Rumahku Sayang Nasibku Malang
Finansial
?Saya sebenarnya bingung dan cukup pusing memikirkan masalah kami yang tak terselesaikan ini. Hmmm.. entah kapan jungnya saya tak tahu atau hanya akan mengambang seperti ini terus selamanya. Atau sampai masalah kebakaraan ini terkubur oleh waktu yang cepat berlalu? Saya menulis artikel ini untuk mencari solusi dan sedikit meringankan kegundahan hati saya atas masalah kebakaran yang terjadi 14 Juli 2013 pukul 06.00 WIB di Baloi Kebun RT 07 RW 02, Batam, Kepulauan Riau. Musibah yang menghanguskan 13 rumah dan isinya, serta warung saya, diakibatkan oleh lima panel listrik milik PT PLN yang hanya berjarak kurang lebih hanya 30 cm dari rumah warga. Sebenarnya sudah kami peringatkan jauh-jauh hari agar jangan memasang panel terlalu dekat ke rumah warga. Tetapi tidak pernah digubris oleh mereka. Yah, mungkin karena kami orang kecil, jadi tidak dianggap dan akhirnya musibah ini pun terjadi. Terus terang saya tidak bisa ngomong muter-muter, seperti ahli politik. Saya hanya mengutarakan kejadian yang sebenarnya tanpa dipelintir sedikit pun. Saya juga merasa sulit sekali mencari keadilan di negri kita yang tercinta ini. Saya merasa kami dizalimi oleh PLN karena ketiadaan kami Tapi yang mengherankan saya, peristiwa kebakaran ini telah menghancurkan kehidupan kami tapi kok PLN seperti lepas tanggung jawab, ya? Malah panel yang baru dibangun dibebankan kepada korban kebakaran sebagai ganti rugi. Edan nggak tuh? Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Nasib.. nasib.. Apes tenan. Entah mau ngomong apa lagi. Saya bingung, ada nggak ya orang yang mau menolong kami tanpa adanya pamrih dan memihak sesuai dengan hukum yang berlaku di negara ini? Sepertinya sulit karena surat yang saya tulis untuk Menteri BUMN saja tidak ada tanggapan. Atau salah alamat kali ya? Sebenarnya kami minta ganti rugi kepada pihak PLN. Cukup wajar, tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan kerugian yang kami derita yang diakibatkan kebakaran tersebut. Sakit betul jadi orang kecil. ini. Kami sudah tidak diberi ganti rugi malah dikejar-kejar utang pula. Harus berani ngutang dulu untuk buat rumah, makan, juga untuk beli keperluan sekolah anak-anak kami dengan harapan PLN mau bertanggung jawab atas kesalahan pemasangan panel tersebut. Kepada Allah saya memohon agar musibah yang menimpa kami menjadi suatu pelajaran dan melatih kesabaran agar slalu ikhlas dalam menjalani cobaan hidup dan kepada Allah juga saya memohon agar terketuk pintu hati orang-orang yang mengerti akan hokum untuk menolong kami. Sekarang mata pencarian kami hampir tertutup karena ketiadaan modal, perut sejengkal harus diisi, anak-anak harus tetap sekolah, dan utang harus di bayar. Tolong ringankan beban kami ini. Bukan materi yang kami minta tapi jalan untuk mencari solusi terbaik. Walaupun kami tidak kaya raya, kami juga ingin hidup aman, tanpa harus di kejar-kejar. Damai, tentram bersama keluarga kami tercinta, tanpa utang yang cukup memusingkan pikiran.
643 dilihat