Surat Pembaca Indonesia

Hilang Waktu dan Tenaga Percuma di Brawijaya Hospital

Pendidikan & Pelayanan Kesehatan

Jakarta - Kejadiannya saya alami pada hari Sabtu, 14 Februari 2009. Saya berniat untuk memeriksakan anak saya berumur 13 bulan dan berkonsultasi dengan salah satu dokter ahli di Brawijaya Women & Children Hospital. Sudah menjadi kebiasaan sebelum berangkat saya konfirmasi melalui telepon untuk memastikan apakah jadwal berubah atau bisa melakukan pendaftaran pendahuluan melalui telepon. Pada pukul 13.00 saya menghubungi bagian informasi yang kemudian disambungkan ke bagian admission untuk menanyakan kepastian jadwal karena yang tertera di internet dan brosure jam praktek hanya sampai pukul 15. Namun, bagian admission menginformasikan bahwa dokter yang bersangkutan praktek pukul 13 sampai dengan 18. Pendaftaran tidak dapat dilakukan melalui telepon melainkan berdasar kedatangan.Saya bergegas berangkat dari rumah berharap keluhan tentang kesehatan anak saya akan mendapatkan solusi. Namun, apa yang terjadi setelah saya datang di ke bagian admission, bertemu dengan Ibu "E", menginformasikan bahwa dokter yang saya maksud sudah pulang dan jadwal praktek adalah 13.00 - 14.30. Sementara saat itu pukul 15.30. Tentu saja saya mengkonfirmasi info yang saya dapat via telepon jam praktek hingga pukul 18. Akhirnya bagian admission mengkonfirmasi ke bagian perawat. Saya dipersilakan mengisi form pendaftaran dengan lengkap dan mendapat nomor antrian untuk dibawa ke ruang tunggu pasien. Di LCD TV pun telah tercantum nama anak saya dan dr "A", SpA. Perawat pun berniat menimbang anak saya dan meminta buku medical record. Namun, beberapa saat sebelum anak saya ditimbang saya dikejutkan dengan pernyataan perawat bahwa dokter tersebut sudah pulang. Saya menjadi bingung dengan kesimpangsiuran ini. Akhirnya dengan sedikit emosi saya menayakan sebenarnya yang mana yang benar. Informasi dari bagian admission atau bagian perawat. Kemudian saya malah dibujuk untuk memilih dokter lain karena dokter yang saya maksud pulang dengan alasan ada tindakan.Nah, saya semakin bingung lagi. Apalagi sikap para perawat yang seolah tidak mau menjawab pertanyaan saya, dan terkesan plintat plintut, tidak profesional. Pura-pura telepon, "iya Bu, sebentar." Mondar-mandir dengan raut wajah bingung. Kemudian salah satu perawat menanyakan maksud kedatangan saya ke dokter yang bersangkutan, dan ketika saya menyampaikan ingin mengkonsultasikan perihal ASIP, perawat tersebut merasa berhak untuk mengalihkan saya ke dokter lain yang diyakininya dapat mengakomodir kepentingan saya tersebut. Tentu saja saya menjadi semakin emosi karena sikap perawat tersebut yang sok tahu. Ketika saya meminta kembali buku medical record anak saya perawat tersebut malah bertanya balik apakah buku yang dimaksud ada pada saya. Lalu pura-pura sibuk mencari buku tersebut di mejanya. Padahal ketika saya melihat ke balik meja buku itu terlihat dengan jelas dan tidak hilang. Dengan perasaan yang sangat emosi saya bergegas mengambil buku tersebut dan memutuskan untuk membatalkan pemeriksaan di RS tersebut. Saya kecewa sekali dan tidak menyangka kesan pertama menjadi calon pasien RSbertaraf dan berfasilitas international ternyata sangat mengecewakan. Sangat disayangkan bahwa tenaga-tenaga medis di sana tidak menunjukkan sikap sebagai profesional. Dari ketidakseragaman informasi yang saya terima menunjukkan ketidakprofesionalan RS yang notabenenya termasuk salah satu RS termahal di Jakarta.Akibatnya saya kehilangan waktu dan tenaga percuma. Kebetulan rumah saya berada di Depok. Perjalanan menuju Brawijaya yang melelahkan tanpa hasil. Saya mengimbau kepada pihak manajemen RS untuk memperhatikan hal-hal seperti ini agar tidak berulang kepada orang lain. LatifahJl Saribena No 28 Jakartaipehbiruabizz@yahoo.com08161482075(msh/msh)


618 dilihat