yang cukup baik dengan keramahan dan asuhan keperawatan yang baik, dan kunjungan dan perawatan yang baik oleh dr. Agus Drajat Sp.A dan beliau melakukan banyak test untuk tahu sakit apa, dan akhirnya di hari ke-7 di RS Azra beliau belum bisa simpulkan dan akhirnya menyarankan saya untuk merujuk anak saya ke RSCM ditangani oleh Prof. Dr. Djajadiman Gatot, Sp.A (K) sub spesialis Hemato Ongkologi karena di khawtirkan ada keganasan (kanker). karena masuk RSCM sulit bukan main, akhirnya kami masuk ke RS Evasari krn Prof. Gatot pun praktek disitu, di RS Evasari anak kami ditangani oleh Prof Gatot, dan diserahkan ke dr. Frieda Handayani, Sp.A (K) sub spesialis Gastro Hepato, hal ini karena perut anak kami yang membuncit. disini kami memperoleh banyak ilmu dari para dokter yang komunikatif dan memanusiakan keluarga pasien. saat ini putra kami sudah sedikit lebih baik, meski tetap pelu banyak pengobatan, karena dr. Frieda sendiri belum 100% menegakan diagnosa "Budd-Chairy Syndorme" yaitu sindroma penyumbatan pembuluh darah di hati. Terima kasih dr. Agus Drajat, Sp.A, dr. Frieda Handayani, Sp.A (K), Prof. DR, Djajadiman Gatot, Sp.A (K) dan seluruh perawat di R. Rawat Anak II RS. Azra Bogor, suluruh Perawat di R. Melati (Lt. 4) RS. Evasari yang telah memberikan perhatian dan kasih sayang kepada Muhammad Diaz Jinandra, Semoga kejadian pengabaian atas keluhan keluarga tidak terlulang di RS Trimitra, dan semoga Management RS Trimitra dapat lebih memperbaiki diri. semoga dr. Pratikno dapat lebih mau berkomunikasi dengan keluarga, seperti yang dilakukan dokter2 di rumah sakit lain. Salam,
6670 dilihat