Surat Pembaca Indonesia

KRL Commuter Line

Pemerintah

Hari ini saya menaiki kereta commuter line dari depok baru menuju ke Jakarta untuk mengikuti upacara penaikan bendera di salah satu perusahaan BUMN disana. Awalnya tidak ada permasalahan apa – apa dalam perjalanan menuju tujuan tersebut. Saat perjalanan pulang menuju depok, kantor saya tersebut hanya memiliki 1 (satu ) stasiun KRL yaitu Jakarta. Saya membeli tiket sesuai prosedur yang ada dan melewati pintu ototmatis yang harus melalui prosedur tempel kartu. Tidak ada permasalahan sampai dengan saat masuk ke commuter line. Sesaat sampai di stasiun depok baru saya melangkah keluar dengan menempel kartu yang saya beli di jakarta kota, dan saya tidak bisa keluar. Hal ini saya tanyakan kepada sekuriti yang bertugas disana kenapa kartunya tidak bisa di akses untuk keluar. Petugas sekuriti tersebut bertanya kepada saya dimana beli kartunya. Saya jawab beli di stasiun depok baru dan pulang melalui Jakarta kota. Sekuriti tersebut menanyakan apakah saya beli tiket, saya tertegun dengan pertanyaan sekuriti tersebut dengan senyum penuh heran karena sudah jelas saya beli kartu dari stasiun bukan di tempat lain. Sekuriti tersebut menyuruh temannya untuk mengecek kartu tersebut ke loket pembelian tiket. Rekannya tersebut mengatakan kartu tersebut di beli hari ini tanggal 17 Agustus 2014 tidak expire. Saat itu saya di bawa oleh sekuriti tersebut ke posko keamanan stasiun dan bertemu dengan kepala keamanan atau hanya seorang pengawas saja saya tidak tahu. Yang jelas petugas tersebut hitam memakai baju safari berwarna coklat dan berkumis dan logat jakarta asli. Ia bertanya kepada saya seakan saya seorang terpidana atau kriminal yang masuk kedalam kereta dengan ilegal, dengan melontarkan beberapa pertanyaan: 1. saya beli tiket dimana ? 2. saya dari mana ? Saya jawab saya beli tiket di depok baru dan naik kereta pulang dari jakarta kota. Petugas tersebut bertanya lagi kepada saya mask dari pintu mana waktu dari jakarta kota, kembali saya tertegun dengan pertanyaan ini, dalam hati “bego sekali ini orang bertanya” saya jawab dengan nada yang baik saya masuk dari pintu biasanya dengan tempel kartu. Petugas tersebut berkata kepada saya kalau di jakarta kota kartu tersebut tidak bisa di gunakan karena suplesi. Saya tidak mengerti apa arti suplesi dan saya menjawab maaf pak, pertanyaan anda seperti saya penumpang ilegal yang saya tidak beli tiket. Kalau saya tidak beli tiket pasti pintu masuk di jakarta kota akan menolak kartu saya. Petugas tersebut mengatakan wallahuallam kenapa bisa masuk mungkin bapak di bantu masuk oleh sekuriti. Saya jawab maaf paka ini fitnah buat saya, saya beli tiket ikuti petunjuk dan saya masuk tidak di bantu sama sekali oleh pihak manapun apa lagi yang namanya petugas keamanan jakarta kota. Seakan mendesak saya petugas ini meminta saya harus membayar denda Rp. 50.000,- sebagai pengganti suplesi atau layaknya penumpang yang tidak ada tiket. Dengan beraninya petugas kemanan tersebut mengatakan kepada saya kalau ingin complaint ke jakarta kota saja jangan di statsiun depok baru. Sombong seklai orang ini saya berkata dalam hati. Saya sampaikan kepada petugas keamana yang bertugas di depok baru tersebut jangan menyesal kalau saya masukkan hal ini ke media massa. Denda ini tetap saya bayar Rp. 50.000,- bukan berarti saya ikhlas. Hal ini sudah membuat saya malu karena di depan khalayak ramai saya di giring ke posko keamanan stasiun, kemudian saya di yakinkan atau di tuduh masuk secara ilegal. Kalau saya lihat dari perkataan ini bisa berujung pidana karena perbuatan yang tidak menyenangkan atau pencemaran nama baik seseorang. Saya tidak masalah dengan uang Rp. 50.000,- tersebut anggap saja saya menyumbang buat ongkos operasional KRL commuter line. Tetapi atas kejadian ini saya kecewa dengan pelayanan commuter line dan petugas keamanannya dengan langsung menjudge saya sebagai penumpang ilegal secara tidak langsung .


1176 dilihat