Surat Pembaca Indonesia

Dituduh Penyebab Antrian Macet

Pemerintah

Saya adalah seorang Finance Officer di salah satu lembaga di Yogyakarta. Kebetulan lembaga kami memiliki 3 rekening giro di bank Mandiri Kantor Kas Sinduadi. Peristiwanya terjadi pada tanggal 28 Maret 2013 sekitar pukul 10.30. Seperti biasa sejak saya datang di parkiran satpam sudah menyapa saya, sampai ruang CS, CS sedang melayani nasabah dan CS yang satunya sedang memegang handphone. Kemudian saya ke atas, karena teller ada di lantai 2. Seperti biasa teller menyapa saya. Karena saya hampir tiap hari ke Mandiri Sinduadi ini, jadi dari satpam , OB, CS, teller semua mengenal saya dengan baik.Kebetulan hari itu adalah hari Jumat dan hari kerja terakhir di bulan Maret, jadi seperti biasa saya transfer agak banyak karena harus mengirim honor para staff. Sesampainya di teller, belum ada antrian, jadi saya bisa langsung ke teller. Di tengah proses transaksi saya, ternyata antrian menjadi banyak kurang lebih ada sepuluh orang. Saya sebetulnya agak tidak enak hati karena antrian banyak dan proses transaksi saya belum selesai. Kebetulan juga teller yang biasanya ada dua, hari itu hanya satu yang bertugas. Dan kelihatannya teller agak tidak enak, makanya mbak teller memanggil bantuan CS dibawah, siapa tahu bisa bantu posting transaksi.Tapi setelah CS sampai atas malah menganjurkan kalau transaksi saya diselingi dengan transaksi nasabah lain. Sebenarnya saya tidak keberatan, tapi teller mengatakan takut salah input. Benar juga sih. Setelah CS tidak bisa membantu, kemudian masuklah ke ruang teller seorang pejabat bank Mandiri (mungkin kepala ya, saya kurang tahu jabatannya). Begitu masuk ruang teller, beliau langsung menegur saya " mbak, kalau transaksi itu maksimal 5 transaksi. Jadi macet antriannya!"Saya yang masih berdiri di depan teller tentu saja kaget. Apalagi semua orang yang antri langsung melihat saya. Saya diam seribu bahasa, saya akhirnya dipersilakan duduk dulu menunggu transaksi saya diposting dan antrian di belakang saya mulai maju. Saya duduk sambil merenung dan berpikir, kenapa saya yang disalahkan, di depan banyak orang lagi.Setelah antrian habis, saya dipanggil lagi oleh ibu kepala bank tadi. Ibu kepala tadi tanya ke teller, apakah saya pernah dikasih tahu untuk maksimal transaksi? dan mbak teller bilang, belum pernah. Soalnya dulu pernah ada nasabah diberi tahu, tapi nasabah tersebut bilang tidak ada aturannya. Ya, memang tidak ada aturan yang ditempel di Mandiri untuk batas transaksi. Juga mbak teller bilang bahwa saya transaksi dengan tiga cek dengan nomor rekening yang berbeda.Saya marah sekali ke Ibu kepala itu, sudah menuduh saya memacetkan antrian, padahal dia tidak tahu kondisi yang sebenarnya. Saya juga sempat protes, kenapa sudah tahu akhir bulan dan hari Jumat, teller yang bertugas hanya satu. Ibu kepala kemudian minta maaf kepada saya.Sebenarnya bila ibu kepala tadi nada bicaranya lebih rendah bukan dengan menghardik saya di depan nasabah lain, saya bisa terima. Tetapi cara bicaranya yang arogan, membuat saya sebagai nasabah merasa dilecehkan. Apakah karena penampilan saya yang tidak necis bu?Saya hanya menghimbau kepada Bank Mandiri, bank terbesar, untuk lebih meningkatkan etika staff dalam melayani nasabah. Dan sebagai ibu kepala, harusnya lebih tahu etika berbicara kepada nasabah. Surat ini saya sampaikan agar menjadikan Mandiri sebagai bank yang menghargai nasabah. Mohon maaf bila ada kata yang tidak berkenan.Salam, galuh andhani ratih muntilan magelang


1252 dilihat