Pengalaman Buruk di Rumah Sakit
14 May 2007
Pendidikan & Pelayanan Kesehatan
Jakarta - 02 Mei 2007 papa mertua saya rawat inap di salah satu rumah sakit swasta di kawasan Sepanjang, Taman, Sidoarjo, Jawa Timur. Saya memilih rumah sakit ini karena dekat sekali dengan tempat tinggal, apalagi papa mempunyai menu makanan khusus yang harus diantarkan dari rumah. Keluarga dan papa sebenarnya senang dengan pelayanan dokter yang menangani secara profesional dan terbuka tentang penyakit yang diderita. Tetapi keluarga dan papa mengalami kejadian yang tidak menyenangkan dari perawat yang bertugas. Pada awalnya perawat yang bertugas terlihat tidak sepenuh hati dalam menjalankan tugasnya dan terkesan asal-asalan. Pada Hari pemberian obat Jumat malam 04 Mei 2007 terjadi kesalahan pemberian obat dari perawat. Biasanya saya jarang menjaga papa karena kesibukan saya berkerja. Malam itu saya menjaga papa dan saya selalu teliti dan rewel untuk soal pemberian obat dan tindakan medis lainnya. Saat akan mengkonsumsi obat, saya memeriksa obat yang diberikan dan ternyata ada kesalahan. Obat yang harusnya tidak diberikan lagi tetapi diberikan dengan dosis 4 kali lipat biasanya dan obat yang seharusnya diberikan tidak diberikan. Untungnya obat tersebut belum dikonsumsi. Saya yakin jika saya tidak teliti dan memeriksa obat tersebut mungkin obat tersebut sudah dikonsumsi oleh papa. Ketika saya komplain kepada perawat yang bertugas, dengan entengnya menjawab" oh iya obat yang ini sudah distop. Tanpa ada rasa penyesalan dan permintaan maaf sedikit pun karena dia sudah salah memberikan obat. Saya jengkel dan marah sekali waktu itu karena sikapnya. Saya minta dia untuk menghadirkan yang bertanggung jawab di rumah sakit tersebut malam itu juga. Memang pada akhirnya masalah ini dapat diselesaikan dengan baik oleh kepala perawat. Yang bersangkutan juga menyampaikan maaf dan penyesalan dan berjanji akan memperbaiki sistem mereka agar hal ini tidak terjadi lagi. Saya yakin jika saya tidak komplain keras dan sedikit emosi dengan marah-marah mungkin sikap mereka tidak berubah. Apakah pasien dan keluarga harus komplain keras dahulu sambil marah-marah baru mendapat hak-haknya? Setelah kejadian tersebut papa dirawat dengan tindakan dan sikap sangat manis dari semua perawat yang ada. Sebenarnya hal ini bukan sekali ini saja terjadi, satu tahun yang lalu saat ibu mertua saya dirawat di salah satu rumah sakit di surabaya juga terjadi kesalahan pemberian obat. Seharusnya diberikan obat Lasik tetapi keliru Lodia. Saat itu juga kalau saya tidak komplain keras dan marah tidak ada permintaan maaf. Sangat saya sesalkan saya mengalami dua kali kejadian yang sama. Apakah ini kebiasaan di rumah sakit kita yang tidak menghargai hak pasien? Saya himbau bagi masyarakat luas untuk teliti dan cermat jika ada keluarga yang dirawat di rumah sakit walaupun dirawat dikelas paling mahal sekalipun tidak menjamin pasien untuk diperlakukan dengan baik dan diperhatikan hak-haknya. Teliti setiap tindakan medis yang dilakukan dan rajin bertanya apapun tindakan medis yang diberikan karena itu hak dari pasien. Saya tidak tahu bagaimana perlakuan pasien tidak mampu yang berada di kelas paling murah, jika di kelas yang mahal saja pelayanannya sudah demikian jelek begini bagaimana dengan masyarakat yang tidak mampu? Mungkin mereka hanya setor nyawa saja jika pergi ke rumah sakit. Alhamdulillah papa saya sudah boleh pulang kerumah dengan kondisi lebih baik. Faisal Umry Email : faisalumry@gmail.com ____________________________(ana/ana)
1157 dilihat