Jebakan Telkomsel
24 January 2020
Informasi
Seperti kita ketahui, telkomsel adalah perusahaan telekomunikasi yang (terlanjur) paling besar karena infrastrukturnya merata di seluruh pelosok nusantara sebagai provider pertama dan satu-satunya (monopoli) di masa lalu. Namun layaknya perusahaan yang mengejar keuntungan, berikut ini beberapa jebakan telkomsel yang perlu anda ketahui: Jebakan Pertama... Saya dulu tertarik membeli kartu As karena iklan "aktif selamanya" dari telkomsel. Baru belakangan ini saya ketahui bahwa ternyata ada syarat pemakaian minimal Rp.500 (atau berapa persisnya saya kurang pasti) tiap bulannya. Sesuai sms yg saya terima (foto terlampir), telkomsel hanya menginformasikan bahwa pemakaian saya sebesar 4.700 telah mencapai pemakaian pulsa minimum sehingga masa aktif otomatis diperpanjang. Kenapa telkomsel tidak sebutkan saja bahwa pemakaian sudah melebihi Rp.500? Akibatnya, konsumen tidak tahu persis berapa nominal pulsa minimum yang menjadi syarat perpanjangan masa aktif. Saya tadinya mengira jumlahnya cukup besar sehingga akhirnya saya biarkan saja sampai masuk ke masa tenggang. Telkomsel juga sepertinya "kesulitan" menginformasikan apabila pemakaian belum mencapai pulsa minimum menjelang berakhirnya masa aktif agar konsumen sempat habiskan pulsa sebesar Rp.500 supaya tidak masuk ke masa tenggang. Jadi, hanya gara-gara tidak menghabiskan pulsa minimum (yg ternyata hanya Rp.500), konsumen dihukum. Jebakan Kedua... Sesuai sms yg saya terima (foto terlampir), saya diinformasikan bahwa masa aktif akan berakhir tanggal 6 Desember 2019. Sebulan kemudian pada sms berikutnya (foto terlampir), ada informasi bahwa nomor saya sudah memasuki masa tenggang namun pihak telkomsel dengan SENGAJA tidak memberikan TANGGAL berakhirnya masa tenggang tersebut padahal di sms sebelumnya ada tanggal berakhirnya masa aktif. Apa karena divisi IT telkomsel tidak mampu? Atau memang ada kesengajaan? Padahal informasi tanggal berakhirnya masa aktif sesungguhnya tidak penting bagi konsumen karena kalau sudah tidak bisa nelpon ya berarti sudah habis masa aktifnya kan? Tinggal beli pulsa lagi aja. Sebaliknya, penyampaian informasi tanggal berakhirnya masa aktif tentu penting bagi telkomsel agar konsumen segera mengisi pulsa. Di sisi lain, justru informasi berakhirnya masa tengganglah yang sangat penting bagi konsumen agar nomor tsb tidak hangus. Namun bagi telkomsel, sepertinya justru lebih baik nomor tsb hangus (lihat jebakan berikutnya). Akhirnya saya hanya bisa berasumsi bahwa masa tenggang akan berakhir satu bulan lagi, yaitu tanggal 7 Januari. Saya lalu remind diri saya sendiri untuk mengisi pulsa pada 6 Januari 2020. Dan ternyata percobaan pengisian pulsa pada tanggal 6 Januari GAGAL. Saya lalu ke Grapari Bangkinang dan mereka menyatakan bahwa nomor AS saya sudah hangus karena pengisian pulsa sudah terlambat 15 jam dari akhir masa tenggang. Jika tidak ingin nomor hangus, saya dipaksa untuk migrasi ke kartu Halo namun saya TIDAK BERSEDIA. Saya yakin, jebakan telkomsel ini sudah berhasil memaksa banyak konsumen lain beralih ke Halo dan tentu saja mendatangkan keuntungan lebih besar lagi bagi telkomsel. Telkomsel pasti juga sangat mendukung kebijakan pemerintah saat ini yang "mempersulit" penggantian nomor hp dengan proses registrasi dan pembatasan jumlah nomor. Jebakan Ketiga... Saat membeli paket talkmania, telkomsel ternyata secara otomatis memperpanjang langganan. Konsumen sering terlambat menyadarinya apalagi jika harga paketnya hanya kecil (misal: Rp.5.000). Tapi divisi "penjebakan" di telkomsel tentu sudah perhitungkan berapa besar keuntungan yg mereka dapatkan dari hal ini. Jebakan Keempat... Masih terkait jebakan sebelumnya, telkomsel sengaja menyesatkan konsumen yang ingin stop berlangganan (contoh: paket talkmania). Bagaimana caranya? Sesuai foto terlampir dan video, hanya disediakan opsi "beli". Seharusnya kan ada opsi "stop" di bawahnya. Belakangan saya dapat informasi bahwa ternyata harus pilih opsi "beli" dulu sebelum mendapatkan opsi "stop". Aneh bukan? Sebagian besar konsumen tentu tidak akan menduganya. Ketika melihat opsi "beli", tentu konsumen yang ingin "stop" akan pilih "kembali" saja lalu mencari-mencari di menu yang lain. Secara logika, orang yang ingin stop membayar tidak mungkin pilih opsi "beli". Ketika saya menyempatkan komplain ke telkomsel, CSnya yang ramah buru-buru telpon saya dan "mengajari" saya cara stop berlangganan. Namun pulsa saya sudah terlanjur habis disedot karena telah beberapa kali diperpanjang secara otomatis di luar keinginan saya. Tidak tertutup kemungkinan nanti akan saya tambahkan jebakan-jebakan telkomsel lainnya di sini jika ada waktu. Sampai jumpa.
701 dilihat