Sumbang Saran Solusi untuk Mengatasi Kemacetan di Jakarta
13 December 2012
Pemerintah
Dear Mas Jokowi dan Koh Ahok, Saya mengerti bahwa kemacetan menjadi masalah nomor satu di Jakarta, seolah menjadi identitas yang tidak terpisahkan dari nama kota kita tercinta ini. Berbagai upaya untuk mengatasi kemacetan telah dilaksanakan dan diwacanakan, seperti sistem 3 in 1, atau yang terbaru wacana plat nomor ganjil genap serta ERP, membangun MRT, monorail dan transportasi massal lainnya. Namun di luar dari itu semua, saya punya ide tersendiri yang semoga saran dan solusi dari saya yang newbie ini bisa sampai dan didengar oleh Mas dan Kokoh. Untuk mobil pribadi dan motor pribadi : 1. Terapkan aturan untuk wajib memiliki GPS bagi seluruh kendaraan (+) dengan cara ini sangat mudah memantau titik2 kemacetan, warga akan berupaya untuk menghindari titik kemacetan dan pak polantas akan mudah menemukan simpul keruwetan lalu lintas dan dapat segera berupaya mencairkan titik kemacetan tersebut. (-) ada kemungkinan jumlah kendaraan akan terdistribusi dan membuat rata kemacetan di seluruh jakarta (-) harga GPS cukup mahal untuk ditanggung pemilik kendaraan. mungkin dapat dimulai dengan pemilik mobil dan dilanjutkan dengan motor 2. Turunkan speed limit (max 30 km/h) di dalam kota pada jam-jam padat (jam 6 - 8 pagi dan 4 - 6 sore) (+) memberikan rasa aman pada warga yang bersepeda ke kantor, dapat merangsang jumlah pertumbuhan warga yang ingin bersepeda ke kantor - sesuai dengan visi Jokowi Ahok yang ingin menggiatkan komunitas bike to work sekaligus memobilisasi manusia (-) pada beberapa ruas jalan tertentu dapat merugikan warga yang biasa berjlana pada kecepatan tinggi dan membuat waktu tempuh lebih lama. Tapi pada jam padat, saya hampir yakin kecepatan rata-rata di dalam kota tidak bisa lebih dari speed limit tersebut (-) sulit untuk dipantau 3. Giatkan aturan "Jaga jarak aman" (+) mengurangi kemacetan akibat bottleneck karena di setiap sela kendaraan akan ada ruang kosong yang dapat disisipkan tanpa harus menghentikan kendaraan (+) mengurangi potensi kecelakaan akibat rem mendadak (-) sulit untuk dipantau (-) sudah menjadi kebiasaan di masyarakat untuk tidak menyisakan jarak aman, sulit untuk mengubah kebiasaan ini tanpa kemauan keras Untuk kendaraan umum, saya tidak akan membuat (+) dan (-) nya karena ini cukup umum : 1. Hapuskan sistem kejar setoran untuk sopir mikrolet, bus, kopaja, sehingga tidak ada lagi sopir yang ugal-ugalan dalam menyetir 2. melakukan pelatihan lagi untuk sopir angkutan umum terutama terkait dengan etika dan cara berlalu lintas yang benar sehingga tidak ada lagi yang namanya berhenti mendadak dan semaunya, ataupun menurunkan penumpang tanpa berhenti total. 3. jaga keamanan warga, jangan ada lagi yang namanya pengemis, pengamen, tukang palak di dalam terminal dan dalam angkutan umum. Semoga saran ini bisa sampai ke mas Jokowi dan koh Ahok Terima kasih, Henry
609 dilihat