Mencoba Meluruskan Kembali Definisi Hedonisme Dan Rasisme Yang Sesungguhnya
17 February 2016
Finansial
Mencoba meluruskan kembali definisi hedonisme dan rasisme yang sesungguhnya. 1. Hedonisme Hedonisme atau kata 'hedon'. Sering kita mendengar atau menyebut 'hedon' untuk merepresentasikan individu/kelompok yang hobi berfoya-foya atau dengan santainya membeli sesuatu secara boros seperti seakan-akan memiliki keuangan yang tidak terbatas dan seperti tidak memiliki perencanaan keuangan yang matang atau mungkin mereka yang berpesta-pora sana-sini untuk mencari kesenangan hidup. Lantas jika ditelisik lebih dalam, apa arti hedonisme yang sesungguhnya? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, hedonisme/ /he•do•nis•me/ /hédonisme/ n pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Intinya adalah "Menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup". Lalu, apakah jika kita melihat orang yang berkemampuan finansial tinggi dengan entengnya gonta-ganti gadget terbaru, memiliki rumah mewah bak istana, serta memiliki beragam mobil di dalam garasinya, lantas kita sebut sebagai hedonisme? Atau jika kita melihat orang berkemampuan finansial biasa saja cenderung pas-pasan, namun karena tuntutan gaya hidup mewah yang tinggi ia rela dililit berbagai macam cicilan di dalam kartu kredit mereka sehingga pengeluaran mereka jauh lebih besar daripada penghasilan, lantas kita sebut sebagai hedonisme? Menurut gue sendiri hal tersebut lebih cocok bila disandingkan dengan kata 'konsumerisme'. Kembali merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, konsumerisme/ /kon•su•mer•is•me/ /konsumérisme/n; 2 paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya; gaya hidup yang tidak hemat: -- jangan sampai ditumbuhkan dalam masyarakat. Jadi, apa kesimpulannya? Tergantung. Tergantung kepada apa? Tergantung kepada tujuan utama hidup masing-masing individu/kelompok itu sendiri dalam memaknai kesenangan dan kenikmatan materi. Jika mereka "menganggap kesenangan dan kenikmatan materi" yang mereka miliki "sebagai tujuan utama hidup" mereka, maka hal itu bisa dikatakan sebagai paham hedonisme. Namun jika mereka menganggap semua kesenangan dan kenikmatan materi tersebut bersifat fana atau memang menganggap standar kebutuhan hidupnya yang memang setinggi itu, atau mereka yang tujuan utama hidupnya adalah memang hanya mencari ridha Allah SWT dan tidak memaknai sesuatu yang bersifat duniawi ini sebagai tujuan utama hidup mereka, maka hal tersebut tidak bisa sembarangan dikatakan sebagai sebuah hedonisme. Kata 'konsumerisme' lebih cocok mendampingi hal-hal seperti itu karena konsumerisme lebih merujuk kepada gaya hidup yang boros, menganggap hal-hal mewah sebagai acuan kebahagiaan dan kesenangan. Acuan kebahagiaan dan kesenangan disini belum tentu berarti tujuan utama dalam hidup. Lalu apakah hedonisme selalu berkaitan dengan konsumerisme? Belum tentu. Mengapa belum tentu? Kembali lagi, tergantung kepada masing-masing individu/kelompok itu sendiri. Gue coba tulis ulang lagi, "hedonisme adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup". Ambil intinya lagi, 'kesenangan' dan 'kenikmatan materi'. Apakah kesenangan dan kenikmatan materi selalu bergantung kepada sebuah kemewahan? Tidak. Karena standar kesenangan dan kenikmatan materi setiap orang berbeda-beda. Mudahnya begini, jika anda beranggapan naik sepeda kesana-kesini sebagai sebuah kesenangan dan kenikmatan materi (materi dalam hal ini sepeda) dan menganggap itu semua sebagai tujuan utama dalam hidup anda, misal tujuan utama hidup anda hanya untuk bersepeda keliling dunia misalnya dan mendedikasikan apapun yang anda miliki dan lakukan hanya untuk bersepeda, bersepeda, dan bersepeda. Dan anda merasakan naik sepeda adalah sebuah kesenangan hidup yang amat sangat, bukankah itu juga bisa disebut sebagai paham hedonisme? 2. Rasisme Rasisme atau kata 'rasis'. Sering kita mendengar dan menyebut kata ini merujuk kepada sesuatu perbuataan yang membeda-bedakan satu orang dengan orang lainnya dengan variabel perbedaan bermacam-macam seperti perbedaan suku, agama, dan ras atau status sosial seseorang, perilaku seseorang, dan lain-lain. Lalu pernahkah kita iseng mencari tau, apa sih definisi sesungguhnya dari kata 'rasis' atau paham rasisme atau yang di dalam KBBI disebut rasialisme ini? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, rasialisme/ra•si•a•lis•me/ n 1 prasangka berdasarkan keturunan bangsa; perlakuan yang berat sebelah terhadap (suku) bangsa yang berbeda-beda; 2 paham bahwa ras diri sendiri adalah ras yang paling unggul. Jadi intinya, jika kita menganggap perbuatan rasialisme merupakan perbuatan membeda-bedakan satu manusia dengan manusia lainnya, kita tidak salah, tetapi perbedaannya dalam konteks suku bangsa atau ras. Namun jika kita sudah menggeneralisir bahwa rasialisme adalah perbuatan membeda-bedakan segala macam aspek yang ada pada diri manusia merupakan sebuah kesalahan besar. Aspek yang dimaksud adalah aspek selain yang menyangkut suku bangsa atau ras seseorang, seperti misalnya yang disebutkan diatas tadi seperti perbedaan status sosial seseorang, perilaku seseorang, dll. Lantas kira-kira apa kata yang cocok digunakan kalau begitu? Kata 'diskriminasi' lebih cocok digunakan sepertinya. Kembali lagi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, diskriminasi/dis•kri•mi•na•si/ n pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya); -- kelamin pembedaan sikap dan perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan perbedaan jenis kelamin; -- ras anggapan segolongan ras tertentu bahwa rasnya itulah yang paling unggul dibandingkan dengan golongan ras lain; rasisme; -- rasial pembedaan sikap dan perlakuan terhadap kelompok masyarakat tertentu karena perbedaan warna kulit; -- sosial pembedaan sikap dan perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan kedudukan sosialnya; Bisakah menarik kesimpulan dari pengertian menurut KBBI ini? Kesimpulannya adalah rasialisme sudah pasti salah satu bentuk diskriminasi sedangkan diskriminasi belum tentu perbuatan rasialisme. Lalu kira-kira bagaimanakah penggunaan kata diskriminasi yang benar? Kita bisa menambahkan masalah yang diperdebatkan setelah kata 'diskriminasi' seperti misalnya 'diskriminasi perilaku' adalah pembedaan-bedaan berdasarkan perilaku seseorang atau misalnya lagi 'diskriminasi status sosial' pembedaan-bedaan berdasarkan status sosial seseorang. Kesimpulannya adalah biasakan untuk selalu tidak menggunakan suatu istilah atau kata yang belum kita ketahui secara pasti pengertian dan maknanya. Budayakan untuk selalu membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk segala macam kata resmi berbahasa Indonesia. Memangnya mengapa harus begitu? Bukannya semua orang juga memakai kata itu dan menganggap itu memang benar seperti itu adanya? Hal-hal yang salah tentu jangan dibiasakan terus terjadi dan membudaya. Logikanya, jika sudah tau salah kenapa masih diikuti? Misalnya ada banyak orang, katakanlah ada 100 orang yang menyuruh anda dan menganggap baik dan benar jika anda melompat dari gedung berlantai 20. Lalu apakah anda begitu saja mau mengikuti perkataan 100 orang yang menyuruh anda melakukan hal itu dan menganggap benar hal itu? Namun semua itu kembali lagi sih kepada individu masing-masing benar atau salahnya suatu hal, karena pandangan hidup dan norma yang setiap orang anut berbeda-beda. Dalam kajian sosiologi pun tidak menilai benar atau salah suatu hal. Thanks Fernindito Radiktya Prabaswara, 17/2/2016. Narration source: My own mind. Image source: Google. Email: ferninditor@gmail.com
1409 dilihat