Surat Pembaca Indonesia

Dokter dan Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng Tidak Profesional

Pendidikan & Pelayanan Kesehatan

Saya Wongso Susanto mau bercerita tentang kronologi meninggalnya anak saya Dominic Edward Wong (14 bulan) tanggal 18-12-2012.a) Saya tinggal di apartemen city park bersama istri dan 2 orang anak. Anak yang tertua (3thn) sekolah di Kelompok Bermain Sekolah Tzu Chi sedangkan yang kecil (14bulan) saya titipkan di rumah orang tua saya (di dekat perumahan Cengkareng Indah sekitar 10menit perjalanan) setiap pagi dan saya jemput setiap malam sepulang dari kerja bersama istri.b) Tanggal 18-12-2012 sore orang tua saya telpon minta saya pulang lebih cepat karena anak saya rewel dan mau di gendong terus. Dan karena kesibukan kerjaan saya baru bisa sampai dirumah orang tua saya jam 20.00 untuk menjemput anak saya.c) Saat saya jemput anak saya sedang menangis tapi tersenyum saat lihat saya dan istri saya datang. Tetapi kondisi saat itu badannya sudah agak panas dan bibirnya agak pucat.d) Saat itu juga saya langsung bawa anak saya dari rumah orang tua saya ke UGD RS Tzu Chi dan langsung di tangani oleh dokter jaga (laki-laki saya lupa namanya) dan perawat. Selama perjalanan dengan motor, anak saya tidak bisa diam dan gelisah. Tetapi saat sampai di UGD dia diberikan Nebulizer dan oksigen, awalnya dia meronta-tonta tetapi belakangan dia sudah bisa tertidur dan tenang walau nafasnya tersengal-sengal. Sambil di beri oksigen 5 bar anak saya tetap di kompres dengan kain dan air dan kondisinya dikatakan lebih baik dibanding waktu datang.e) Dokter jaga saat itu menganjurkan membawa anak saya di bawa ke ICU rumah sakit lain karena tidak terdapat di ICU di Rs. Tzu Chi dan diminta dibawa segera mengingat nafasnya tersengal-sengal dan dokter juga bilang kalau lama takutnya gagal nafas. Dokter menyuruh saya segera mencari rumah sakit yang ada ICUnya. Dan dokter bilang saya harus segera menbawanya ke rumah sakit lain.f) Saya sempat menghubungi RS. Hermina Daan Mogot tetapi katanya ICU penuh, kemudian saya mengatakan saya akan bawa ke RS PIK saja karena seingat saya di sana ada ICU dan jaraknya tidak terlalu jauh. Saat saya mengatakan demikian salah seorang perawat mengatakan “ya sudah kalau begitu bapak isi surat penolakan ambulan dulu” dan kata kata ini juga dikatakan sama dokter saat saya bilang mau coba ICU Rs.PIK.g) Sekitar jam 21.00 terjadi pergantian dokter jaga, menjadi dokter Justina.h) Melihat anak saya sedang menggunakan oksigen, saya minta istri saya membeli oksigen tabung yang seukuran dengan botol air mineral 600ml. Karena itu yang bisa dibawa”. Saya juga minta istri saya mencarikan taksi agar dapat membawa anak saya. Saat istri saya mencari oksigen dan taksi, ayah saya sempat bertanya pada dokter agar bisa dipinjamkan tabung oksigen ukuran 1m3 yang terlihat di area UGD tetapi jawaban dokter “tidak bisa pak”.i) Saat jam 21.30-an taksi yang dipanggil istri saya datang, dan kita pun bersiap ke RS.PIK, dari ranjang UGD anak saya di pindah dengan tetap di berikan oksigen menggunakan tabung ukuran 1m3 dan sesampai di dalam taksi baru oksigen di pindah dari tabung 1m3 ke oksigen yg saya beli yang seukuran botol air mineral. Anak saya digendong oleh ibu saya dan oksigen di pegang istri saya yang dipencet setiap beberapa detik.j) Saat perjalanan baru berjalan sekitar 200 meter istri saya berteriak bahwa anak saya tidak bernafas dan saya yg duduk di sebelah supir taksi sempat melihat anak saya megap-megap. Dan dari situ saya minta anak saya diberikan ke saya yang dibangku depan. Dan saat itulah saya tahu bahwa jantungnya sudah tidak berdetak.k) Saya segera minta supir putar balik, dan selama itu saya coba lakukan pernapasan buatan dengan meniup mulut dan menekan nekan jantungnya.l) Sesampainya di UGD kembali saya teriaki dokter bahwa anak saya sudah tidak bernafas. Dan dilakuan pernapasan buatan hingga selama 30 menit hingga akhirnya dokter Justina mengatakan anak saya sudah tidak bernyawa lagi. Hal ini sangat menyayat hati saya, saya kehilangan anak saya di pelukan saya sendiri, dan saya juga menyesal kenapa saya mesti pergi dari UGD, jika saja saya tidak pindah anak saya masih bisa bernafas dengan baik.Ada beberapa hal yang saya sesalkan dari kejadian ini adalah : Anak saya hanya sakit asma dan karena reak/tham nya berlebihan sehingga dia kesulitan bernafas, kenapa mudah sekali meninggal? Mengapa saat anak saya butuh perawatan di ICU justru saya yang diminta mencari rumah sakitnya?(m) Mengapa bukan pihak rumah sakit yang merujuk dan menganjurkan saya pindah ke rumah sakit yang ada ICU-nya? Mengapa saat saya diminta segera memindahkan anak saya, saya hanya diingatkan kalau pindah saya harus tanda tangan surat penolakan ambulan? Bukan justru dianjurkan pakai ambulan mengingat fasilitas yang ada di ambulan dari sekedar mobil antar jemput?(n) Saat anak saya mau dipindahkan, kenapa saya tidak dilarang atau di tahan mengingat oksigen yang anak saya gunakan adalah 5 bar dan oksigen penggantinya hanya seukuran tabung kecil?(o) Apa akibatnya jika ada pasien di ICU dengan oksigen 5 bar di cabut dan digantikan dengan tabung kecil?(h) Apakah dokter tidak tahu akibatnya? Apakah dokter tidak sadar? Kenapa saat ayah saya mau pinjam tabung 1m3 tidak ijinkan? Apakah takut tidak dikembalikan? Kalau minta jaminan saya bisa berikan motor saya.(p) Apakah dokter/perawat rumah sakit mau cuci tangan dengan menyuruh saya tanda tangan surat penolakan ambulan? (f) Apakah ini prosedur rumah sakit? Dimana “Cinta Kasih” –nya? Dimana hati nurani-nya? Siapa yang bertanggung jawab atas nyawa anak saya? Bisakah saya katakan ini Malpraktek? Bisakah saya menuntut keadilan demi nyawa anak saya?Mohon bantuan dari semua pihak yang bersedia membantu saya mencari keadilan atas perlakuan dan tindakan yang dialami anak saya. Saya juga mohon agar email ini bisa dikirimkan ke pihak management Rumah Sakit Tzu Chi Cengkareng. Dan email ini juga saya tembuskan ke pbidi@idionline.org . Gan En, Wongso Susanto ==================================================Surat di atas sudah saya kirimkan sudah saya kirimkan ke Rumah Sakit lewat email dari tanggal 2 Januari 2013, saya juga menanyakan kembali jawabannya pada tanggal dan tanggal 17 Januari 2013, dan hingga saat ini tidak ada penjelasan atas pertanyaan saya. Sungguh Rumah Sakit ini tidak Profesional dan tidak bertanggung jawab. Dokter jaga di UGD hanya dokter-dokter muda yang belum cukup berpengalaman. Sungguh suatu pengalaman yang Mahal yang harus saya bayar dengan kehilangan nyawa anak saya. Dengan surat pembaca ini semoga saya bisa mendapatkan jawabannya. Terima kasih. Wongso Susanto Jl.Manik-manik No.30 RT03/08 Kapuk Jakarta


29104 dilihat