Siloam Hospitals Membuat Kami Jengkel
05 September 2007
Pendidikan & Pelayanan Kesehatan
Jakarta - Keluarga kami mempunyai pengalaman yang sangat tidak mengenakan ketika almarhum Ibu kami, Ny. Hinijati (H) dirawat di Siloam Hospitals (SH) dan Rumah Duka Siloam (RDS) Karawaci. Sebelumnya dalam benak keluarga kami institusi tersebut punya pelayanan bagus. Kata orang punya standar internasional plus nuansa Kristiani. Terlihat dalam pemberian nama-nama ruangan yang ada di SH sehingga merupakan jaminan. SH adalah rumah sakit yang tidak hanya menekankan kepada pelayanan jasa medis secara profesional, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya. Tetapi, juga menekankan pelayanan bersifat kasih terhadap seluruh pasien yang ditanganinya. Almh H dirawat di lantai 8 Kamar 862 dari tanggal 19-27 Agustus 2007. Pada hari ke-2, kami cukup puas pada SH dan kami sampaikan kepada Customer Care SH yang mewawancarai kami. Namun, selanjutnya kami dibuat jengkel. Mulai dari petugas katering pria yang tiba-tiba datang dan tanpa permisi. Padahal Almh H sedang ganti baju (dilap) dan perawat sering alpa menutup gorden. Pihak katering yang seringkali lalai mengembalikan gelas untuk keperluan pasien. Padahal pasien perlu minum dengan segera (apakah bisa orang sedang sakit parah menunggu minum lebih dari 25 menit karena gelas tidak ada). Perawat juga sering sekali lebih dari 5 menit pijit bel baru datang. Padahal Almh H mau muntah. Ini bukan pertama kali terjadi tetapi berkali-kali. Meminta bantuan perawat untuk mengambilkan gelas dan sendok kecil karena pasien perlu minum. Pihak katering lama sekali tidak menyediakan gelas dan sendok kecil. Jawaban perawat adalah, "Oh, minta saja langsung ke pihak katering." Atau ada perawat yang kami kira lebih baik, "nanti saya mintakan gelas pada pihak catering". Tetapi, gelas itu tidak juga diantar. Akhirnya pernah suatu ketika saya keluar kamar dan kemarahan saya begitu meluap. Kebetulan ada salah satu dokter SH wanita (berambut diikat dan berkaca mata) di ruang perawat SH. Dokter tersebut meminta kepada perawat untuk mengambilkan gelas dan sendok kecil untuk Ibu saya yang ingin minum. Barulah gelas dan sendok kecil tersedia. Selain itu, beberapa kali suster alpa untuk mengganti botol infus yang sudah habis sehingga beberapa kali darah Almh H harus keluar lewat selang infus karena keterlambatan penggantian botol infus. Ketika Almh H meninggal pada 27 Agustus 2007 kami meminta bantuan jasa dari pihak RDS dengan harapan pada saat jenazah Almh H kami bawa pulang dalam keadaan bersih. Ternyata pada saat kami minta bantuan RDS terjadi wanprestasi RDS, yaitu katanya kalau yang meninggal wanita maka yang mengurusnya semuanya wanita. Ternyata pegawai RDS untuk mengurus Almh H hanya ada 1 (satu) orang wanita dan sisanya 5 (lima) orang pria. Saya membantu memandikan Almh H karena melihat mayoritas pria yang mengurus jenazah Almh H mulai dari membukakan bajunya, memakaikan bajunya, dan seterusnya. Dalam memandikan jenazah pun amatlah asal sekali dan jauh sekali dari bersih. Mungkin bagi pegawai RDS orang sudah mati asal saja tidak apa-apa, yang penting pekerjaan mereka cepat selesai. Barangkali dalam benak pegawai RDS jenazah orang yang sudah mati tidak mungkin bisa protes terhadap perlakuan apapun yang dilakukan oleh pegawai RDS. Atau bagi pegawai RDS menganggap bahwa jenazah orang mati sama dengan benda mati. Belum lagi mereka salah menyodorkan jenazah untuk dimandikan. Ketika saya protes jawaban mereka, "lho ini Ibu Mbak koq". Mereka memaksakan kehendaknya kepada saya untuk mengakui jenazah yang disodorkan itu adalah Ibu saya. Padahal tidak mungkin saya salah mengenali Ibu sendiri. Ketika protes ke-2 kali baru mereka bilang, "Oh, maaf mungkin memang jenazah yang satu lagi". Sebenarnya kemarahan ini sudah mau saya muntahkan pada saat itu. Namun, karena saya sedang amat berduka, saya pendam. Jenazah Almh H yang RDS urus bukanlah jenazah yang tidak ada keluarganya. Almh H adalah jenazah seorang manusia dan tidak sama dengan benda. Jadi tetap harus dihormati dan tetap diperlakukan secara manusiawi sebagai seorang manusia seperti layaknya manusia yang masih hidup. Untuk mendapatkan pelayanan tersebut dari RDS kami tidak dapatkan secara gratis. Tetapi, kami mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Widyawati SH d/a Demarau Widya Pangestu, Counsellors At Law, Plaza Sentral Lt 16 Jl Jend Sudirman Kav 47 Jakarta 12930 widya_w2004@yahoo.com (msh/msh)
744 dilihat