Surat Pembaca Indonesia

Cak Imin 'Bagai Quda'

Lain-Lain

  Pembahasan Cawapres 2019 tampaknya lebih menarik dibandingkan Capres itu sendiri.Padahal wacana hastag #2019GantiPresiden sempat mengemuka beberapa bulan terakhir. Entah pergeseran selera semacam apa yang terjadi pada diskusi publik. Malah sekarang media nasional ramai-ramai membahas mengenai siapa Cawapres penentu kemenangan. Ingin rasanya tidak terlibat pada isu yang berhembus, akan tetapi penulis tergelitik untuk menyapa Cak Imin, tokoh muda NU yang sekaligus ketua partai pemilik 11 juta lebih suara pemilu 2014. Tokoh yang sejak awal sudah ambil langkah untuk mencalonkan diri sebagai Cawapres Jokowi. Apa kabarnya sekarang? Masihkah sempat menjawab pertanyaan sederhana ini? Penulis tak tega apabila harus mengganggu kesibukannya akhir-akhir ini hanya untuk basa-basi. Jangan Ganggu!!! Dia Sibuk bisa jadi itulah jawaban orang terdekatnya. Baiklah, penulis tetap bisa mendengar jawaban itu dari mengintip beranda pemberitaan mengenai hajat besarnya untuk menjadi Cawapres. Penulis juga masih bisa mengintip melalui sosial media dan akun instagram official-nya. Nama Cak Imin sudah bukan hal langka yang susah dicari di search engine. Maka tidak perlu mengagendakan untuk bertemu. Cak Imin. Klik. Maka muncullah deretan artikel dan pemberitaan yang menyebut namanya. Miris, itulah kesan awal penulis ketika membaca berbagai pemberitaan media nasional yang menyingkirkan namanya dari bursa Cawapres Jokowi. Dalam wawancara televisi pun seakan tidak pernah ada tokoh bernama Cak Imin yang berniat mendampingi Jokowi. Bahkan internal PDIP sendiri menyebut bahwa Cak Imin tidak masuk dalam daftar pendek Cawapres. Bahkan masuk 10 besar saja tidak. Ini ada apa? Setali tiga uang, PPP dan Hanura pun meruntuhkan semangat Cak Imin untuk lebih bersikap realistis. Hanya Nasdem dan Golkar yang masih memberi harapan. Keadaan tersebut tentu bukan balasan surat cinta yang indah. Bahkan nama-nama yang muncul ada sosok yang tidak memiliki mesin partai politik. Lalu, apakah Cak Imin ciut nyali? Terbukti tidak sama sekali. Sikap Cak Imin baik-baik saja. Sampai detik ini, hatinya masih meyakini dirinya masuk dalam daftar Cawapres Jokowi. Ia masih sibuk memperkuat barisan untuk memperbanyak posko JOIN. Suara sumbang itu dianggapnya anjing menggonggong saja, Cak Imin maju terus. Mesin partai masih bekerja untuk lolosnya Cak Imin sebagai Cawapres Petahana. Ia pun tak putus asa untuk mendatangi setiap elit politik yang berkepentingan dengan kemenangan Jokowi 2 periode. Bahkan komunikasi dengan Megawati yang dianggap King Maker pun dilakoninya. Orang menyebut Cak Imin terlalu ambisius. Apa betul? Apabila melihat peringai segar dan penuh senyum di depan publik, rasanya kesan ambisius itu tidak tampak. Tapi lebih pas dengan sebutan lagi asyik main Gobak Sodor. Permainan tradisional itu seakan mewakili kondisi Cak Imin hari ini.Cak Imin sedang berada dalam permainan, partai koalisi Jokowi dan elit di lingkaran Jokowi sedang menghalaunya untuk sampai di garis akhir. Sangat tidak mungkin Cak Imin berdiam diri saja mendapat lapisan hadangan itu kan? Bagaimana pun caranya, ia harus melewati satu per satu barisan penghadangnya. Memang harus terlihat bersemangat, cekatan, penuh strategi, optimis, dan pandai mengalihkan perhatian pertahanan. Bedakan orang yang sedang ambisius, setiap langkahnya akan terlihat semangat sekali melumpuhkan lawan, menyingkirkan orang-orang yang mengalau jalannya, bahkan tega menikam dari belakang. orang-orang ambisius sibuk memikirkan bagaimana lawan terlihat lemah dan tak mampu berkutik. Peringainya membuat gaduh dan opini-opini yang berujung pada fitnah dan hoax. Langkahnya akan menggiring pada pertikaian dan perang komentar warganet di sosial media. Apa Cak Imin begitu? Gobak Sodor untuk Cak Imin mungkin menguras tenaga dan membuat gerah. Tapi is sejauh ini masih membuktikan bahwa ia menikmati permainan tersebut. Lagi pula pelajaran penting dari sebuah permainan bukankah tentang sportifitas? Bukan tentang ada yang menang atau ada yang kalah. Cak Imin sudah membuktikan usahanya yang nyata yang diklaimnya sebagai  amanat dari para kia-kiai NU dan sebagian besar warga Nahdliyin. Siapa pun pasti berharap untuk menjadi pemenang, dalam hal ini dipinang oleh Jokowi. Namun, apabila kemudian gagal di tengah jalan, maka Cak Imin sudah membuktikan dirinya bukan pecundang. Langkah Cak Imin patut diapresiasi, bahkan kita bisa mencontohnya untuk membuktikan kepada semua orang bahwa kita memiliki nilai tawar.Jangan sampai kita seperti air mengalir yang tak punya arah apa pun. Bagi pemuda, khususnya, alangkah tepatnya memandang politik Cak Imin ini sebagai langkah progresif yang patut mendapat standing applause. Percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki walau dunia menertawakan. Kata orang bijak, usaha tidak mengkhianati hasil. Maka berusahalah, nanti akan ketahuan hasilnya, kalau gagal bagaimana? Ya Nasibmu Cak.


424 dilihat