Surat Pembaca Indonesia

GANTI SIARAN ENGLISH PREMIER LEAGUE DENGAN LA LIGA

Finansial

Kini, yang berbangga hati menonton siaran sepakbola Eropa lewat teve berbayar pun ada. Meremehkan mereka yang menonton dari jalur hitam berupa streaming. Seolah tidak pernah tumbuh menjadi seperti sekarang berkat tayangan gratisan di RCTI, Trans7, TV One, SCTV, atau tentu saja TVRI serta teve swasta lain yang bisa ditonton cuma-cuma. Industri sepakbola Eropa memang mengarah ke sana. Digiring oleh pemodal besar hanya untuk mereka yang punya modal cukup. Di sini cukup bolehlah diartikan di atas rata-rata. Rata-rata ya mereka itu yang masih menempatkan sandang, pangan, papan sebagai kebutuhan primer. Liga Primer Inggris (yang nilai hak siarnya paling tinggi di jagat sepakbola) sudah terang-terangan membikin peraturan untuk membatasi sebaran tayangan ulang pertandingan. Tayangan langsung tidak perlu ditanya. Gak punya uang ya gak usah nonton. Begitulah industrialisasi (atau lebih tepatnya kapitalisasi) sepakbola bekerja. La Liga, dalam hal nilai hak siar, masih kalah jauh dari EPL. Mulai musim depan nilai siaran La Liga 2,65 miliar euro untuk tiga tahun mendatang, Sementara EPL sudah ada di angka yang kurang lebih sama tapi untuk satu musim saja. Dengan kata lain, hampir tiga kali lipat dari La Liga. Satu aspek yang berpengaruh pada besaran nilai hak siar adalah jumlah penonton. EPL ditonton hampir 5 miliar pasang mata di seluruh dunia, La Liga baru secuil di atas 1 miliar. Teve jelas berani keluar uang lebih banyak jika penontonnya lebih masif. Divisi Pemasaran EPL memang cerdas. Mengubah jam pertandingan untuk menyesuaikan pasar Asia yang penduduknya melimpah ruah (dan masih hobi beranak pinak), membuat game Fantasy Premier League hanyalah dua dari beberapa cara pemasaran yang terbukti tokcer. Sementara La Liga lebih memilih menyesuaikan pasar Amerika Selatan yang populasinya kalah dari Asia, belum lagi budaya tidur siang di Spanyol. Toh dengan segala kecerdikan pemasaran itu, bukan berarti jalan La Liga menyamai (atau malah mengungguli) jumlah penonton tayangan EPL tertutup. Jenis tayangan yang dibatasi oleh EPL bisa dimanfaatkan La Liga untuk menggesur pasar lawan. Satu yang sudah dilakukan adalah menyajikan tayangan ulang pertandingan secara cuma-cuma. Tengok saja kanal LaLiga di Youtube dan akan kau temukan banyak sekali ulasan pertandingan LaLiga berserakan di sana. Mereka memblokir IP address Indonesia, tapi toh masih bisa dengan mudah diunduh. Cuplikan wawancara pun bisa mudah diakses (tapi dengan bahasa Spanyol yang tidak banyak orang paham, tanpa terjemahan pula) untuk dimanfaatkan pewarta. Masih kurang? Ada kanal El Dia Despues yang menayangkan kejadian menarik di samping pertandingan utama. Dan semuanya bisa diakses secara gratisan. Padahal yang punya kanal ini Movistar, pemilik sah hak siar La Liga. Tidak ada orang yang tidak suka gratisan. Sekalipun anda seorang kaya. Yakinlah. Kemudahan akses ini yang bisa jadi senjata La Liga. Sementara EPL membatasi, La Liga bisa membebaskan untuk mencuri audiens. La Liga bisa belajar banyak dari Angry Bird. Angry Bird, game yang bisa dimainkan tanpa keluar duit, menuai kesuksesan besar. Pada 2010, game bikinan Rovio meraih $1 juta per bulan dari iklan saja. Game berbayar (di konsol) harus terjual 25.000 kopi agar bisa mendapat duit sebanyak itu. Jika Angry Bird mendapat pemasukan $100 juta, itu sama dengan harga 2,5 juta kopi game konsol. Game gratisan pun merajalela. Meraih lebih banyak audiens daripada yang pernah dilakukan game berbayar. Menurut pengakuan pengembang game lokal, harga adalah barrier to entry alias hambatan masuk pasar. Dengan kata lain adalah kesulitan akses. Nilai hak siar La Liga boleh saja naik, tapi mengikuti cara EPL tidak akan membantu mereka memenangkan hati pemirsa. Adalah bijaksana jika nilai hak siar dikontrol pada titik daya beli teve gratisan macam RCTI atau sejenisnya. Dengan begitu tayangan langsung La Liga bisa diakses oleh banyak kelas. Tidak hanya mereka yang punya pendapatan di atas rata-rata. Maka audiens pun menggelembung otomatis. Gelembung audiens bisa dijual kepada para pengiklan. Angka-angka yang lebih besar kerap membuat pengiklan takluk, hingga akhirnya mau mengumbar investasi beriklan di La Liga. Siapa yang tak mau produknya dikenal hampir separuh penduduk bumi? Demikian, La Liga bisa mendapatkan uang lebih banyak dari iklan dan sponsor sambil tetap membikin akses ke tayangan mereka mudah. Sesekali berjiwa komunal bolehlah. VIVA LA LIGA !!!


711 dilihat