Kenikmatan yang Kita Rasakan Ketika Buka Puasa Bersama Keluarga
18 June 2015
Finansial
Tak ada yang istimewa dari pengalaman berbuka puasa di awal hari pelaksanaan ibadat puasa tahun ini (1436.H), bila hanya dinilai dengan pengalaman dengan hanya berbingkai “Kaca Mata” rutinitas yang biasa dilakukan seperti bulan puasa yang telah lalu (di tahun yang lalu). Sejurus hal itu sama saja (pengalaman biasa), ketika hal tersebut tidak dibarengi dengan mebongkar hikmahnya “berbuka” melakukan berjamaah makan bareng bersama orang-orang terdekat kita (anak-anak dan istri kita-misalnya) ketika kita bersama telah melakukan hal kepatuhan kita terhadap upaya melaksanakan perintah Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Kewajiban yang diembankan-Nya terhadap segenap manusia yang telah bersaksi bahwa Tiada Tuhan Selain Alloh dan Muhammad SAW adalah utusanNya. ******************************************** Kebersamaan makan dan minum pada kegiatan buka bersama dengan keluarga (orang-orang terkasih) kita tersebutlah yang membuat penulis ingin berbagi pengalaman (sharing) terhadap para pembaca dimanapun berada . Atas nilai dari kebersamaan inilah yang tidak akan terbandingkan dengan nilai apapun atas ketinggian sebuah angka bersifat dunia semata. ******************************************** Canda tawanya mereka anak-anak kita ketika melakukan buka bersama merupakan bekal semangat bagi Kita sebagai insan biasa yang selalu dihadapkan akan berbagai cobaan, penguji Iman dan kekuatan bathin kita ketika kita menghadapi deraan (masalah) berbagai nuansa kehidupan yang terus-menerus harus diikuti alurnya oleh kita sebagai bagian dari makhluk ciptaan-Nya bukan? Derai tawa dan canda keluarga kecil kita di rumah merupakan bagian kenikmatan yang tiada tara nilainya bila kita telaah lebih dalam lagi kenikmatan yang kita ciptakan secara sederhana itu begitu berarti buat mereka ketika mereka (anak-anak kita tercinta) nantinya akan sama seperti kita Bapak/Ibunya (orang tua mereka) ketika mereka telah diberi mandate untuk menggebrak dunia yang penuh intrik pada fase beberapa sesi perjalanan hidup mereka nanti . Bekal dari nostalgia yang kita titipkan pada memory otak merekalah nantinya yang akan membuat mereka kuat menghadapi sergala cobaan hidup ketika mereka telah pass dan pantas untuk menjalaninya ketika kita telah pada tiada dan telah berpulang keharibaan-Nya (barangkali). ****************************************** Pengalaman sederhana ketika buka puasa bersama orang-orang terkasih pada awal puasa di tahun ini, sengaja penulis kemukakan, karena kebahagiaan yang hanya bersifat biasa itulah maka mereka nantinya diharapkan akan menjadi orang-orang terpilih pada kehidupannya yang akan menantang mereka untuk selalu berjuang pada setiap jengkal kehidupan yang tidak akan semudah “Tertawa Renyah” mereka nantinya bukan? **************************************** Begitupun kita sebagai bagian orang-orang yang telah “mengusahakan” agar mereka tertawa serenyah dan selepas mungkin ketika mereka ada damai di lingkungan sangat sederhana milik kita sendiri tersebut adalah sebuah ciptaan orang-orang terkasih kita pada masa yang lalu bukan? Kembali kepada memory kita tentang perjalanan hidup kita pada masa yang lalu, dimana ayah dan bunda kita membiarkan kita duduk bersama menikmati hidup apa adanya ketika itu, lalu menciptakan perintah pada sebuah bentuk yang samar-samar yang kita sendiri tidak rasakan pada waktu kita memandang hal tersebut adalah sebuah hal yang sederhana dan biasa saja ketika itu, padahal isi dari kebersamaan itulah yang kini kita ciptakan terhadap orang-orang terdekat kita sesungguhnya. ***************************************** Lapar dan haus ketika dahaga itu diciptakan pada sebuah Kewajiban atas tunduknya kita akan perintah yang kuasa yang memerintah manusia yang yang telah menyatakan akan tunduk kepada segala perintah-Nya sangatlah indah bila kita maknai bersama, bukan karena makanan dan minuman kita yang tidak ada (siang tadi-misalnya), namun sebuah tata nilai yang kita semua harus diraih dengan tanpa syarat. Lalu serta-merta kita ajak keluarga kecil kita untuk tunduk bersama terhadap perintah Tuhan dan semuanya sepakat mulai dari ibu Mereka (Istri kita) dan mereka anak-anak kita tercinta yang serta merta mengikuti apa yang dikehendaki Tuhan agar kita melaksanakan puasa Ramadan, disanalah kenikmatan itu ada dan tercipta!Karena sejauh kita telah berbuat tanpa kesepahaman dan kesepakatan bersama, maka kita sebagai orang yang di-tuakan (barangkali) akan merasa terabaikan atas apa yang kita ajak kepada mereka, dengan demikian maka kita serta merta menyerahkan “tentang yang menilainya” kepada Tuhan dan kita berserah kepada kuasa otoritas-Nya atas upaya Dia secara prerogratif untuk menurunkan segenap berkah dunia kepada keluarga kita agar dijauhkan dari segala mara bahaya yang mengancam hidup kita dan keluarga kita sesungguhnya dan menyerahkan sepenuhnya kepada-Nya atas rezeky dunia untuk bekal kita melangkah mewarnai kehidupan dunia yang fana ini. ************************************** Pada akhir tulisan ini, penulis akan mencoba mengumandangkan doa yang mudah-mudahan didengar oleh-Nya; ”Ya Tuhanku peliharalah keutuhan rumah tanggaku dengan Ibunya anak-anak kami yang kau telah pilih untuk kami semua, lapangkanlah rezekyMu untuk kami semua, jauhkanlah dari mara bahaya yang mengancam atas hidupnya mereka, dekatkanlah rezeky Tuhan untuk kami bersama agar kemudahan dunia dapat teraih akan segenap rezeky yang ada di langit dan di bumi ini, Engkaulah Tuhan kami, kami tunduk kepadamu hari ini kami telah melaksanakan puasa Ramadan atas perintah-Mu, berilah kebahagiaan dunia dan di akhirat nantinya, jadikanlah anak-anak kami sebagai orang-orang yang berguna hidup di dunia hak milik prerogatif-Mu berilah berkah pada setiap langkah mereka untuk mencapai ridho-Mu. Amiin yaa robbal alamiin. *Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat (18/06/2015). Asep Rizal Rubikokezone.com.
999 dilihat