Surat Pembaca Indonesia

Polusi Suara dan Tidak Adanya Etika

Finansial

Saya sangat kecewa kepada TransMart sebagai salah satu bagian daripada TransCorp yang dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung yang notabene adalah ex salah satu menteri di Indonesia. Rumah kami langsung berdempetan dengan lokasi TransMart yang sudah dua bulan ini dalam proses renovasi untuk di bangun gedung TransMart dari Carrefour sebelumnya.Selama proses pembangunan ini, kami mengalami banyak problem, mulai dari tembok retak, saluran amblas, saluran air menjadi mampet serta polusi suara yang berlebihan dan jauh dari etika. Proyek berjalan 24 jam dengan semua alat berat dan juga guncangan dan getaran yang terasa di dalam rumah kami.Berbagai komunikasi yang sopan sudah kami lakukan baik melalui RT kemudian juga teguran langsung ke pada PP selaku pemborong yang diterima Bapak Rahmat dan rekannya. Beberapa kali ketika kami lakukan keluhan, pihak pemborong yaitu PP hanya menjawab bahwa memang mereka dikejar target jadi kalau ada keluhan silahkan bisa sampaikan kepada pihak TransMart saja.Malah ada salah satu staf PP yang datang bersama Bapak Rahmat mengatakan memang mereka pun terjepit jadi nanti biar pihak TransMart yang kasih solusi bagimana caranya. Kemudian awal bulan Desember, saya pun bisa berhubunggan dengan development bisnis dari TransMart yaitu Bapak Herman Budi Susilo. Keluhan pun saya sampaikan walaupun kemudian dijawab dengan sopan, tetapi sekarang nomor HP saya di-block oleh Bapak Herman sehingga saya tidak bisa berhubungan lagi.Beliau mungkin mencoba menghindari dan merasa tertekan juga karena proyek ini pun dikejar target oleh big boss-nya. Kemarin Bapak Rahmat dan Bapak Jarwo datang menanyakan soal niat mereka untuk memperbaiki rumah kami yang rusak tetapi bagi kami itu bukan menjadi hal yang utama karena polusi suara ini adalah hal yang jauh lebih penting.Sudah tiga malam ini proyek dengan suara kencang terdengar. Saat saya menulis surat suara, dentuman dan getaran terasa. Ketika saya mencoba menghubungi pihak PP, semua HP-nya non aktif atau tidak dijawab. Bukti dan beberapa videonya pun saya kumpulkan, yah barangkali saja sewaktu-waktu yang terhormat Bapak Chairul Tanjung mungkin tertarik mau lihat atau perlu koleksi video tambahan di rumahnya.Anak-anak kami pun terganggu istirahatnya, esok harinya semua harus kembali dengan kegitan kami masing-masing dari mulai sekolah atau bekerja. Saya cuma jadi berpikir dan merenung bahwa rupanya etika itu memang sudah tidak ada lagi apalagi kalau bicara bisnis dan keuntungan. Kepedulian kepada tetangga dan masyarakat sekitar sudah jauh dari harapan bila kita bertemu dengan pebisnis besar. Memang bangsa Indonesia sedang diguncang intoleransi dalam segala hal.


901 dilihat