Yang Membedakan Derajat Pria Dan Wanita
16 January 2018
Informasi
Ibu kita Kartini Putri sejati Putri Indonesia Harum namanya Ibu kita Kartini Pendekar bangsa Pendekar kaumnya Untuk merdeka Wahai ibu kita Kartini Putri yang mulia Sungguh besar cita-citanya Bagi Indonesia Lagu Ibu Kita Kartini selalu mengingatkan kita dengan adanya Emansipasi Wanita. Raden Adjeng Kartini atau Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh perempuan yang merupakan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Dengan segala keluhan dan pemikirannya, Kartini ingin sekali membuat perubahan untuk bangsa pribumi terutama kaum perempuan. Karena menurutnya, gugatan yang menyangkut adat Jawa menjadi penghambat untuk kemajuan perempuan pribumi. Dia ingin wanita mempunyai kebebasan untuk belajar dan menuntut ilmu. Selain itu menurutnya seorang wanita perlu memperoleh persamaan, kebebasan, otonomi serta kesetaraan hukum. Pemikiran-pemikiran Kartini itu melahirkan suatu gerakan yang sudah kita kenal dengan sebutan Emansipasi Wanita. Seperti yang kita ketahui, Emansipasi ialah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sejumlah usaha untuk mendapatkan hak politik maupun persamaan derajat, sering bagi kelompok yang tak diberi hak secara spesifik, atau secara lebih umum dalam pembahasan masalah seperti itu. Dan bicara soal emansipasi, sebenarnya emansipasi sedikit berbeda dengan kesetaraan gender. Emansipasi lebih berbicara mengenai perjuangan wanita untuk mencapai kesetaraanya. Pandangan Wanita Itu Lemah menjadi sebuah stereotip yang menghambat kesetaraan gender. Perjuangan wanita untuk melancarkan dan menyempurnakan kesetaraan gender terus dilakukan dengan menunjukkan berbagai prestasi dan kerja nyata bahwa wanita juga dapat berdiri tegak sendiri. Mutlaknya, memang ada sesuatu dari pria dan wanita yang tidak bisa disetarakan. Pria memang tidak bisa sama dengan wanita dalam beberapa konteks tertentu. Bukan cuma dalam soal ragawi dimana tenaga laki-laki lebih kuat, tapi juga secara psikis yang menyangkut dengan persoalan emosi, sikap dan lain sebagainya. Laki-laki dan perempuan diciptakan memang dengan hierarki yang tidak mutlak setara dalam segala hal. Ada hitam ada putih, ada yang diatas dan ada yang dibawah, ada yang dipimpin dan ada yang memimpin. Tapi hal ini bukan berarti siapa yang diatas atau siapa yang memimpin lebih hebat dibandingkan dengan yang dibawah atau yang dipimpin. Setiap orang memiliki kodratnya masing-masing dan diantara laki-laki dan perempuan mereka mempunyai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Tidak ada yang melarang wanita bermain bola, tidak ada yang melarang wanita menjadi seorang pemimpin, tidak ada yang melarang laki-laki menyukai fashion, tidak ada yang melarang laki-laki untuk menyukai warna pink. Itu semua manusiawi. Wanita melahirkan seorang anak, sedangkan laki-laki mencari nafkah untuk keluarga. Seorang perempuan yang bertanggung jawab kepada keluarganya, istri yang mengabdi pada suaminya dan ibu yang berkewajiban mendidik anak-anaknya. Semua berjalan sesuai dengan kodratnya. Sedangkan masih banyak pekerjaan laki-laki yang tidak bisa dikerjakan oleh wanita, dan sebaliknya masih banyak pekerjaan wanita yang tidak bisa dikerjakan oleh laki-laki. Masing-masing dari mereka mempunyai kelemahan dan kelebihannya. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan sudah bisa kita sadari bersama-sama. Dengan adanya presepsi bahwa laki-laki lebih menggunakan otak dan wanita lebih menggunakan perasaan, bisa dilihat bahwa pemikiran antara kedua belah pihak tidak bisa disetarakan namun bisa saling melengkapi. Selain itu disaat laki-laki memukul wanita itu tidak pantas, sedangkan jika wanita memukul laki-laki dipantaskan. Sebenarnya ini bukan masalah pantas atau tidaknya tetapi lebih karena kodrat laki-laki adalah melindungi wanita. Permasalahan kesetaraan derajat ini bukanlah masalah yang superioritas. Tetapi sering kali masih banyak dari kita yang menganggapnya sebagai masalah yang seperti itu, padahal tidak demikian. Jika diperhatikan lebih dalam, sebenernya ini lebih mengarah pada masalah kemanusiaan dan bukan masalah kesetaraan derajat. Dan jika lebih ditelaah lagi, masih banyak masalah-masalah kemanusiaan antara laki-laki dan wanita yang tidak kita sadari persoalannya. Kita mengatahui itu semua adalah masalah kemanusiaan, akan tetapi kita terlalu cenderung memahaminya berdasarkan tubuh, ragawi, dan jenis kelamin yang memang hanya tercipta laki-laki dan perempuan.
908 dilihat