Sebetulnya Apa Dasar Hitung-hitungan Bea Masuk Sepatu di Bea Cukai
10 December 2009
Pemerintah
Jakarta - Saya adalah pengimport sepatu dari Cina. Awalnya semua kiriman selamat sampai di rumah. Bea masuk terbesar yang harus saya bayar hanya sekitar IDR 200,000 - 300,000, dan selalu saya bayar tanpa banyak tanya.Tapi, sejak awal bulan ini saya diperlakukan bak mesin ATM oleh Bapak A, Bapak Soejoto, dan Ibu E di Bagian Bea Cukai Bandara (Gudang POS). Mereka tak segan-segan menelepon saya yang sedang hamil muda untuk datang sendiri ke Bandara dan nego uang tebusan barang. Bulan ini sudah lebih dari dua kali saya bolak-balik ke Bandara dari Bekasi. Bukan jarak yang dekat. Sangat melelahkan jiwa dan raga.Dua minggu lalu, setelah proses tawar menawar yang alot akhirnya Bapak A menurunkan harga bea masuk menjadi Rp 1,000,000 - dari Rp 1,300,000 untuk 100 pasang sepatu. Belum sampai di situ Ibu E pun mengiba-iba meminta sepasang sepatu sebagai 'pelicin'.Tapi, begitu surat panggilan dari POS datang keesokan harinya jumlah yang tertulis adalah Rp 1,115,000. Tidak sampai seminggu kemudian Ibu E menelepon lagi dan meminta saya datang. Suami saya yang memenuhi panggilan dia. Sampai di sana, dengan kasar, Bapak A meminta suami saya menunggu di luar. Tidak melakukan nego di dalam ruangan di mana banyak kawan-kawannya yang mendengar. Di luar ruangan, tanpa bisa ditawar, Bapak A mengatakan bahwa harga bea masuk untuk 100 pasang sepatu yang datang kali ini adalah Rp 2,300,000. Sebetulnya apa dasar hitung-hitungan bea masuk ini. Mereka mendesak saya agar menyediakan invoice. Padahal, Bapak S dengan nada mengancam minggu lalu mengatakan bahwa bila ada invoice harga bea masuknya sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Saat, kami membayar Rp 2,300,000 di Kantor POS Bekasi, salah seorang teman di kantor POS memberitahukan bahwa ada lagi surat panggilan sebesar IDR 600,000 untuk 30 pasang sepatu saja. 30 pasang sepatu biasanya diantar langsung ke rumah dan hanya dikenakan bea bungkus ulang sebesar Rp 7,000 atau paling mahal Rp 90,000. Saya dan keluarga sama sekali bukan orang kaya atau anak koruptor yang bisa semudah itu menyediakan uang. Saat ini, saya sendiri kebingungan dari mana saya harus menebus 30 pasang sepatu.Semua sepatu itu dipesan dari penjualan on-line dengan sistem pre-order (PO). Semua sudah dibayar lunas oleh reseller dan pembeli. Dan, semua uang yang masuk sudah dibayarkan ke supplier. Jadi, tidak ada lagi yang tersisa kalau tiap minggu ditelepon oleh mereka dan harus membayar jutaan rupiah. Sungguh hebat cara mereka bekerja. Saya dan suami bekerja jujur dan yang mereka lakukan hanya menengadahkan tangan meminta-meminta tanpa dosa. Apa itu cara yang halal untuk menafkahi anak-istri di rumah. Mirza Jl Rajawali Raya B 81 Komp Inkoppol Bekasi Baratmyasminmaharani@ymail.com0818975755(msh/msh)
810 dilihat