Surat Pembaca Indonesia

Sulitnya Membeli Tiket Musikal Laskar Pelangi

Informasi

Saya salah satu penggemar Laskar Pelangi, sejak berupa buku hingga muncul versi filmnya dan sangat antusias dengan pertunjukan musikalnya. Saat pementasa akhir tahun 2010, saya tidak sempat menonton, sehingga ketika mendengar pertunjukkan ini akan dipanggungkan kembali tahun 2011, saya sudah bertekad untuk menontonnya. Ternyata antusiasme (calon) penonton kali ini pun begitu tinggi, sehingga saat berburu tiket pertunjukan, tiket yang masih tersedia hanya di Signature Music, yang lainnya hanya tersisa 1 kursi atau tersisa di jadwal yang saya tidak bisa ikuti.Mengingat lokasi yang tidak dekat dan pertimbangan Jakarta yang sangat macet, saya mencoba menelepon terlebih dulu. Jawaban yang saya terima adalah pemesanan tidak bisa via telepon. Saat saya bermaksud untuk mentransfer agar seat untuk kelas 1 bisa saya beli (saya hanya perlu 2 kursi saja, dan nomor kursi hanya bisa dipesan untuk kelas 1 atau lebih), dan saya akan mengambilnya saat akhir pekan agar tidak terlalu macet, itupun tidak bisa. Saya tetap harus datang sendiri dan membayar di tempat.Karena memang membutuhkan, terpaksa saya mengikuti ketentuan ini. Setelah menempuh perjalanan penuh kemacetan selama 1 jam lebih menuju Jalan Wijaya, saya hanya perlu bertransaksi selama 2 menit untuk mendapatkan 2 kursi kelas 1 pertunjukan 8 Juli 2011 (bayangkan pemborosan waktu dan BBM yang terbuang). Saya berpikir perjuangan untuk memperoleh tiket ini tidak sia-sia.Namun alangkah terkejutnya karena setelah membayar, saya hanya mendapatkan voucher pembelian (nomor 01289450770 plus nomor seat), dan voucher ini HARUS DITUKARKAN dengan tiket asli dan HARUS di Signature Music Wijaya, dan HARUS satu hari sebelum pertunjukkan. Peraturan ini benar-benar keterlaluan. Bayangkan saja pemborosan ganda yang harus kami tanggung hanya untuk membeli tiket saja. Kalau panitia ketakutan dengan calo, mestinya tidak berarti kami yang sudah membeli tiket dengan cara baik-baik justru dipersulit dengan bolak-balik membuang tenaga, waktu, dan bensin ke tempat pembelian tiket.Jika memang panitia menginginkan mekanisme penukaran tiket untuk menghindari calo, bukankah lebih baik jika penukaran dilakukan di tempat pertunjukan pada hari pertunjukan? Kalau begini caranya, maka saya akan berkata, lebih baik saya beli dari calo, toh biaya yang saya keluarkan untuk bolak-balik membeli dan menukarkan tiket sama saja dengan biaya calo. Jaman sudah semakin modern, pertunjukan di gedung yang modern, tapi untuk mendapatkan tiket kok seperti jaman dulu saja saat internet, telepon, dan ATM belum dikenal. Bagaimana panitia? Krist Haksa Permata Arcadia B3/21 Sukatani Cimanggis Depok


980 dilihat