Layanan Tidak Profesional Dokter Anak RS Mitra Internasional
26 February 2009
Pendidikan & Pelayanan Kesehatan
Jakarta - Saya memiliki seorang putra berumur 11 bulan. Sejak Senin (16/02/2009) mengalami panas tinggi disertai dengan munculnya ruam dan bintil kecil-kecil di kaki (terutama dengkul kakinya bintil-bintilnya mulai berisi air) dan tangannya serta di mulutnya penuh dengan sariawan. Akhirnya pada Rabu pagi (18/02/2009) saya membawa anak saya berobat ke dokter spesialis anak (DSA) langganan di RS Mitra Internasional dengan nomor rekap medik 00756798.Dari DSA langganan tersebut diberitahu bahwa anak saya terkena virus kaki dan mulut (hand, foot, and mouth diseases). Akhirnya diberi obat antibiotic dan obat-obatan lainnya dan diberi surat rujukan utnuk periksa darah apabila sampai dengan jumat (20/2/2009) panasnya tetap tinggi.Saya begitu percaya terhadap DSA tersebut. Akhirnya obat-obatan tersebut saya berikan kepada anak saya dengan harapan pastinya segera sembuh. Semenjak hari Rabu anak saya mulai sulit untuk makan. Padahal makanannya sudah saya blender. Minum susu pun dia sudah tidak mau sama sekali. Obat-obatan tetap saya berikan dan makanan saya paksa biar dia makan. Tapi, bukannya kesembuhan yang didapat malah bertambah lagi keluhannya. Anak saya jadi buang-buang air (maaf mencret-mencret). Di fecesnya air semua tidak ada serat apa pun.Akhirnya pada Sabtu pagi (21/2/2009) saya kembali membawa anak saya ke DSA tersebut di RS yang sama pula. Karena mendadak maka saya tidak melakukan pendaftaran via telepon sehari sebelumnya. Saya dan suami langsung datang dan mendaftar pada saat itu juga dan mendapat nomor urut 40. Saya datang pagi dengan harapan bisa kontrol dengan DSA tersebut duluan. Saya, suami, dan anak saya duduk menunggu giliran untuk dipanggil.Saya perhatikan pasien DSA tersebut masih sedikit yang datang. Berarti ada harapan bisa dapat giliran lebih dulu. Walaupun nomor urut 40 karena saya datang lebih awal dibanding yang lainnya. Keadaan anak saya sudah menangis terus menerus dan matanya sudah mulai cekung. Tiba-tiba ada dokter lain (entah namanya siapa dan bagi saya tidak penting) masuk mendahului para pasien dan mengobrol dengan DSA anak saya tersebut dengan waktu yang lama sekali. Hampir satu jam di dalam ruangan. Saya dan suami sudah kesal sekali karena dengan waktu yang lama maka urutan saya masuk menjadi lebih lama lagi. Sementara keadaan anak saya sudah bisa dikatakan "teler" karena terus-terusan menangis. Akhirnya saya menanyakan kepada susternya, minta tolong agar dokternya diberitahu agar tidak mengobrol di dalam ruangan. Tapi, apa jawaban dari suster sungguh diluar dugaan. Dia menjawab, "maaf, Bu, saya gak berani ganggu dokternya". Pikiran saya sudah kalut mengingat keadaan anak. Saya beritahu ke suami agar meng-cancel kontrol ke DSA ini. Tapi, suami dengan sabar menjawab tunggu dulu sebentar mungkin "acara mengobrolnya" selesai. Tapi, ternyata lama sekali dan pasien yang lain pun sudah kesal semua. Akhirnya dokter tersebut keluar dari ruangan. Saya pikir ini giliran anak saya. Ternyata tidak. Susternya menempelkan nama-nama pasien yang akan dipanggil dan setelah menunggu begitu lama nama anak saya tidak termasuk dalam kertas tersebut. Saya dan suami amat sangat kesal dan marah.Saya turun ke lantai satu dan suami meng-cancel jadwal anak saya ke DSA-nyatersebut. Dan, mengajukan komplain ke Customer Service. Jawaban Customer Service hanya meminta maaf. Suami saya komplain, "masa harus nunggu anak saya mati dulu baru diperiksa". Akhirnya saya ke UGD RS Mitra Jatinegara dan memilih DSA yang lain. Dan, anak saya pun harus di rawat. Membayangkan infus saya tidak tega. Tapi, demi kesembuhan saya pikir tidak masalah.DSA pengganti datang pada sore hari dan meminta obat-obatan apa saja yang sudah saya berikan ke anak saya. Saya beritahu bahwa anak saya berobat dengan DSA di Mitra Jatinegara juga. Saya beritahu kepada DSA yang baru ini keluhan apa saja yang diderita anak saya (panas, sariawan, ruam, dan bintil merah di kaki, mencret). Kemudian selama dirawat anak saya sudah dicek darah serta cek feces.Hasilnya sungguh diluar dugaan. Dari DSA yang baru diketahui bahwa anak sayahanya mengalami gangguan enzim di pencernaannya. Memang ada virus tapi virus tersebut bukanlah virus kaki dan mulut yang selama ini oleh DSA yang lamanya diberitahu dan oleh DSA yang baru diberitahukan pula bahwa jenis obat antibiotik tertentu yang diberikan oleh DSA lama memang menimbulkan diare. Pantas anak saya jadi diare.Saya dan suami benar-benar marah dan heran. Kok, dokter bisa salah diagnosa dan lebih parah lagi salah memberikan obat. Melihat anak saya yang baru berusia 11 bulan dan diperlakukan malpraktek seperti itu saya amat sangat kecewa dengan pelayanan di RS Mitra Internasional Jatinegara. Padahal kami sekeluarga adalah langganan RS tersebut. Lalu ke mana motto patient safety is not 50:50 yang selama ini tertera di RS tersebut. Apakah mottonya harus diganti dengan RS Mitra Jatinegara berstatus Internasional dengan pelayanan yang tidak profesional. ErnaJl Pancawarga 4 RT 005 RW 03 No 27A Jakarta Timur r_na_14@yahoo.com.au081310347314(msh/msh)
786 dilihat