Surat Pembaca Indonesia

Supir Express Mengeluh Jalanan Sempit, Banyak Motor, dan Macet

Pemerintah

Jakarta - Pada tanggal 14 Februari 2010 saya dan keluarga ingin mengunjungi rumah salah satu anggota kerabat di daerah Mangga Besar kira-kira pukul 13.00. Kami menyetop Taksi Express dengan nomor EE 1828 yang kebetulan lewat. Kami menyebutkan tujuan dan menyarankan lewat Roxy. Tapi, supir taksi tersebut menolak dengan alasan macet. Kemudian kami memilih lewat Jembatan Besi dan dia setuju. Sepanjang perjalanan dia menggerutu sambil menelepon entah siapa. "Sementara menyetir mobil" berkali-kali dia berbicara dengan Bahasa Inggris minim sambil mengeluh. Kebetulan kami cukup fasih untuk mengerti apa yang dia bicarakan. Dia mengeluh jalanan sempit dan banyak motor dengan nada yang kurang sopan. Dan, yang paling menyebalkan saat sampai kita akan membayar argo sebesar kurang lebih 19,000 dengan uang 50,000. Dia dengan kasarnya mengatakan, "ada uang kecil aja ga? Saya adanya cepek-cepekan (100 ribu) semua. Malas kalau cuma ceban noban mendingan ngambil borongan di bandara. Padahal saat Koko saya melihat di dompetnya ada uang kecilnya juga kok". Yang kami ingin tekankan kalau dia memang tidak mau "ceban, noban" dia tidak usah menjadi supir taksi. Kewajiban supir taksi kan memang mengantar penumpang sampai tujuan dan dibayar sebesar argo. Atau dari awal dia mengatakan saja tidak mau sehingga kami bisa naik taksi lain. Karena ini, kami jadi mempunyai persepsi negatif terhadap Taksi Express. Apalagi saat kami pulang dengan naik taksi merk lain. Dengan supir yang baik tidak mengeluh dan lewat Roxy yang ternyata tidak macet walaupun memang padat. Dan, perlu diketahui kami selalu berbicara dengan baik-baik. Terima kasih.AngieJelambar Baru Raya Jakartaagnesangela1989@gmail.com085769695583(msh/msh)


660 dilihat