Surat Pembaca Indonesia

Penanganan Pasca Persalinan

Pendidikan & Pelayanan Kesehatan

Kami masih merasa sangat terpukul dan tak habis pikir dengan penanganan dokter pasca persalinan di RSIA Asyifa Depok/ Asy-Syifa Medical Center yang akhirnya mengakibatkan istriku tercinta harus meregang nyawa di rumah sakit tersebut tepat pada tanggal 1 Januari 2013 lalu. Sungguh tak pernah kami mengira, hari kelahiran anak kami yang telah ditunggu-tunggu sekian lama ternyata juga menjadi hari yang paling kelam dalam sejarah keluarga kami. Nyawa orang yang paling berarti buat kami ternyata harus melayang di ruang tindakan rumah sakit tersebut, ketika dokter melakukan tindakan pengambilan mioma.Kami masuk ke RSIA Asyifa Depok/ Asy-Syifa Medical Center di Parung Bingung, Depok, pada pukul tiga dini hari. Dan kemudian bayi kami dilahirkan secara normal pada jam 7:30 pagi. Namun keceriaan kami menyambut si buah hati segera berubah ketika dokter Anisar Lestaluhu, Sp.OG yang membantu persalinan menyatakan bahwa ditemukan mioma sebesar 10 cm (belakangan diralat jadi 15 cm) sehingga harus segera dilakukan operasi sesar untuk pengangkatan mioma tersebut. Kami diperlihatkan daftar harga operasi di kasir dan kemudian diminta mengambil stok darah ke PMI Depok.Namun sesudahnya dokter menyampaikan bahwa karena pendarahan telah berhenti, operasi sesar bisa ditunda sampai besok. Walau begitu kami diminta untuk ke PMI Depok untuk pengambilan stock darah untuk transfusi. Setelah kami kembali, dokter lewat telepon kepada perawat kemudian meminta kami untuk kembali mengambil stok darah di PMI, kali ini sebanyak dua kantong dengan jumlah volume total 500 cc.Kami pun kembali ke PMI untuk pengambilan darah tersebut. Namun, ketika kami masih berada di PMI di sore harinya, dokter kembali ke rumah sakit dan rupanya dokter juga telah berubah pikiran dan melakukan pengambilan mioma tersebut tanpa operasi sesar. Ternyata tindakan tersebut mengakibatkan kami harus kehilangan nyawa orang yang paling kami cintai untuk selama-lamanya. Yang sangat membuat kami syok, dokter menyampaikan pada kami seolah-olah tanpa beban, bahwa karena keterbatasan yang ada, nyawa istriku tak bisa terselamatkan.Sungguh menjadi pertanyaan besar bagi kami: mengapa mioma hampir berukuran sebesar kepala bayi itu tak pernah terdeteksi dalam pemeriksaan USG rutin di rumah sakit tersebut, bahkan dengan dua dokter yang berbeda? Kalau rumah sakit memang punya keterbatasan, mengapa kami harus ditahan-tahan dan tidak langsung dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih lengkap? Hari itu adalah hari yang paling kelam yang kami di RSIA Asyifa Depok/ Asy-Syifa Medical Center (AMC) tersebut. Sungguh sangat tak bisa terlupakan dan terus menjadi mimpi-mimpi buruk kami sampai sekarang.Apalagi ketika kami berada di rumah sakit, kami dilayani oleh seorang perawat yang sangat kasar pada kami. Walaupun berjilbab namun sikapnya sangat ketus, dan peralatan medis yang hendak ia bersihkan dilempar-lemparkan begitu saja sehingga membuat suara gaduh dan berisik. Bahkan almarhumah istriku sampai ketakutan karena merasa ada yang marah-marah.Saat ini dua orang anak kami yang masih kecil-kecil, yang masih sangat butuh kasih sayang dari mama kandungnya, harus tumbuh tanpa figur dan kasih sayang seorang ibu. Mudah-mudahan kejadian yang menimpa kami menjadi perhatian dari pihak yang berwenang dan semoga tidak ada lagi korban-korban lainnya setelah kami. W. Afriadi Perumahan Sawangan Permai Blok F8 No. 17, Kelurahan Pasir Putih, Kec. Sawangan Depok


4657 dilihat