Surat Pembaca Indonesia

Terima Kasih Direktorat Jenderal Pajak

Pemerintah

Saya sedang menjalani minggu ke-4 di sebuah pelosok di Republik ini. Masa2 awal buat saya melakukan penyesuaian agar bisa bertahan di sini untuk puluhan tahun bahkan ratusan minggu berikutnya. Saya tidak mengenal daerah ini sebelumnya. Asing. Jauh. Sebuah SK Dirjen Pajak telah mengantarkan langkah saya sejauh ini. Jauh dari rumah, jauh dari ibu kota, dan jauh dari orang2 yang selama ini saya berhutang uang kepada mereka selama 1 tahun belakangan. Saya berterima kasih kepada DJP atas pelajaran dan ujian hidup yang di atas level "biasa" ini. Selama 13 bulan saya dan teman2 seangkatan bekerja tanpa diberikan gaji dan tunjangan. Luar biasa sekali. Kami dilatih untuk bersabar, manut, dan tidak protes. Ya tidak protes. Tulisan ini dibuat juga bukan dalam rangka protes, namun dalam rangka berterima kasih atas pelajaran dan ujian hidup yang sangat luar biasa dari DJP. Hari ini, uang saya di kantong tersisa 150ribu rupiah. Sisa Uang Tunggu yang diberikan DJP sejumlah 898rb setiap bulannya yang dibayarkan setiap awal bulan. Uang sejumlah tersebut sangat membantu saya terutama untuk menbayar sewa kost di daerah pelosok ini. Sisanya saya gunakan untuk membeli keperluan pokok sebisanya. Kalau kurang saya biasanya mencari tempat berhutang yang baru. Orang2 yang sudah pernah saya hutangi tentu tidak mau lagi meminjamkan uang karena utang yang dulu saja belum saya kembalikan. Padahal sudah lewat jauh dari tenggat waktu dimana saya berjanji melunasinya. Ya mau bagaimana lagi, saya masih belum digaji. Hidup saya susah. Jangankan untuk bayar hutang, untuk memenuhi kebutuhan pokok saja saya sangat kekurangan. Untungnya semua kekurangan ini tidak sampai membuat saya mati . Tapi dibalik semua itu saya berterima kasih kepada DJP karena saya telah dilatih bersabar, tabah, dan menahan malu kepada orang2 tempat saya berhutang dan belum saya kembalikan Hidup dan bekerja di pelosok Republik, dikejar2 hutang, diberi uang tunggu sebesar 898ribu, sebenarnya bukan keadaan yang saya impikan sebagai pegawai DJP. Tapi tidak dipungkiri keadaan ini mengajarkan banyak hal. Saya yakin DJP tau batas kemampuan kami, sampai kapan kami harus hidup dengan 898rb perbulan. DJP sebgai lembaga profesional dan transparan pasti tau batas kemampuan kami dalam menahan malu kepada orang2 yg meminjamkan uang selama ini kepada kami. Kalau saya bilang waktu 13 bukan tidak diberi gaji ini terlalu lama, saya takut nanti malah dibilang protes dan tidak tahu terima kasih. Sudah diterima bekerja menjadi PNS DJP kok tidak bersyukur. Saya tidak mau dibilang seperti itu. Hanya saja, yang mau saya tanyakan saat ini, menurut DJP bagaimana caranya saya bertahan hidup di pelosok negeri ini dengan uang 898rb sebulan? Tolong kasih tau. Saya tidak minta rapelan gaji dan tunjangan dibayarkan segera tapi tunjukkan caranya bagaimana saya menjawab tagihan2 hutang yang semakin menggunung? Bagaimana saya mencari tempat berhutang yang baru dan meyakinkan bahwa saya akan membayarnya segera? Saya senang sekali kalau ditunjukkan caranya karena jujur hari ini saya sudah kehabisan akal Oya satu lagi, tolong juga ajarkan saya bagaimana menjawab pertanyaan ibu di kampung yang setiap hari sms saya "nak, sudah gajian?" Atau "nak, kapan bisa bantu ibu?" Atau pertanyaan lain yang membuat hati saya menjadi pilu. Dan tibalah di bagian terakhir dari rangkaian ucapan terima kasih saya ini. Saya mendoakan agar instansi DJP senantiasa diberikan kemudahan dalam mencapai target penerimaan. Semoga semua pegawainya sejahtera. Semoga pembayaran IPK untuk pegawai di bulan Maret ini lancar doakan kami tetap bertahan dan semangat bekerja dengan uang tunggu sebesar 898rb di bulan2 berikutnya. Terima kasih DJP, hormat dari saya. Pelosok Republik, 070216


1883 dilihat