Kerja sales Dana premium tapi tidak dapat bayaran
03 May 2020
Finansial
permisi, ini semacam curhat dari kami orang lapangan/marketing dari sebuah produk aplikasi pembayaran secara digital dalam hal ini adalah Dana (Dana Premium) dimana kami di rekrut oleh sebuah perusahaan outsourcing bernama Radikari. pada awal perekrutan kami diberitahukan bahwa job desc kami adalah akuisisi merchant khususnya merchant yg mempunyai legalitas/dokumen resmi. Persyaratan tadi sudah ditentukan oleh pihak Dana. Dan target kami saat itu diberitahukan cukup mendapatkan minimal 11 merchant yg closing, sebagai gantinya kami akan mendapatkan bayaran UMK + uang transport dan makan tadinya kami mengira mudah begitu untuk mengerjakan tugas tadi. Tetapi ternyata realita dilapangan tidaklah semanis pikiran kami. Sangat susah ternyata untuk mendapatkan yg namanya dokumen2 merchant yg berbadan hukum. Ada yg tidak lengkaplah dokumennya, ada yg harus minta ke kantor pusatnya di jakarta lah dll. Dan ternyata syarat kelengkapan tadi mutlak harus kami peroleh, misal kurang 1 saja dokumen, maka sama saja dianggap tidak closing dalam arti kami tidak dibayar. Lebih lucu lagi ada 1 tempat usaha yang sangat terkenal dimana mereka sudah tergabung dengan kompetitor Dana, dokumen yg mereka berikan ke kami jumlahnya sama dengan dokumen yg mereka berikan ke kompetitor tadi. Tetapi di kompetitornya Dana, hal itu tidak dipermasalahkan sehingga aplikasi mereka bisa dipakai dan kebetulan peminatnya juga banyak. sementara kita di lapangan sebetulnya sangat banyak sekali kendala, contohnya masalah promo cashback dll. Terkadang ketika kita mendatangi sebuah merchant, ternyata mereka sudah terdaftar di Dana tetapi pamflet promo Dana tidak mereka pasang karena alasan mereka promonya hanya untuk pelanggan barulah, promo cashbacknya terlalu kecil lah dll. Bahkan lebih lucu lagi sering kita menemui merchant dimana mereka sudah dinyatakan lolos utk bergabung, alatnya sudah ada tetapi trainingnya belom ada. nah dengan segala kesulitan2 di lapangan tadi, ternyata kinerja kita dianggap oleh pihak outsourcing di jakarta masih kurang. Padahal kita sudah berusaha keras gimana caranya dokumen2 yg dibutuhkan tersedia. Kita kan tidak bisa memaksa merchant untuk segera menyediakan dokumen2 tersebut. Pada akhirnya ketika masa kerja sudah berjalan 1 bulan, ternyata kita benar2 tidak mendapatkan pengganti hasil jerih payah kita di lapangan. Uang bensin, uang parkir, uang makan, uang komunikasi yang kita keluarkan hanya terbuang sia2 hanya untuk sebuah pekerjaan yg tidak mendatangkan hasil bagi usaha kita. OKlah kalau memang UMK tidak cair, paling tidak biaya2 yg sudah kita keluarkan, keringat kita dihargai sedikitlah. Kan kalian yg berada di level manajemen tetap menerima gaji bulanan, sedangkan kami orang lapangan ? Nah disini kami tidak tahu permasalahannya itu di pihak aplikasi vendor ataukah di pihak outsourcingnya yang tidak mau memberikan hasil jerih payah kita di lapangan. Walaupun sedikit yang kita terima tetapi kita merasa bahwa kita masih di hargai, lha kalau tidak ada kejelasan sama skali ya sama saja kami ini kerja rodi jaman penjajahan. Gimana menurut teman2 kaskuser ? adakah yg mempunyai pengalaman yg serupa dimana sudah bekerja tetapi hasil jerih payahnya tidak dihargai sama sekali sepeserpun.
852 dilihat